Perjalanan ke dan dari arah Grogol-Slipi (sebenarnya
untuk urusan akademis) pada saat Jakarta dilanda banjir besar kemarin
meninggalkan sesuatu pelajaran berharga bagiku. Sebenarnya, bukan
perjalanannya, dan hal ini sebenarnya sudah disadari dari kemarin-kemarin. Tapi,
perjalanan (yang cukup dramatis itu) semakin memperkuat keresahan dan kesedihan
di hati tentang sesuatu yang besar ini. Sesuatu yang begitu berat untuk
dituliskan sebenarnya. Sesuatu yang membuat kita harus dan bahkan wajib
men-syukuri betapa nikmatnya berislam dan wajib memohon pada-Nya agar
ditetapkan dalam keislaman. Sesuatu yang begitu menampar wajah ini tentang
keberadaan kita saat hal besar itu sedang dipertaruhkan. Allahu akbar! Subhanallaah…
Sungguh, ini adalah sesuatu yang berat.
Semoga Allah senantiasa lindungi kita dari KEFAQIRAN dan
KEKAFIRAN…
Allahumma inna na’udzubika minal kufri wal faqri…
Dan semoga kita, menjadi lebih ‘peduli’ dan berkontribusi
(sesedikit apapun itu, sebisa apa yang kita punya dengan harta atau yang
lainnya) dalam upaya menyelamatkan kefakiran yang menjadi jalan menuju
kekafiran ini. Smoga…
*Sungguh, aku ngeri menuliskan ini. Tapi aku hanya sedang
‘menampar’ diri sendiri.
Sungguh bersedih dengan fenomena itu ( ini bukanlah
cerita ketika banjir Jakarta, hanya menjadi penyadaran bagiku saat banjir
melanda), dan yang lebih menyedihkan…ketika kita (aku terutama) belumlah dapat
berbuat apa-apa… Smoga, apapun yang bisa kita kontribusikan, smoga kita menjadi
bagin darinya…
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked