Kisah 'Tragis' Kunci Kosan

Ketika hendak membeli dua porsi nasi uduk plus ayam goreng favorit kami (aku dan Dewi) tak jauh dari kosan ba'da maghrib kemarin, tiba-tiba tak dinyana...kunci kosanku jatuh ke selokan. Masya Allah... Mana gelap pula yang tak terlihat kasat mata. Aku tak membawa henphon. Dan seketika, menjadi sedikit panik lah aku. Ke mana akan kucari bala bantuan niih? Mau menghubungi siapa saja di kosan, henpon nya tidak kebawa. Mau menggunakan sedikit penerangan, lagi-lagi hanpone nya tak bawa.
Dan di saat genting dan panik itu, lewatlah Bapak tetangga pemilik counter henpon yang tak jauh dari kosan. Tentu saja bukan pilihan saat itu untuk membeli henpon baru, heuu... karena aku lebih membutuhkan senter. Hehehe... Dan pilihan panik saat itu adalah : Memberanikan diri menyapa si Bapak pemilik counter dan bertanya "Pak punya senter nggak?"

Alhamdulillaah...si Bapaknya berempati setelah kujelaskan kronologis kejadian malam itu. Beliau kemudian rela mengambilkan senter dari counter dan meminjamkannya untukku.
Alhamdulillaah, meski dalam selokan, kuncinya terlihat berkilau-kilau terkena cahaya senter bapak pemilik counter.
Tapi, Kyaaaaaaaaaaaa.... Itu SELOKAN! Ugh... Tak ada pilihan selain mengambil kuncinyaaa!
"Cuci di sana dulu neng." Si Bapaknya menunjukkan satu kran yang dibawahnya terdapat satu drum biru yang sepertinya sudah tak terpakai lagi. Cepat-cepat aku cuci tuh kunci, dan dengan sesegera mungkin pula mengembalikan senter si Bapak (semoga Allah balasi kebaikan Bapak Tetanggaku si pemilik counter itu) sambil berterima kasih. Satu saja hal yang benar-benar ingin kulakukan saat itu. Segera ngacir ke kosan. Mengambil segayung air dengan setumpuk detergen, merendam tangan dan kuncinya hingga memastikan kuman-kuman yang membersamai selokan itu lenyap dari kunci dan tangan. Kyaaaaaa.... Hiiiiyyyyy....
Dan tentu saja kejadian ini membuat napsu makan menguap entah ke mana langitnya. (kalo menguap entah ke mana "rimba"-nya bakalan kejauahan. Soalnya rimba jauh dari sini. Hihi....)

Hemm... ini sebuah pengingat buatku.
Mungkin sering kali aku mengabaikan soal 'hidup bertetangga'. Dan mungkin kehidupanku lebih terkesan "individualis" di pinggiran kota ini. Padahal, sesungguhnya, ketika kita mengalami kesulitan, maka yang pertama kali turun tangan membantu itu ya tetangga. Kisah 'tragis' kunci mengglinding ke selokan itu adalah salah satu kisah nyatanya. Dan buktinya, yang membantuku adalah tetangga yang sama sekali tak kukenal (meski, tetangga jauuhhh sih). Benarlah, bahwa Rasulullaah mengajarkan kita agar senantiasa berbuat baik pada tetangga. Semoga ini menjadikanku lebih aware terhadap kehidupan bertetangga. Jika pun belum sanggup untuk sampai mendatangi tetangga satu persatu, memberikan hadiah dan lain sebagainya, setidaknya, berlaku baik, menyapa dan tidak membuat kegaduhan yang menyusahkan tetangga mungkin cukup dan seharusnya lebih ditingkatkan lagi. Semoga jadi pengingat buatku.... (dan semoga juga buatmu)

1 comment:

  1. I do accept as true with all of the ideas you have presented for your post.
    They're very convincing and will definitely work. Nonetheless, the posts are very quick for newbies. May you please lengthen them a bit from next time? Thank you for the post.

    Look into my page: vexxhost consumer reviews

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked