Ketika Memutuskan untuk Menyekolahkan Anak (4)

Kakak lagi bikin PR

Kakak pulang sekolah
Lanjuutan dari postingan sebelumnya (tanpa banyak mukaddimah lagi... Trus seseorang bilang, "tumbeeen ga banyak mukaddimah.. wkwkwkwkwk 😂😂😂").


Sekolah internasional di sini itu juga bermacam-macam. Ada yang "murni" sekolah internasional tanpa pelajaran Arabnya. Seperti British Int School, American International School, Multi International School dll. Sekolah ini biasanya mendatangkan native, tak ada pelajaran agama dan tidak mengikuti aturan sekolah arab pada umumnya (eg. pemisahan kelas laki-laki dan perempuan). Kebanyakan yang sekolah di sini biasanya expat yang dari British juga atau dari Amrik juga sih yaa. Daaan, bayar uang sekolahnya sangat mahaaal... 😆😆. Teman yang menyekolahkan 3 anaknya di Sekolah British, uang sekolahnya bisa buat beli rumah di Indonesia! Woow... ma shaa Allah. Dia ga kurang dari sekitaran Rp 600jt/tahun bayarnya. Kalo dialihkan ke uang rumah, itu dia udah punya rumah berapa tuh yaaa. Kekeke... Semakin tinggi kelas, semakin mahal bayarannya. Dan harga segitu buat 1 anak setingkat SD, 1 anak setingkat SMP dan 1 anak setingkat SMA.


Setiap orang memiliki alasan tentang di mana mereka menyekolahkan anak. Di sekolah yang aku sebut di atas, memiliki kelebihan seperti aksesnya ke universitas-universitas udah level internasional jadi lebih mudah. Gurunya native yang memang khusus didatangkan dari negara asal. Bisa jadi juga di segi fasilitas, sangat mumpuni. Dan teman yang menyekolahkan anaknya di sana pada hari weekend mendatangkan guru agama sebagai replacement untuk pelajaran agama yang missing di sekolah. Tapii, ada juga yanh tidak setuju untuk memilih sekolah tersebut. Seperti teman lainnya yang udah citizen Kanada (mengikuti kewarganegaraan suaminya) kemudian mendapatkan pekerjaan di sini. Ketika ditanya kenapa tak menyekolahkan anaknya di sekolah semacam multi atau british gitu? Dia bilang, "waktu aku masih di Kanada aja aku ogah nyekolahin anak di sekolah umum (yang notabene kurikulumnya sama dengan multi, atau american int school). Aku lebih memilih sekolah islamic yang kayak sekolah lebanon gitu. Pilihannya cuma itu. Apalagi di sinii... Udah di Saudi ini."


Ya, Everyone have their own reason. Sama seperti alasan kami menyekolahkan Aafiya di sekolah yang sekarang. Justru kami lebih ingin di sekolahnya tak melupakan pelajaran agama dan Al Qur'an nya tentunya. Dan di sekolah ini, selain masih ada kurikulum pelajaran agama dan hafalan Qur'an, juga masih berlaku aturan di mana setelah kelas 3 ke atas, dipisahkan antara anak laki-laki dan perempuan. Jadi semacam sekolah international+islamic terpadu laah gituh. Hehehe. Cocok dengan kriteria kami dalam memilih sekolah. Walaupun secara pelajaran, jadinya lebih banyak kaan yaaa. As long as Aafiya enjoy dan merasa tak terbebani, it's ok in shaa Allah.

Jadi gimana Aafiya setelah sekolah? Dua hari pertama begitu ketemu aku, matanya langsung berkaca-kaca. "Kangen sama Bunda." Kata Aafiya. Tapii ketika ditanya senang gak sekolah, Aafiya menjawab "Senang." Di hari ke-3 dans seterusnya ketika dijemput, Aafiya terlihat happy alhamdulillah tsumma alhamdulillaah.

Pelajaran di sekolahnya memang (menurutku) agak berat. Aku saja sering mengernyitkan dahi ketika membaca instruksi soal-soal untuk PR nya. "Ini maksud pertanyaannya apa sih?" Ekekeke. Duuh, PR anak sekolah TK sukses bikin emaknya puyeeng. Dan lagi, masih TK tapi sudah ada PR... ini niih kekurangannya. Jadi, waktu bermainnya lebih sedikit.

Ketika ditanya apakah Aafiya bisa ngikutin pelajaran dari gurunya. Aafiya menjawab, "bisa (alhamdulillaah)..." kata kakak Aafiya. "Apa yang paling kakak suka?", "main ke playground, belajar math sama belajar huruf."
"Apa yang kakak paling ga suka di sekolah?"
"Duduk di kelasnya lama banget" jawab kakak.
Memang sih, belajarnya bisa dibilang sangat lama. Dari jam 6.30 (berbaris di halaman), 6.45 mulai masuk kelas... dan baru selesai jam 12.15 siang. Waktu yang cukup panjang untuk anak TK.

Ala kulli haal, alhamdulillaah. Kakak terlihat enjoy dengan sekolahnya. Semoga selalu enjoy yaa Kak. Having fun. Main sama teman. Bikin karya. Dan juga mendapat ilmu in shaa Allah...

Sekolah di sini ga ada perkumpulan emak-emak yang nungguin anaknya sekolah kayak di Indo 😂. Begitu sampai di sekolah, nganterin depan gerbang abis itu emak dilarang masuk. Anaknya harus survive sendiri. Hehe... Pun, ga ada grup WA para emak karena segala sesuatu terkait sekolah, interaksinya dan komunikasinya melalui aplikasi ClassDojo. Cukup nyaman menurutku, alhamdulillaah.

Semoga Kakak senantiasa dalam penjagaan-Nya karena ayah dan bunda yang tak bisa mengawasi 24 jam. Apalagi di sekolah. Ga bisa lihat kaan. Dan semoga beroleh ilmu yang bermanfaat, teman yang baik, dan lingkungan yang baik. Aamiin yaa Allah...

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked