Balik Kampung


Hehe…sudah 2 tahun kiranya aku tak kunjungi mesjid ini. Sebuah mesjid di kampungku, Mudiak Lawe… Lebih kurang 10 tahun masa kecilku, kuhabiskan di pinggiran bukit ini. Hmm…sebuah kenangan masa kecil yang menyenangkan.

Tak banyak berubah. Bahkan, Bapak Pengurus mesjidnya dari aku SD dulu, -yang waktu itu masih jamannya nyatat agenda ramadhan llau berburu tanda tangan sang penceramah-, hingga kini, MASIH SAMA! Wajah-wajah ibu2, uwo2, anduang2 pun masih lekat diingatan. Aku begitu hafal dengan wajah-wajah itu. Yang asing olehku justru anak remajanya. Sebab, ketika dahulu, mereka masih bayi. Kini, mereka telah remaja pula. Uhm…tak terasa belasan tahun berlalu sudah.

Dahulu, waktu masih kecil, aku beramadhan di mesjid ini. Selepas berbuka dan makan, kami (aku dan Yuna) bergegas menuju mesjid ini. Tujuannya adalah biar bisa ikut tadarusan. Nah, yang diharapkan dari tadarusan itu apa, coba? Uhm…hihi….-malu untuk menyebutkannya-, yaitu…bisa mengaji dengan mikrofon. Haha. Sebuah keinginan yang sederhana tentunya. Dan kami –para anak-anak—akan sangat kecewa jika para orang dewasa mendominasi lingkaran tadarusan itu. Hihi.

Masa kecilku, kuhabiskan di kaki bukit ini. Bukit Anda, begitu orang2 kampungku menyebutnya. Ada kenangan bersama Yuna yang begitu banyak di sini. Di sebelah mesjid, berdiri SDN 10 BSM, SD ku dulu, dan di seberang mesjid, berdiri pula MDA-ku, tempat ngajiku dulu. Klo di tempat lain, namanya TPA.

Di sekolah itu, sangaaaat menyenangkan. Jauh dari aroma2 perkotaan, jauh dari permainan kelas elektronik. Permainan kami hanyalah, kelereng, petak umpet, yoyo, main tali dan ore. Bukan netendo, bukan ngotak atik HP, bukan pula computer, kayak anak jaman sekarang. Dan, yang paling menyenangkan itu adalah…sungai! Sungai yang mengairi di belakang sekolah. Kami sering bermain di situ.

Uhm…aku jadi teringat teman SD-ku. Nasib yang berbedalah yang membawa kami. Di kelasku itu, anak perempuan hanya 8 orang dan anak laki-lakinya 18 orang. Sahabat terbaikku itu namanya Upit, sekarang jadi guru di SDN Sei Cangkar. Lalu, Devi sekarang kuliah di Batam sekalian kerja. Trus, Yulni. Yulni sudah menikah (ng…sudah punya anak belum yah? Hehe. Kayaknya sudah). Lalu Irat, yang sudah punya 2 anak. Yelvi, sudah nikah juga, tapi, kayaknya belum punya anak tuh. Rosi, tak dapat kabar berita. Dan Yarni. Yarni sudah pindah ke Bengkulu semenjak SMP. Teman2 yang cowoknya, lebih banyak dan….sangat nakal! Hehe. Abiiiiis, suka menjahili kami, anak perempuan. Siapa ajah yah? Yoni, Ul, Basra, Wilnasri, Dedy Lodra, Haris, Momon, Een, Andi, Igus, Isis Lawe, Isis Pak Cip, Riko, Dodi, Riki, Jalani, uhm…aku melupakan 2 orang lagi. Hee….maafkan.

“Eh, Pi, bilo pulang?” seseorang menyapaku di depan pintu mesjid. Aku terkesiap. Bayangan masa lalu, lenyap seketika. Masya Allah, Upit! Lengkapnya : Fitria Listiowati, tema sebangkuku sejak kelas 2.

“Eeeh…Upiiiit!” langsung deh, surprise banget! Saking surprise nya, aku jadi speechless. Serius! Macam seseorang jumpa ma kekasihnya, tak bisa berkata-kata. Hihihi…, Ngaco!! Bahkan aku lupa minta nomor HP-nya.

Masya Allah…
Kampungku….tak banyak yang berubah…SD-ku….juga tak banyak berubah. Kecuali guru2ku tercinta, yang wajahnya semakin tua yang berjumpa di dalam mesjid kemudian.

Ternyata, waktu berlari demikian KENCANG!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked