Idealita dan Realita


Semakin kusadari bahwa :
DUNIA KAMPUS itu adalah dunia yang penuh IDEALITA
dan DUNIA KERJA itu adalah dunia yang penuh dengan REALITA

Semakin memasuki dunia pasca-kampus, semakin terasa betapa sulitnya menyeimbangkan antara realita yang ada di sekeliling kita dengan idealisme yang kita pegang & kita bawa (atau bahkan mungkin di-doktrin??) dari dunia kampus...

Fiuufftt...
Dan aku..sudah "mulai" berkutat dengan itu semua.
"Perang" pun terjadi, antara idealita dan realita itu...

Bukan...bukan tidak senang untuk "DILAMAR PEKERJAAN". Di Jaman yang begitu sulit mencari kerja sekarang ini, lalu ada tawaran kerja (atau benar2 diharapkan untuk bekerja di sana) adalah suatu kesempatan langka.
Tapi PERMASALAHANNYA adalah BERBENTURANNYA dengan IDEALISME yang SELAMA ini AKU PEGANG, bahkan AKU PATRIKAN di hatiku sejak berada di dunia kampus.
Dan, ini semua semakin diperumit dengan adanya faktor lain yang membuatnya menjadi lebih kompleks.



Okeh...untuk sementara, sebut saja aku MAHASISWA PENUH IDEALISME, yang ingin selalu kupertahankan, pun ketika memasuki dunia kerja.

Uhm...mari sedikit berbagi cerita.
Katakanlah begini, ada Bapak X dan Ibu Y yang berada di wilayah Z yang bertindak sebagai PSA (pemilik sarana apotek). Nah, Bapak X dan Ibu Y ini suatu hari (belum lama ini) menemuiku dan menawarkan (plus berharap dengan sangat) agar mereka bisa memakai gelar apotekerku (yg sebenarnya kan belum jadi niiih, hehe) untuk "dipajang" di apoteknya. Mereka mengatakan, "Kamu bisa saja datang cukup satu kali dalam sebulan untuk penandatanganan SP aka surat pesanan. Kami akan gaji kamu sekian..sekian....(mereka menyebutkan beberapa angka nominal yang tentu jauh dibawah standar gaji apoteker)."

Fiuuufffft...
Smua maksud dan tujuan sang PSA tentu udah terpetakan olehku...uhmm...

sebenarnya, apa susahnya sih, lumayan tuh nominal segitu buat beli krupuk.
hee...koq beli krupuk yaah?
uhm...

tapi...ada sisi nuraniku yang mengatakan TIDAK!
Ah, tidak! tidak! tidak! TIDAAAAAAAK!
Aku tak ingin menggadaikan profesiku hanya dengan harga segitu murah...
Huh? membeli gelar apoteker?!
Ah, tidak!
Jika ukan aku, lalu siapa lagi yang akan menaikkan profesiku?
Bukankah dengan demikian sama artinya aku "melecehkan" profesiku sendiri?

Ah, sebenarnya kekhawatiranku itu adalah...di faktor lainnya, yag menyangkut masalah hubungan keluarga dengan si PSA...


Ah, tidak!
Selama kebenaran itu ditegakkan, meskipun akan ada badai yang akan menghadag, maka kebenaran tetaplah kebenaran!
sekarang, hanya menyoal bagaimana menyeimbangkan dan menciptakan buffer idealita itu saja

*Uhm...
Sebenarnya, aku sudah tuliskan curhatku panjang lebar...
tapii...ya sudahlah...
biarlah ia menjadi sobekkan kertas saja....

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked