Laiknya Mentari... Hanya Memberi....

Menjadi ibu, beratkah?
Harus bangun paling pagi dan tidur paling larut. Semua demi cinta. Yah, demi cinta! Jika kita mengerjakan sebagian pekerjaan ibu saja sudah begitu lelah, tapi, seorang ibu tetaplah sosok tangguh yang tak pernah mengeluh. Tak pernah!! Meski ia lelah, tapi, tak pernah ada keluh kesah!

Cinta ibu itu, sungguh luar biasa!
Sungguh luar biasa!
Cinta yang menembus dimensi logika.

Laiknya mentari, yang memberikan sinarnya untuk tanaman dapat bertumbuh….untuk kehidupan dapat berjalan. Tapi, adakah sang mentari meminta imbalan atas jasanya yang memperantarai proses fotosintesis itu? Tidak! Tanaman tak memberikan apapun pada mentari, sebagaimana mentari tak pernah meminta apapun dari tanaman! Ia terus memberi…dan terus memberi…karena baginya, hakikat cinta itu adalah memberi…dan terus memberi…


Ibuuu…
Sungguhlah aku sangat mencintaimu…sangat mencintaimu…
Madrasah pertamaku…
Bukan saja aku pertama kali mengenal huruf A,B,C, atau huruf Alif, Ba, Ta, ataupun angka 1,2,3 darimu ibuku, tapi, aku belajar mengenal dunia ini darimu, ibuku…

Ibuku,
Tiada terbalas jasamu…tiada, bahkan secuilpun…
Tapi Ibu, sungguh ingin, aku mempersembahkan sebuah mahkota yang cahayanya melebihi cahaya matahari di hari keabadian itu kelak. Ibu, aku ingin mempersembahkannya untukmu…ibuku tercinta…

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked