Ujian Kali Ini

Marilah kita bercerita tentang kisah menarik hari ini.. Kita? Ehh, nda nyadar aku tengah ngomong entah sama siapa. PeDe banget ada yang menyimak. Padahal, sebenarnya kebanyakan yang mampir hanyalah orang-orang nyasar sahaja. Hihi... Tapi, setidaknya Bloggie-ku tersayang ini mendengarkan aku. Bukankah kadang kita hanya butuh didengar sahaja, tho??

Hari ini ujian Farmakoterapi. Karena di jadwal jam 13.00, aku memutuskan untuk datang lebih awal saja. Apalagi Bu Roma SMS, "Dateng dooong." Jadi, semangat untuk datang ke kampus lebih awal mencuat juga. Lagian, aku juga udah janji sama Sri Dipiro (hehe, Sri Dewanti maksudnya. Aku memanggil Sri dengan sebutan Dipiro karena Sri itu ahli farmakoterapi, dan mengusai banyak isi buku Dipiro. Jadi, aku kagum deh. Hehe. Makanya aku menyebutnya Sri Dipiro) untuk dateng jam 11, karena kami mau bahas Aritmia (kelainan Irama jantung).

Sampai di kampus, napsu makan tiba-tiba ngedrop banget. Nda selera ngeliat apapun. Huhu. Akhirnya, cuma makan siang dengan segelas jus Alpukat dan kueh ringan yang dibeli di gedung A sahaja. Apalagi karena tentengan yang berraaaattt banget. Ada DIH --> drug information handbook yang tebelnya lebih tebel dari HP samsung (> 10 cm) dan parahnya lebih tebel dari bantal akuuh, ada guideline Antibiotic, dan ada cuplikan buku Dipiro yang sudah aku print semalem dan sudah aku kasih marker, menandai halaman-halamannya. Dan tentu saja yang tak boleh ketinggalan adalah laptop beserta komponen pendukung untuk bisa koneksi internet.

Tepat jam 13.00 ujian di mulai. HANYA SATU SOAL. Studi kasus, dari kisah nyata pasien di rumah sakit rujukan nasional. Howalaaahh. Masya Allah. Satu soal, pertanyaanya dua, dan jawabannya empat halaman folio. Satu soal, tentang pasien dengan riwayat pengkonsumsi alkohol, menderita diabetes mellitus tidak terkontrol, yang kemudian menyebabkan komplikasi, osteoartrithis, Chronic Kidney Disease (CKD) stage III, CVD, Stroke, Hypotonic Bladder, imobilitas, instabilitas, lalu Inkontinentia urine yang mengakibatkan dia harus pasang kateter silikon, tapi dia menolak dan dipasangkan kondom kateter yang justru memicu ISK (infeksi saluran kemih). Pasien geriatri, dengan kerusakan fungsi ginjal. Itulah kasusnya. Tambah lagi, dia anemia, tapi diberikan suplemen asam folat (dan aku baru menyadari setelah ujian, anemianya disebabkan oleh kerusakan ginjalnya, bukan karena defisiensi asam folat! Sebab, eritropoeitin juga diproduksi oleh si ginjal. Hwaaa, kenapa bisa lupaaa ketika ujiannya yaaahh???)
Tiba-tiba saja, waktu dua tiga jam lebih merasa tak cukup untuk kubahas. Puyeng. Aku panik. Lantas me-nol-kan inteligensia. Bahkan aku tak sempat membaca di chief complient nya itu adanya batuk, jadi aku menyalahkan pemberian ambroxol di pembahasan DRP. Masya Allah... Ck..ck...ck... Dan satu lagi, ternyata...perut sudah bernyanyi ria.

[Jangan pernah lagi tidak makan sebelum ujian, sebab otak itu sangat bergantung pada keberadaan glukosa! Tanpa glukosa, otak tak bisa apa-apa. Jadi, cukupi kebutuhan nutrisi (otak) sebelum ujian. Kan tubuh juga amanah, tho?"]

Selesai ujian, wajah-wajah pada pias semua! Dan setelah disurvey, ternyata tak satu pun di antara kami yang jawabannya sama! Semua punya pendapat yang berbeda-beda. Aku sendiri tak sempat membahas DRP lebih mendalam lagi. Bahkan interaksi obat sekali pun.
Selesai ujian, hujan turun dengan derasnya....hingga kita harus melewati maghrib dan bahkan sampai adzan isya di kampus. Bersama hujan. Untung saja mas Foto copy annya baek banget, bersedia menumpangi buku yang segede gaban itu. Nda kebayang akuuuhh harus ngelewatin jalan yang 2/3 kali lebih jauh dari rute yang seharusnya dengan menenteng buku dan menyandang ransel yang super-duper beraaattnyaaa....

Selalu saja, kalau sudah bahas kasus, aku sering nda PD sendiri dengan jawabanku. Huhu. Walaupun sebenarnya aku sudah buka di DIH, sudah hunting jurnal sebagai EBM, tapi tetap saja aku merasa tidak PD. Hadeuuuhh..bagemana ini sodara-sodara??
Pasalnya lagi, soal studi kasus itu, unpredictable. Menuntut kita harus memahami SERULUH mekanisme homeostasis tubuh lalu kondisi patologisnya bagaimana. Dan, semua yang pernah kita bahas kasusnya, PASTI TAKKAN PERNAH DIKELUARKAN di UJIAN! Aku sendiri,sebelumnya belajar infeksi dan kardiovascular. Tapi, kasus kan bisa macam-macam. Apalagi kasus komplikasi. Pada pasien geriatri lagi! Kalau pada bahas kasus sebelumnya, butuh berhari-hari, maka, aku tak yakin akan bisa membahas kasus berikut bagan alir patofisiologis penyakitnya hanya dalam dua jam saja. Huhu...

Besok insya Allah aku ujian lagi. Sama. Studi kasus lagi. Do'akan yaahh semoga besok lebih baik!

Apa pelajaran yang ingin aku share kali ini?!
Hehe...hanya curhat belaka sih...
Tapi, aku jadi mengerti, bahwa dunia realita tentu berbeda jauh dengan dunia kampus yang penuh idealita. Tak selamanya teori itu kita jumpai aplikasinya di dunia nyata. Pun, dengan teori-teori yang kita jumpai di dunia pendidikan, adakah sampai mencapai 50 % kita jumpai pada dunia realita? Bahkan 20 % saja itu sudah dapat disebut banyak! Maka, menjadi pelaku lapangan, tentu saja lebih baik dari pada sekedar berkoar-koar dan bertahan hanya di ranah-ranah idealita saja...

5 comments:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked