Malaise

Sudah lama ga blogging dan cerita-cerita. Lagi malaise ceritanya. Hehe... Malaise punya makna yang banyak. Versi arabic amiyah, malaise artinya adalah semacam permintaan atau pemberian maaf. Contoh kasus, jika ga sengaja nyenggol orang di jalan, mereka berkata "malaise!" Yang artinya dia nanya "gapapa?". Atau kalau kita ga sengaja nabrak orang, kita bilang "aasiif", dia jawab "malaise" yaa itu artinya orangnya bilang gapapa. Itu sih kesimpulan aku aja setelah sekian lama berinteraksi di sini dan sering dengar kata malaise. Bisa jadi aku salah penertian. Kekekeke... Malaise bisa juga singkatan dari "mangalai-ngalai se" alias nyantai leyeh-leyeh kayak di pantai. Ini mah karangan emak Aafiya ajaa... wkwkwkwk... Malaise dalam versi medical terminologi seingatku adalah capek,lelaah, ga enak badan, lagi nda fit. Nah Malaise yang aku maksud adalah malaise yang ketiga.

Ya. Sebagai sebab akibat dari malaise ini, yaa maless ngelakuin apapun. Pengennya leyeh-leyeh dan tiduran ajah (ini maah jenis malaise keduaa yang aku mention kaliii yaaaa... Anggap aja akibat malaise versi ketiga adalah malaise versi kedua). Ngeblog salah satu yang kena impact malaise ini.

Baiklaah.. mari bangkit dari malaise dan menuliskan sesuatu. Ini cuma cerita ringan sahajaa. Jadi pas suatu ketika belum lama ini, aku dicolek2 sama orang Arab. Kebetulan aku lagi liat toko bunga sambil ngajakin ngobrol Aasiya. Si uni Aafiya lagi sama ayah. Jadi kami cuma berdua. Aku ga nyadar ada orang sini yang ngajak ngobrol. Akhirnya dicolak-coleklah sampai aku nyadar ekekekeke...

"andunisiy?!" Tanya dia dengan penuh semangat. Duluu waktu baru-baru di sini, aku seneng bangeet dongs dikenal sebagai orang Indonesia. Secaraaa most of the time, kami lebih dikira orang philipine..heuheu... Tapi, seiring berjalannya waktu dan banyak pengalaman, jika ada yang nanya begini, ujung-ujungnya sudah KETEBAK maunya apa ini madam. Heuheu...
"Aiwaa" jawabku
"Aina anti sughul?" (Kerja di mana kamu?)
"Bas zaujiy sughul hina. Ana fil bait" (suamiku aja yang kerja di sini. Saya di rumah aja)
"Mumkin anti sughul fil baiti sa'atan sa'atan al yaum" (mungkin ga kerja di rumah saya beberapa jam dalam sehari). Maksudnyaa... jadi pembantu di rumahnya.
"LA! La! La yumkin sughul fi baituk. 'Indi nunu... afwan!" Tentu saja aku menolak mentah-mentaah. Ini baby mau dikemanain. Hehehe... Lagian, kerjaan di rumah aja ga beres-beres, madam, mosok harus nyambi beberes rumah madam jugaaa. Mending eikee bikin rumah eikee kinclong ehehehe..

Ini adalah percakapan yang kesekian kalinya. Entah udah keberapa kali. Sebenarnya, rada malas kalo sudah ada kalimat pembuka "anti andunisiy?" Karena ujung-ujungnya ya ituu... minta jadi pembantu atau minimal minta tolong nyariin pembantu. Haduuh, aasifah yaa madaam, ana laisa kafil TKW. Hehe...

Jika orang yang kenal lebih dekat, atau berinteraksi lebih jauh, misal teman satu kelompok ngaji atau dokter di rumah sakit, mereka sering mengatakan, "dulu aku punya lho pembantu orang indonesia. Mereka bagus-bagus kerjanya. Tapi sekarang sayang sekali sulit mencari orang indonesia".

Mohon maaf, sekali lagi maaaf bangeet. Aku ga bermaksud untuk mengecilkan profesi TKW.  Sungguh,profesi TKW jauhhhh lebih terhormat dan mulia dibanding orang berdasi dengan mobil mentereng, tapi korupsi. Dan sudah banyak juga orang-orang hebat dan menginspirasi justru lahir dari keringat ibu-ibu TKW. Dan lagi, yang paling terpenting, standar kualitas seseorang sama sekali tak ditentukan oleh seberapa bonafid pekerjaannya, melainkan seberapa besar taqwanya, kan ya?

Tapi begitulah. Begitulah negeri kita DIPANDANG. Oleh sebab profesi terbanyak yang dilihat oleh orang lokal sini adalah sebagai pembantu maka itulah "labeling" mereka. Jika orang indonesia, maka kemungkinan besar pembantu! Atau minimal, mau jadi pembantu. Padahal, sebenarnya ga juga. Banyak juga orang Indonesia yang sudah mencapai level manejer di sini. Bahkan menempati posisi penting. Tapi yang ini tentu lebih sedikit. Karena yang dilihat adalah yang banyak tentunya. Jika ada sekelompok besar orang, hampir semua berkerudung merah muda. Lalu nyelip beberapa orang berkerudung hijau. Maka, tetap saja yang terlihat adalah gerombolan orang berkerudung merah muda. Hijaunya bisa saja hampir dinafikan. Atau,kelihatan hijau tapii orang-orang tetap akan menyebut "kerumunan orang berkerudung merah jambu".

Sebenarnya bukan masalah sih yaa. Hanya saja, sekali lagi, beginilah negeri kita dipandang. Apa yang tersebut pastilah karena itu yang tampak... :)
Yang jelas, Setiap orang berada pada garisan takdirnya masing-masing. Sungguh, Ini hanyalah dunia. Sebentar saja. Pasti akan ditinggalkan! Maka, jika dunia menjadi tujuan, alangkah meruginya kitaaa. Mengejar sesuatu yang sudah PASTI akan ditinggalkan. #NtMS

#Just a short story
#Self reminder

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked