Kejutan di Awal 2018

Mari mengawali postingan 2018 dengan tema yang sedikit tidak mengenakkan. Yaitu TAX alias PAJAK. Sebuah diksi asing di sini ketika aku baru pertama kali menginjakkan kaki di jazirah gurun. Dan kini, tax adalah bagian dari negara ini. Ihiks... ihiks...

Ya.
Seperti pengumuman yang telah digembar-gemborkan dan menjadi tema hot sepanjang quarter akhir 2017 lalu, bahwasannya per 1 januari 2018, di sini diberlalukan VAT (value adding tax) sebesar 5%. Sebelumnya, ada dependent fee (seperti yang aku ceritakan di musim summer dulu).

Tidak hanya VAT lho yaaa... Kejutan di awal 2018 ini juga diwarnai dengan kenaikan BBM yang lebih dari 100%, dan juga kenaikan listrik yang hampir 4x lipat. Laa haula wala quwwata illa billah... Jadi, dari semua sisi "dibombardir". Listrik. Bensin. Segala jenis kebutuhan pokok. Wow... Subhanallaah...

Sampai di sini, kadang aku jadi berpikir tentang "para pemuja negeri ini". Ya, aku memang sempat memposting beberapa (banyaak malah) hal positif tentang negeri ini sebagaimana yang aku lihat, saksikan dan rasakan. Aku suka dengan habbit setiap jam shalat toko tutup dan orang-orang berbondong-bondong ke masjid. Aku suka dengan habbit bahwa wanita di sini tidak memperlihatkan aurat ketika baligh dan adabya pemisahan tempat untuk laki-lami dan perempuan di berbagai tempat, misal di ruang tunggu.. Tapi kalau menyangkut urusan politis kenegaraan, aku bukan fanatik buta sama sistem negara ini. Hehe... Hanya saja aku tak pernah menjadikannya sebuah tulisan dan aku kira, juga bukan sesuatu yang sangat penting untuk aku tuliskan. Sebab bagiku, setiap negara memiliki urusan politik masing-masing dan ketika aku berada di sana, aku harus mengikutinya tapi bukan berarti itu landasan dan hujjah yang sampai aku elu-elukan dan sampai aku terapkan ketika aku berada di negaraku sendiri atau negara lain. Dan lagi, buatku lebih baik memposting hal-hal baik saja. Barangkali ini bisa jadi contoh yang baik. Postingan positif Lebih 'mempositifkan' hati.

Kadang, ada yang sampai fanatis buta ngebelain negara ini. Apa-apa, orientasinya negeri ini. Segala kebijakan di negeri ini dijadikan "Hujjah". Hujjah yang seharusnya kepada Al Qur'an dan sunnah, bergeser menjadi sebuah negara yang dikira dan dianggap "semanhaj" dengan kelompok tertentu tersebut. Ngebelainnya sampai mati-matian, padahal kadang jauh panggang dari api. Nyatanya, di sini ga sebegitunya 😃.

Ini pelajaran berharga buat kita. Jangan menjadikan politis sebuah negara sebagai ikutan, landasan dan bahkan sampai ngebelain (apalagi kita tidak memiliki ilmu tentang apa yang kita bela tersebut. Bukan juga berdomisili di negara yang kita bela itu). Sekarang, setelah ada VAT 5%,pembelaan macam apa lagi yang akan digembar-gemborkan?! Inilah politik, bro. Politik itu ga ada aturan detil seperti halnya shalat, zakat dan puasa! Kebijakan Politik dalam sebuah negara. Kejadian ini, mengajarkan kita bahwa politik itu sangat-sangat dinamis! Segalanya bisa saja berubah 180°.

Di sini, berdemo atau aksi itu hukumnya Haram. Iya,karena secara legalnya itu tak diakui oleh politik di sini. Maka, siapapun yang berdemo di sini, dengan maksud melawan pada pemerintah yang sah, itu terlarang. Inilah politik di sini, di negeri ini dan ketika kita berada di sini, kita harus mengikutinya dan menujunjungnya. Tapi, di negeriku tercinta nun jauh di sana, aksi dan demo itu diakui undang-undang. Melaksanakannya legal. Lha, kenapa ada yang ngelirik sinis dan nyinyirin yaaa... #tanyakenapaa
Lha, orang cuma menyampaikan aspirasi koq, diakui lagi sama undang-undang. Apalagi yang sampai nyinyirin aksi bela Al Qur'an yang dikata ga ada manfaat itu. Itu kan aksi menyampaikan aspirasi dan ketidakrelaan kalo kitab suci kita dihinakan. Bukan sebuah pemberontakan apalagi melawan pemerintah yang sah. Ini politik di negara kita. Yang mana ketika kita berada di sini, kitapun juga mengikutinya dan menjunjungnya. Dan ga bisa lho yaa, kamu di sana malah mengelu-elukan politis kenegaraan di sini dan menjadikannya sebagai hujjah! Politik itu dinamis, Sist! Bisa saja berubah tanpa meminta persetujuan kamu! 😁

*lha, kenapa emak Aafiya yang minim ilmu ini jadi berapi-api yaa ehehehe... Karena aku ga memiliki ilmu dan fakih tentang hal ini, Tolong dikoreksi yaaa...
Maaf, jadi meleber ke mana-mana...

Back to topic, tentang VAT 5%. Sesungguhnya ini sangat memberatkan. Sebab, semua dipajakin! Even, beli air botol mineral sekalipun, tetap kena pajak. Beli pulsa, tetap kena pajak. Kalau di kampungku memang juga ada pajak. PPN 10÷ misalnya. Pajak pertambahan nilai, value adding tax, lebih besar malah. Sepuluh persen. Tapii, ada banyaaaak item yang tidak kena pajak. Beli sayur ga kena pajak. Heuheu... Beli pulsa ga kena pajak tuh di kampungku...
Di sini terasa agak berat, karena semuaa dipajakin. Berbelanja di supermarket terdekat untuk bahan-bahan masakan semisal beli bawang, sayur, juga kena pajak. Hiks.. hiks.. Bayangkan sajaa kalo setiap belanja mesti bayar pajak.. huhuhu...
Struk belanja jaman now. Udah ada VAT 5% nyeee... Meskipun cuma beli mentimun dab kawan-kawannya... tapi kawan-kawannya mentimun lebih banyak ternyataa wkwkwkwkwk 😂

Semoga Allah menunjukkan hidayah selalu untuk pemimpin negeri-negeri muslim di manapun berada...

Yang jelas, rizki itu dari Allah...
Bukan dari manusia.
Selama manusia hidup, pasti ada rizkinya. Sudah ada jaminan dari-Nya. Nah, harusnya aku lebih bersegera untuk sesuatu yang belum ada jaminannya. Yaitu keselamatanku di hari-hari setelah dunia ini berakhir...

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked