Beternak Tikus???



Beternak tikus? Waaah..pakarnya Indonesia tuuuuh. Habisss, begitu banyak tikus yang diternakan di negeri ini. Turun menurun, mengakar dan membudaya. Tikus berdasi yang mengerat uang rakyat. Hiihhh…,
Indonesia…ohh…Indonesiaku.

Okeh…okeh…, diriku ga’ bakal membahas masalah tikus berdasi koq. Untuk tikus berdasi, yang penting ada iman di dada, insya Allah ga’ bakalan jadi tikus koq. Ahhh, andai setiap tikus2 itu menyadari bahwa setiap harta yang dikeratnya lewat jalur apapun itu besok2, di hari yang penuh penyesalan yg ga ada lagi tawar menawar dan jual beli, akan diaudit dengan benar2 sangat teliti oleh Dzat Yang Maha Teliti, dan akan diumumkan ,”Si Fulan memakan harta rakyat sebesar sekian..sekian..dan gunakan untuk bla….bla…”, mungkin takkan ada lagi tikus2 berdasi itu. Sebaliknya, adalah orang2 yg memperjuangkan masyarakat madani. Ops…, koq jadi panjang lebar yah?

Nah…nah.., ini beternak tikus beneran looh. Bener2 tikus! Tapi, bukan tikus got atau tikus sawah, ataupun tikus rumah. Tapi, tikus putih! Hmmm..begini, di fakultas2 sains kaya FK, Farmasi, Biologi sesuatu yang bernama tikus menjadi barang yang sangat penting. Banyak tikus-tikus yang telah mengantarkan seseorang menjadi sarjana. So, tikus memang cukup dibutuhkan!





Nah, adalah sebuah peluang duit yang cukup besar jika ada yang tertarik beternak tikus. Coba bayangkan! Satu mahasiswa penelitian S-1, rata2 butuh tikus 20-30 ekor (ini belum masuk tikus yang mati ditengah jalan, bukan yang sengaja dibunuh). Untuk mahasiswa S-2, barangkali bisa sampai 80-100 ekor tikus. Apalagi S-3. Lebih banyak lagi. Taruhlah bidang penelitian yang menggunakan tikus itu, semisal Farmakologi, atau KBA-Farmakol, diisi oleh kira-kira 10-15 orang mahasiswa S-1 saja, sudah dibutuhkan 250-350 ekor tikus. Huaaa…cukup banyak yah??? Satu ekor tikus, harganya Rp. 22.000,- . (mahalan mana dari ayam potong coba???)

Wuihhh…, ini peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Kenapa? Alasan pertama ; tikus itu memang dibutuhkan. Alasan kedua : tidak butuh property yang ribet. Cukup kandang, botol minum, tempat makan, de el el). Alasan ketiga : makanannya juga tidak terlalu susah nyarinya. Cukup pellet ikan saja. Alasan keempat : tikus punya 12 uterus. Artinya, satu kali gestasi, bisa menghasilkan 12 ekor anak tikus. Padahal modal awalnya, minimal satu ekor tikus jantan dan satu betina. Alasan kelima : masa gestasi tikus lebih kurang 21-28 hari kan ya(atau, kalau salah tolong dibenarkan), itu masa yang tidak terlalu lama. Alasan keenam : masa beranaknya ga mengenal musim. Hmm…udah terbayang kan, peluangnya???

Andaikan modal awalnya 1 ekor tikus jantan dan 4 ekor tikus betina, modalnya lebih kurang Rp.110.000,-. Pembuatan kandang dan makanan, taruhlah 190rb. Total modal awal, Rp. 300.000,- maka akan berkembang menjadi 48 ekor. Anggap saja yang hidup itu 40 ekor, coba saja kalikan 22 rb. Udah Rp 880.000,-. Itu sekali gestasi. Jika ada 5-7 kali gestasi?? Jika yang dibutuhkan 250 ekor tikus, artinya harga jualnya adalah Rp. 5.500.000,-. Wuihh…, bisa beli lapotop dengan beternak tikus niy. Waaahhh…, ini akan menjadi peluang bisnis yang besar kan ya???

So, mau??? Mau??? Mau???

PS : Maksud nulisin ini, Ehm…sebagai pembuka wacana saja. Tapi, kalo ditanya ke diriku, mau ga beternak tikus??, diriku insya Allah akan langsung menjawab , “TIDAAAAK!!!!” Alasannya, karena aku phobi sama tikus maupun mencit. Heheh. Bagi kamu2 yang ga’ phobi sama tikus dan mencit, sok atuh, dicoba. Lumayan juga buat nambah uang belanja. Jadi,….beternak tikuslah. Heheh….

_Fatheru_

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked