SIKAP MUSLIM MENGHADAPI BENCANA



alhamdulillah...
akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.hehe...

setelah skian lama tatsqif terhenti (ba'da liburan semester genap kemaren, lalu disusul dgn musibah,tatsqifnya gak ada terus...)
akhirnya, alhamdulillah..., jum'at ini (tgl 23 Oktober 2009) tatsqif perdana pun dimulai...

Sebenarnya materi pekan ini adalh FIQH bersama ustadz Zul Adli..., tapi berhubung masih dalam susana musibah, maka materinya diganti dengan "Fiqh Musibah". tentang bagaimana sikap kita menghadapi musibah.

Nah, sebelum ke materi, ada baiknya kita mengajak teman2 skalian (yg berada di kota Padang dan skitarnya) untuk menghadiri acara ini. Sebuah majlis ‘ilmu yg insya Alloh barokah. Diisi oleh ustadz2 yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Dan tentu saja : GRATIS!!
Tatsqif ini adalah salah satu program yang diangkatkan oleh FKI Rabbani Unand.

Yuk..yuk…., rame2 datang ^^

Nah, mari qta masuk ke materinya yaitu : SIKAP QTA BILA MENGHADAPI BENCANA

Prinsip seorang muslim terhadap bencana :
Pertama; Kita harus yakin bahwa hidup initakkan luput dari musibah
Kita PASTI akan diuji dengan ujian
Kata ulama, dunia ini adalah daarul I’tila’ : kampug yang penuh dengan musibah



Dalam Qs. Albaqarah 155-156:
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan SEDIKIT ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah BERITA GEMBIRA kepada orang-orang yang SABAR. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Jadi, bencana yg mungkin terjadi itu adalah SEDIKIT: kelaparan, kekurangan harta(apapun bentuknya, apakah kena gempa, hilang dicuri orang, rusak karena kebakaran, dll), jiwa (berpulangnya salah satu keluarga kita kepada Allah) dan buah-buahan (gagal panen, adanya tikus sawah, kekeringan, dll).



Jadi, musibah adalah NISCAYA

Kedua : sikap qta adalah BERSABAR
Sabar adalah sesuatuyang berat. Gampang diucapkan, tapi, berat untuk dilaksanakan. Ganjaran bagi orang yang sabar itu : unlimited. Tiada batasnya.
Karena berat itulah, maka pahala sabar itu besar.

Kapan sabar itu?
Apakah ketika kita berkata : waah, saya sabar ko.., saaabaaaar…

Mari kita simak kisah ini :
Sewaktu Rasulullah berjalan menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di atas kubur, maka belia bersabda : “BErtaqwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu berkata : “Pergilah Engkau dari sini karena sesungguhnya engkau tidak tertimpa musibah seperti yang menimpa diriku.” Wanita itu tidak tahu bahwasannya yang bersabda itu adalah nabi, kemudian ada seseorang yang mengatakan bahwa yang bersabda itu adalah Nabi SAW, maka wanita itu langsung dating pada NAbi dan ia tak menjumpai penjaga pintu, kemudian ia berkata : “Saya tidak tahu kalau yang bersabda tadi itu adalah Tuan”, maka beliau bersabda : “Sesungguhnya sabar itu hanyalah PADA HARI PERTAMA DARI MUSIBAH ITU.”
(Dari Anas ra., Riwayat Bukhori dan Muslim)

Jadi, yan dinilai sabar itu adalah ketika pertama kali musibah itu dating. Bukan beberapa hari kemudian. di sanalah pahalanya paling besar, alias unlimited atawa bighori hisaaab (tak terhitung).

Wujud sabar itu : dengan menyerahkan semua perkara pada Allah.
>> mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un”

Bukan berarti kita tak boleh sedih.
Sedih adalah hal yang manusiawi dan wajar. Rasulullah pun menangis ketika melihat anak beliau sakaratul maut. Sahabat mengira waktu itu rasulullah menangisi anak itu adalah salah satu bentuk ketidaksabaran, sehingga Sa’d bertanya : “Wahai Rasulullah, kenapa tuan meneteskan air mata?”, Beliau menjawab, “Tetesan air mata itu adalah rahmat yang dikaruniakan Allah kedalam hati hamba-hamba-Nya.”
(HR. Bukhori dan Muslim)

Kita sering menganggap apa yang menimpa kita adalah paling beraaaat, dan sering kita merasa putus asa dan merasa paling menderita.
Padahal yg diimpakan Allah itu mah baru sedikit.

Ummu Salamah, ketika suaminya , Abu Salamah wafat, beliau berdo’a seperti do’a yg di ajarkan RAsulullah:
“ya Allah, berilah saya pahala atas musibah ini & gantilah dengan yang lebih baik.”
Dalam hati, Ummu Salamah bertanya-tanya : Siapa sih yang lebih baik dari Abu Salamah.
Ternyata kemudian RAsulullah menikahi beliau. Dan RAsulullah lebih baik drai Abu Salamah.

Maka, berilah KABAR GEMBIRA!
Justru musibah ini menjadi KABAR GEMBIRA bagi umat Muslim. Bagi siapa kabar gembira itu? Bagi orang-orang yang SABAR.
Kenapa? Karena musibah adalah saatnya kita meraup pahala yang sebesar2nya dengan kesabaran kita.
Lihat balasan yang diberikan sesudahnya.
Dalam sebuah hadis dikisahkan : di hari kiamat nanti orang yang mendapat musibah di dunia tapi dia sabar, dia melihat pahala sabarnya itu sangat besar. Dia berandai2 kemudian, seandainya kehidupan dunia ini musibaaah ajah, pasti saya dapat lebih banyak.”

Ketiga : cobaan yg diberikan Allah itu mah sikiiit. Sangat sedikit! Coba qta baca ulang lagi Qs. 2 : 155-156

Kita aja yang merasa banyak, padahal musibah dunia itu RINGAN DAN SEDIKIT! Apapun bentuknya.

Musibah yang besar itu adalah : MUSIBAH YANG MENIMPA AGAMA.
Kalau musibah dunia mah, sebentar saja , Alhamdulillah kita sudah kembali tenang. Buktinya, 3 hari pasca gempa, aktivitas udah mulai normal. Berbeda dengan musibah agama, yang sejak mulai di alam barzakh sampai waktu yang sangaaaaaaaaaaaaaaaaaat lama, adalah musibah yang lebih berbahaya. Dan sayangnya, banyak orang yang tidak sadar dengan musibah agama,yang kemudian anteng2 saja. Pas di akhirat baru mulai di rasakan.
(Wuihh…, nau’udzubillah, semoga Allah selamatkan qta dari musibah agama ya fren?)
Apa itu musibah agama?
Musibah agama adalah segala bentuk kemaksiatan yang dilakukan di dunia.

Apa contohya musibah dunia yang besar hari ini? Seorang muslim dengan entengnya meninggalkan sholat. Bukankah sholat itu adalah PEMBATAS umat Islam dengan orang kafir?

(maaf, ini sekedar ringkasannya saja. Akan lebih baik jika mendengarkan langsung. Lebih berasa ruuh nya. Makanya, dating yah?? Hehe. Promo!)

Tanya jawab :
1. Jika terjadi gempa, ketika kita sedang sholat, apa yg harus kita lakukan ustadz?
>> Allah menyuruh kita untuk menyalamatkan diri dari bahaya yang mengancam jiwa kita. Ini WAJIB looh.
Jika ada hewan yang hendak mematok, menggigit, dan dikhawatirkan akan membahayakan jiwa, kita boleh berhenti sholat
Jika seseorang sdg sholat lalu merasa ada orang buta yang mungkin akan terperosok ke dalam lubang, maka boleh ditolong.
Kalau untuk gempa, allahu’alam. Sebaiknya kita nilai dulu, apakah gempanya membahayakan jiwa tau tidak? Kalau membahayakan, sebaiknya dihindari/cari tempat yang lebih aman

2. Bagaimana dengan issue2 dan perkiraan gempa, ustad?
>> perkiraan itu boleh2 saja. Mereka juga bukan asal tebak, melainkan dengan ilmunya pula. Sekarang, tinggal kitanya bagaimana menyikapinya. Bagaimana menjaga agar musibah agama tidak menimpa kita. Kalau musibah dunia mah, paling ujung2nya meninggal, setelah itu habis perkara. Kalau musibah agama, unlimited. Panjaaaang waktunya.

3. Orang yang tertimbun di tandikek itu syahidkah? Karena di riyadhusshalihin dikatakan bahwa orang yg meninggal karena tenggelam, tertimbun etc adalah syahid.
>> syahid yang hakiki adalah yang meninggal di medan perang. Namun memang ada kriteria2 seperti itu. Jika mereka berada dalam keadaan kafir dan maksiat, tetap saja suul khotimah. Allahu’alam

4. Orang yang berzina, bisakah kembali ke jalan Allah sementara godaan itu terus ada?
>> bisa! Taubat dengan sebenar2 taubat. Allah senantiasa membuka pintu taubat bagi hamba-NYa.

5. Sabar itu ada batasnya, benarkah ustad?
>> allahu’alam. Karena, apapun yg dibebankan kepada kita, berarti kita sanggup memikulnya. Rasul2 juga mendapatkan ujian dan penderitaan yang sangaaaat berat. Jadi, gak ada batasnya.
Bukan berarti kalau kita dipukul gak boleh balas. Kalau dipukul, boleh ko membalas.

6. Mungkinkah qta bersyukur ketika dapat musibah?
>> mungkin saja, karena ketika kita bersabar dan ridho dengan apa yang Allah tetapkan itu artinya kita telah bersyukur

7. Waaah..sy jadi pengen dapat musibah, ustadz.
>> adalah suatu tindakan yang salah ketika kita meminta musibah. Karena siapa yg dapat menjamin kita akan bersabar? Sebaliknya, akalu tidak sabar, malah dapat dosa.

Maka, ketika dapat musibah >> jadikan lahan yang sangat besar untuk meraup pahala dengan bersabar



Allahu’alam bishowab



Al Hurriyyah, DZulqo’dah 1430 H

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked