Kebakaran di Pasar Baru

Kebakaran dan Kepanikan

Sore itu, kami (aku dan Wewen) pulang dari ‘menghabiskan hari’ (heuu…kayak punya segudang waktu ajah yah?) dari Rabbani Centre, Gramedia, Pasar Raya, Belakang Olo dan kemudian menaiki angkot LURUS di depan Hawaii. Nama dan istilah ‘depan Hawaii’ ternyata masih popular walaupun sekarang Hawaii sendiri sudah tak lagi ada, luruh bersama gempa 2 tahun lalu.


Perjalanan kali ini lebih terasa melelahkan dari pada sebelum-sebelumnya. Sebab malam sebelumnya, kami mengadakan semacam pelatihan design dan foto editing. Acara informal sih. Dan tanpa terasa, kami benar-benar menghabiskan malam untuk segala design-design-an sehingga siangnya mata menuntut haknya untuk tidur. Tapi kami malah ‘malala’ sehingga terasa cukup melelahkan. Hee… (kayaknya deskripsi ini adalah deskripsi yang sama sekali tak penting! Hhihi…)

Sesampai di dekat jalan menuju SMA 9 setelah polsek yang bertepatan dengan adzan maghrib, angkot hanya menyisakan 3 orang penumpang. Aku, Wewen dan salah seorang siswi kelas VII SMP 31 Padang yang mengenakan seragam olah raga. Kenapa kelas VII? Sebab bajunya masih terlihat sangat baru dan sepertinya ini kali pertama ia mengenakan baju itu (heuu….sampai segitu detilnya yaah? Hihi).

“Diak, turun di siko se lah, awak ndak sampai ka simpang doh! Ado kebakaran tu ha.” Kata si uda supir angkot. Mendadak kami seangkot kaget berat. Si anak SMP itu nyaris histeris sebab ternyata rumah yang terbakar itu adalah rumahnya! Hampir lupa dia membayar ongkos dan berlari menuju TKP. Kami tepat sampai di lokasi kejadian ketika azan maghrib baru saja selesai berkumandang siap-siap memulai rakaat pertama, ketika itu massa sudah mulai berlarian mengerumini TKP. Sebagian kecil membawa ember berisi air. Tapii, kobaran api sudah merambat begitu besar. Tak tercukupi hanya oleh ember-ember saja. Seketika, maghrib itu menjadi maghrib yang naas (istilah yang lebay….hehe). Kejadiaan itu terjadi sesaat sebelum adzan maghrib

Ada rasa yang tak terdefinisi ketika kusaksikan kobaran api itu. Sungguh. Ah, begitu mudah Allah ambil segalanya. Ya, segalanya begitu mudah bagi Allah. Kita sungguh tak dapat menjamin apakah nanti, esok, lusa, apa yang kita miliki ataupun kita bersamai saat ini apakah masih akan tetap menjadi milik kita, ataukah tidak. Tak ada yang abadi dan tak ada yang kekal melainkan hanya Dia saja. Maka, kita tak pernah memiliki alasan untuk berbangga hati dengan apa yang ada pada diri kita saat ini, sebab mudah saja bagi-Nya untuk membalikkan segalanya…

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. “ (Qs. Al Hadiid : 22-23)

2 comments:

  1. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.. bangunan apo yang tabaka tu tel? toko ato rumah tel? *talambek ngomen*

    ReplyDelete
  2. uni mia : kadai ni gad dan skitarnya uniii..... ado toko, ado rumah dan ado kos2an un...
    T.T

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked