Kurma Kisut

Bloggie, bolehkah aku bertanya padamu?
Jika di hadapanmu saat ini tersedia dua mangkuk berisi kurma. Satu mangkuk berisi kurma berkualitas, kecoklatan muda warnanya, besar-besar dan tebal-tebal dagingnya, manis rasanya. Lalu yang lainnya berisi kurma kisut, kecil-kecil dan juga kurang manis rasanya. Manakah yang kau pilih? Ya! Tanpa perlu menunggu, pasti kau akan pilih mangkuk yang pertama kan yah? Ya, pasti tak salah lagi, mangkuk pertamalah yang kau pilih…

Benar kata pepatah minang itu…
Condong mato ka nan rancak, condong salero ka nan lamak…

Sekarang, segala-galanya membuatku mengerti, Bloggie. Segala-galanya! Semuanya sudah terang sudah. Ini bukan hanya menyoal takdir, Bloggie, tapi juga harga! Sebab sebagian punya kesempatan untuk memilih dua macam mangkuk kurma itu. Dan sebab pula sebagian yang lain benar-benar tak punya pilihan seperti halnya orang yang memiliki pilihan untuk dua mangkuk kurma tersebut. Maksud hati hendak memilih kurma segar dan wangi aromanya, tapi apatah daya, mungkin—karena uang yang tak cukup atau karena ianya tak tersedia di pasaran…

Bloggie…
Mengertikah kau apa maksudku Bloggie?


Kadang, aku merasa bagaikan semangkuk kurma kisut itu, Bloggie.Ya. Aku bahkan tak memiliki apapun jika harus disandingkan dengan semangkuk kurma berkualitas yang kecokalatan muda warnanya, tebal-tebal dagingnya serta manis rasanya itu. Memanglah benar, kurma di mangkuk itu jauh lebih berkualitas dan harganya pun pasti lebih tinggi… Jadi, kurasa, adalah hal yang sangat wajar jika pembeli itu memilih kurma berkualitas ketimbang kurma kisut yang murah harganya….

Kadang, ini sampai pada alam bawah sadarku Bloggie… Seperti menghantuiku dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kumiliki. Aku memiliki sejuta mimpi. Aku memiliki ribuan semangat. Tapi, aku juga memiliki begitu banyak keterpurukan… Ini bukan berarti aku ingin menjadi sosok sempurna Bloggie. Sebab, itu bukanlah ranah yang dapat dicapai oleh manusia. Semakin mengejar kesempurnaan, maka PASTI akan semakin menjumpai kekecewaan… Tapi, ini hanya sebuah konklusi sederhanaku saja. Mungkin saja salah…

Tapi Bloggie, barometer sesungguhnya bukanlah serentetan kecerdasan, serentetan rupa yang menawan, serentetan harta kekayaan, serentetan kedudukan dan jabatan… Barometer yang sesungguhnya ada dalam hati manusia. Terletak pada ketakwaannya. Tapi, aku belum mencukupi itu Bloggie. Bahkan masih jauh. Sungguh masih sangat jauh dari itu semua.

Bloggie, katakan padaku, bahwa setiap pohon kurma yang tumbuh memiliki peluang untuk menghasilkan buah terbaik kan yah? Iya kan Bloggie? Bloggie, aku tak ingin terus menjadi kurma kisut, Bloggie. Aku pun ingin jadi kurma coklat muda nan manis rasanya. Bloggie…., aku pun ingin, Bloggie… Bukan karena pembeli akan memilih kurma yang berkualitas. Bukan karena itu Bloggie… Tapi karena Dia, sang Pemilik Kehidupan PASTI akan memilih yang lebih berkualitas. Sungguh, tertatih pun, ingin kumenuju itu semua Bloggie… Sungguh…

___________________
Sumber Gambar di sini

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked