Investasi Berharga

Akhir-akhir ini aku lagi moody untuk menulis di blog. Seperti malesnya mencuci piring di pagi musim dingin. Airnya dingiiinn dan enakan 'bakaluntun' [bahasa Mualab .ed] di balik selimut (baca: nge-cuddle dengan selimut hangat dan nyaman). Mungkin karena akhir-akhir ini lebih sering medsos-an (FB & IG), jadinya blog nya malah banyak nganggur dan cerita-cerita hanyalah 'tumpukan' file draft belaka seperti tumpukan piring yang harus dicuci di musim dingin yang kudu nunggu agak siangan (atau berhari-hari buahahaha) ketika semangat beberesnya lagi mencuat dan biar airnya ga kayak air es (berhubung aku ga nyalain water heater di dapur). Hehe... 
Nah, sekarang back to blog lagiii... Ini situasinya seperti dan serasa 'go home' (ke blog) setelah 'vacation' (di medsos). Kekekeke... Yes! For me, blog is my 'virtual home', my leisure time. Di blog, aku curhat apa saja. Cerita apa saja. Bahkan hal-hal yang sepertinya tak begitu penting untuk menjadi cerita. Cuma remeh temeh belaka dan juga sebagai self reminder...
Pengunjung blog ini ga banyaak (hanya orang serius saja yang mau menyengajakan diri ngetik URL) dan aku belum berniat juga sih untuk men-SEO kan blog ini atau mem-boost visitor... Dan masi rada sungkan dan butuh effort yang besar bagiku (bagi hatikuuu hahaha) untuk nge-share postingan blog di FB 😂 (dari lebih seribuan postingan di blog ini, ga sampai 10 postingan yang aku share di FB. Jadi termasuk postingan ini masuk 10 besar yang aku share hihi). Jadiii, intinya blog ini hanyalah semacam kanal buat luapan rasa dan itulah yang bikin nge-blog itu menyenangkan buat aku. Isinya akan mengikuti bagaimana suasana hati, preferensi dan kondisi pemiliknya. Hehe...

Sebenarnya, kadang aku ngerasa jiper juga sih, pas blogwalking dan melihat blog teman-teman yang isinya ma shaa Allah bagus, berbobot dan serius. Iya, kayak gini nih yang seriusan nge-blog nya. Pakai data ilmiah dan referensi bahkan. Lha, blog aku? Isinya kebanyakan 'hehe', 'haha', 'hihi', 'wkwkwk' dan 'kekeke' belaka 😅😂. Tapi, no need to force my self to be like an other. Just be my self. It's me. It's my blog. I have own policy. I have own preference. So, that's all. 😉 *disclaimer: this is not a self defense or excuse*

Lha, ini postingan malah curcol tentang nge-blog. Padahal sih tadi tujuan utamanya mau cerita soal jahit menjahit dan karya masterpiece (azieeeehh... PD banget yaah aku present a masterpiece padahal sebenarnya masih jauh dari harapan ituuu si hasil karyanya wkwkwkwk). Kayak ke Makkah tapi lewat Jubail. Muter ke mana-mana dulu. Hehe.. Let's kembali ke topik utama!
Naman di Al Waha Park. Si Uni manjat spider net. Hayooo tebak yang mana yang homemade jahitan emak Aafiya 😉😅

Aku mulai lagi jahit menjahit ini sejak Aafiya request dibikinin Abaya. Emaknya yang udah lama ga jahit sejak lahiran Aasiya, kudu bebongkar stok kain Abaya dan jahit ala kadarnya 🙈. Tapi, pas belajar menjahit lengan yang bagiku selama ini sulit, akhirnya malah ketagihan menjahit. Apalagi ada beberapa selimut dan kain bedong nganggur di musim dingin ini. Kenapa ga dimanfaatkan ajaaaaa.... Yaa gitu deeh, akhirnya episode jahit menjahit ketemu musim spring lagi bagi emak Aafiya meskipun ini musim dingin.. 😂. Lagi hobi-hobinya jahit jaket selimut sekarang. Heuheu...

Hmm... Salah satu investasi berharga sesungguhnya adalah "ilmu yang bermanfaat!". Ilmu bisa apa saja. Bahkan juga ilmu menjahit. Hehe...
Demikianlah yang aku rasakan. Mendapati manfaat dari ilmu yang tak segan-segan diberikan oleh seorang ukhti (Mba Fatihah, dan seorang Hafidzah Al Qur'an dan ahli bekam pula ma shaa Allah), meskipun beliau mendapatinya dalam jangka waktu yang lama dan setelah percobaan demi percobaan berulang kali. Meski bukan ilmu yang sangat sulit, tapi juga bukan hal yang mudah. Sederhana saja, ilmu menjahit lengan (seperti yang aku singgung di atas). Hihi...

Aku belajar menjahit pertama kali di Riyadh juga sama mba Fatihah. Kita punya hobby yang sama soal jahit menjahit walaupun aku kalah jauh soal expertise. Hehe... Nah, kemarin-kemarin pas pasar kaget Annisa di imarah beliau (in shaa Allah kapan-kapan aku ceritakan di next postingan yaa soal pasar kaget ini) aku dapat kesempatan belajar potong dan jahit lengan baju ini. Setelah belajar menjahit lengan (menyatukan lengan dengan bagian badan/bahu), menjahit lengan terasa lebih mudah buat aku. Selama ini, menjahit lengan adalah sesuatu yang amat sulit dan selalu ga rapi dan bahkan sampai dedel berkali-kali 😅. Jazakillah mba Iah.
Jaket selimut buat Uni Aafiya

Selimut yang jadi "korban mutilasi" dan "gunting-sasi" emak Aafiya berikutnya adalah selimut berbulu lembut yang juga merupakan salah satu favorit abu Aafiya. Deg-deg an juga pas ngegunting karena selimut ini termasuk best of the best buat anak-anak ketika masih baby dulu. Tapi, dari pada nganggur dan cuma disimpan di koper, mending dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Alhamdulillaah... jadii deeh ini jaket. Buat Aafiya yang ada zippernya, buat Aasiya ga pake zipper. Semacam peacoat lah yaa... 
Ini buat dede Aasiya

Nah yang karya masterpiece buat aku adalah ketika berhasil "menaklukkan" 2 tantangan sekaligus. Pertama membuat hood jaket. Kedua jaket dengan model pake inner / lining. Bahannya masi seputar 'barang bekas'. Outer menggunakan sisa perca. Inner bekas selimut bayi (lagi!). Dan kain motif strip pink untuk dalaman hood dan saku adalah bekas baju bayi yang sudah melar 😅.
Jaket with hood and lining

Polanya (masi setia) pake metode kirologi. Ukurannya cuma njiplak jaket yang enakan dipakek. Bekal lain adalah tutorial hood yang gratisan di yutub. Hehe...
Dipakek naman

Pas udah jadi, senang banget ngeliatnya... Pas banget seukuran Aasiya. Alhamdulillaah... Berasa karya masterpiece walaupun masi jauh dari baik. Masi belum rapi. Hehehe...
Versi zoom nya. Jaketnya basah karena difoto setelah dipakek sama Anaknya 😂. Bagian dalam (lining/inner) adalah lapisan bekas selimut bayi jadi hangat ketika dipakai.

Iya ya. Menyenangkan rasanya ketika kita berhasil, apalagi setelah melewati banyak kegagalan. Berpahit-pahit di kegagalan, akan sirna seketika saat berjumpa keberhasilan. Makanya kita butuh gagal. Agar nikmat keberhasilan itu lebih berasa.

Tapi, keberhasilan yang sesungguhnya adalah ketika kita berhasil melewati hari-hari di dunia ini dengan sebaik-baik capaian untuk poin akhirat kita. Selelah dan sepayah apapun di dunia, berdarah-darah, menderita, dibawah ancaman, hidup di daerah konflik dan peperangan, tak ada apa-apanya ketika beroleh ganjaran surga. Makanya, orang-orang Palestina, Suriah dan orang-orang yang tengah berada di medan jihad sana, adalah mereka yang paling semangaatt meraih syahid. Di tengah dentuman bom yang setiap saat, apakah masih sempat memikirkan rumah megah, sofa empuk, dan segenap gemerlap dunia lainnya? Sungguh, hanya orang terpilihlah, hanya orang tangguhlah yang Allah tempatkan di sana.

Dan diri ini?!
Ahh, masi segenap kelalaian menggerayapi. Astaghfirullaah... Astaghfirullaah...

Just self reminder, bahwa dunia ini hanyalah sebentar saja. Keberhasilan dunia saja, kita merasa bahagia atasnya. Apatah lagi keberhasilan yang sesungguhnya! Keberhasilan setelah kehidupan dunia. Semoga, kita tak menjadikan dunia sebagai tujuan.

Allahumma aj'al hammi al akhirah...

1 comment:

  1. Setuju dengan artikel diatas, bagus!
    Pengembangan diri adalah investasi yang terbaik untuk kita..
    Tapi seharusnya diimbangi dengan pengembangan juga sih, semisal dalam hal keuangan.
    Karena sekarang udah banyak banget investasi keuangan yang gampang plus dengan modal sedikit dan untung banyak. boleh simak artikel ini.
    p2p lending sebagai pilihan investasi

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked