Memilih Kemudahan

Prinsip setiap orang berbeda!

Meskipun kebanyakan orang tentu lebih memilih jalan kemudahan dari pada yang sulit (baca: ribet) atau sesuatu yang lebih efektif dari pada yang berbelit-belit bolak balik, tapi ternyata ada orang yang ga begitu suka keefektifan dan kemudahan. Lebih memilih jalan yang sulit, tak efektif, berbelit-belit, bolak-balik dan menghabiskan banyak waktu 😁.

Jika ada suatu kegiatan yang bisa dijalankan bersamaan dalam 1 waktu, tidak membuat kita bolak balik, pasti kebanyakan orang memilih yang efektif dan tidak menghabiskan banyak waktu. Tapi, ternyata ada orang yang lebih suka keribetan dan menghabiskan waktu banyak di jalanan, bolak-balik ke sana kemari. Padahal, dikaji secara logis sekalipun, hal tersebut (menjalankan secara bersamaan) sangat jauh lebih efektif. Contoh kasus. Suami dan istri sama-sama punya agenda dan problemnya suami harus mengantarkan istri ke tempat agenda tersebut. Waktu pelaksanaan agenda istri sebenarnya bisa fleksibel. Bisa bersamaan dengan suami waktunya. Tempatnya pun berdekatan atau searah dalam perjalanan. Akan jauh lebih efektif kan jika kegiatan itu dilakukan secara bersamaan. Jika waktunya bersisipan, misal istri 2 jam bertama, suami 2 jam berikutnya, malah tidak efektif. Pertama suami harus mengantar istri dulu lalu balik lagi, lalu jemput istri lagi, antar pulang ke rumah, lalu berangkat lagi ke kegiatan suami, lalu pulang  lagi. Ahh betapa ribet nya bolak-balik berbelit-belit. Ada 6x bolak balik kan yaa... yaitu Antar istri-balik lagi, jemput istri balik lagi, berangkat ke kegiatan suami dan balik/pulang. Belum lagi resiko keterlambatan suami jika harus mengantar jemput istri terlebih dahulu. Coba kalau kegiatan tersebut dilakukan bersamaan. Cuma ada 2x bolak balik yaitu berangkat dan pulang secara bersamaan. Apalagi secara jarak tidak dekat. Satu kali perjalanan bisa lebih dari 25 km. Kalau bolak-balik begitu kan akan memakan jarak lebih dari 150 km, memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak tentunya. Jika sekalian kan hanya memakan waktu dan jarak sepertiganya... Herannya, ada yang malah lebih suka bolak-balik dari pada yang efektif begini? 😂😂😂 sungguh hayati tak habis pikirrr dan heran maksimal... 😂😂😂

Contoh lainnya, Ada orang yang punya peralatan elektronik semisal dishwasher, vacum cleaner, mesin cuci dan lain sebagainya. Tapi, lebih senang mencuci piring secara manual, menyapu debu dengan sapu biasa atau mencuci dengan manual. Ada food processor tapi lebih memilih mengulek pakai ulekan dan cobek yang bikin tangan super pegel (hihi dulu aku juga seneng ngulek manual sih dengan alasan tasty lebih maknyus kalo di uleg sendiri, tapi sekarang mah ogah bangeeeett... serahkan saja pada food processor 😂, dan lagian no significant taste difference yang diuleg manual ama yang dihaluskan sama food processor). Bukankah jika ada teknologi, lebih memudahkan dan tidak menghabiskan lebih banyak waktu. Kita bisa melakukan kegiatan lain tanpa menghabiskan waktu untuk 1 kegiatan. Ini lain cerita kalau niatnya menghemat listrik yaa.. Ini sebutlah dalam kondisi listrik bayar murah... hehehe...

Sebenarnya, kadang aku ga habis pikir dan tak masuk logikaku. Ini adalah hal yang mubah. Bukan perkara ibadah. Tapi, kenapa lebih memilih jalan yang sulit? Kenapa lebih memilih yang bolak-balik berbelit-belit dari pada yang lebih efisien dan efektif secara waktu dan tenaga?! Bukankah akan lebih baik waktu yang terbuang percuma di jalan, atau waktu yang dihabiskan dengan mengulek bumbu rempah bisa digunakan untuk kegiatan lain??!

Nah itu aku. Sekali lagi, itu mindset aku, yang memang ga suka ada keribetan (dalam kontek hal mubah). Aku berprinsip, jika ada sesuatu yang mudah, efisien, efektif, hi-tech, lebih tidak banyak menghabiskan waktu, aku pasti akan memilih yang lebih mudah. Ini untuk kontek hal-hal yang mubah.

Tapi, aku harus ingat satu hal.
Bahwasannya, aku tak bisa memasangkan sepatuku kepada orang lain. Even sepatuku sendiri pun yang kanan tidak bisa dipakai di kaki kiri. Sebaliknya, aku juga ga bisa memaksa baju orang fix di badanku. (Yang ada malah melar dan robek bajunya mungkin... 😂😂 maklum emak Aafiya sekarang udah melaar.. hiks hiks hahaha 😂😅)

Filosofi klasik memang. Tapi selalu saja pelajarannya sangat berharga. Apa yang aku paparkan di atas, oleh sebab aku memandang dari kaca mataku sendiri. Oleh mindset aku sendiri.

Selalu saja ada alasan atas suatu pilihan. Mengapa seseorang memilih jalan yang sulit dan berbelit, pasti ada alasannya. Dan aku tentu tak serta merta dapat mengerti alasannya jika aku terlalu selfish dan memandang sesuatu hanya dari sisiku sendiri. Boleh jadi, orang yang senang bolak-balik itu memang senang jalan-jalan dan tidak mempermasalahkan bensin, hehehe... Boleh jadi, yang memilih tidak menggunakan dishwasher karena piring yang dicuci tidak banyak jadi bisa dikerjakan sambil nyuci tangan setelah makan. Ya, ada banyak alasan! Dan aku tidak boleh dan tidak berhak sama sekali untuk men-judge bahwa pendapatkulah yang paling bener. Apalagi merasa paling bener sendiri... Astaghfirullaah wa na'udzubillah...

Ya... ini sebenernya curhatan sekaligus reminder buat aku. Sekaligus mengingatkan tentang pentingnya waktu. Justru, kadang banyak waktu berlebih (harusnya ga ada waktu berlebih sih yaa...) dan waktu luang justru jauh lebih melalaikan! Apalagi dengan dunia medsos jaman now. Tanpa disadari banyak sekali waktuku yang tercuri oleh handphone pintar dan medsos ini. Astaghfirullah... Astaghfirullah... Padahal waktu juga akan dihisab... 😣😣😣

Semoga aku bisa lebih bijak dalam memanfaatkan momen kemudahan dan waktu yang Allah pinjamkan...

○●○●○

Di sisi yang lain.
Ada orang yang lebih memilih jalan yang sulit, panjang dan bahkan berbelit-belit. Ada orang yang memilih jika bisa shalat malam dengan membaca surat yang panjang, mengapa memilih triple-"Qul". Jika bisa shalat 8 rakaat, kenapa memilih hanya 4 rakaat. Ada lagi orang-orang yang lebih memilih berpeluh payah dalam menyeru pada kebaikan. Bahkan bully an, cercaan menerpa, tapi mereka tetap memilih jalan ini. Ya, inilah orang-orang yang memilih jalan sulit yang penuh keberkahan. Dan aku--sungguh amat sangat jauh--dari sosok-sosok luar biasa seperti ini. Aku yang penuh dengan rombengan 😣, masih jauh dari sosok-sosok yang memilih jalan sulit berganjar surga tersebut... Sebab menempuh jalan ke surga itu, pastilah menempuh jalan yang sulit. Sedangkan kesuksesan dunia yang hanyalah remeh-temeh saja mendapatinya bisa berpeluh payah, apalagi kemenangan akhirat dan surga yang nilainya amat sangat jauh lebih tinggi! Harusnya jalannya jauh lebih sulit, panjang dan berliku.

Ini sebagai pengingat diri...
Bahwa untuk hal mubah, kita boleh memilih jalan yang mudah. Tapi untuk hal ibadah dan segenap kebaikan lainnya, jika kita bisa melakukan yang lebih tinggi (yang tingkat kesulitannya juga lebih tinggi tentunya), kenapa harus memilih yang biasa-biasa saja.
#NtMS

Ma'annajah dalam kebaikan!
Ingat... ingatlah hisab waktu wahai diriku yang amat sangat lalai... 😣

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked