Happy Song vs Happy Tilawah


Hmm…sebenarnya sudah lama pengin tuliskan ini. Tapii, masih mengendap begitu sahaaajaaa. Butuh katalisator kayaknya niiih. Hee… Ng…, ga jugah siiiih. Cuma, kata murobiyahku waktu SMA dulu yang sangat berkesan bagiku hingga saat ini; jika kamu menyampaikannya bir-ruuh, maka juga akan di terimanya bir-ruuh. Pun begitu halnya dengan tulisan. Makanya, ketika semangat-semangatnya, ketika ruuhnya lagi di puncak grafik sinus, tuliskan ajah. (Nulis kan sekalian muhasabah). Mau di tulis di diary kah, atau pun di MS. Word. Simpan di salah satu folder di computer. Kemudian bacalah ketika kita ngerasa lagi down, ketika ruuhnya lagi di lembah grafik sinus. Insya Allah ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk kembali me-refresh ruhiyah. Allahu’alam.

Ini cerita ketika aku sempat nonton tipi. (hee..koq kayaknya kampungan banget yaah? Skali-skali liyat tipi, gituuh? Tapi, begitulah kenyataannya. Untuk yang satu ini, aku memang sangat kurang. Nontonnya pas kalo lagi pulkam saja. Itu pun jarang jugah karena ga terlalu suka. Jadinyaaa, aku nonton tipi yaaah, ala kadarnya doang. Berbulan-bulan ga ngikutin itu siaran dari kotak ajaib juga bukan masalah bagiku. Walaupun harus rela sedikit ketinggalan informasi. Huhu). Nah, pas lagi nyari siaran, sempatlah terlihat suatu acara (ng…di stasiun mana yaaah? Kaga ingat dan juga kaga ngikutin itu siaran!!) yang semacam “happy song” begituuh. Pesertanya di minta buat menebak judul lagunya. Trus juga menyambung lagu yang dinyanyikan entah oleh siapa.

Wah….wah…., hebat sekali yaah animo para peserta yang ngapalin lagu2, teks-teks nya, trus juga judulnya yang jumlahnya udah ratusan ituuuu. Ck…ck…ck…. Hebat sekali ghozwul fikry nya!! Dan acara seperti itu, yang sejenislaaah, sepertinya peminatnya begitu banyak. Hadiah yang ditawarkan pun barang kali menggiurkan.

Aihhh, kira-kira Cuma mimpi gak yaaah, kalo dibikin acara dengan format yang sama, tapi dengan judul “happy tahfidz” di stasiun tipi yang sama. Ng…., maksudnya, tinggal mengganti ajah acaranya, begituuh. Aturan mainnya, peserta diminta untuk menyambung ayat-ayat yang dibacakan oleh seorang ustadz, misalnya. Trus, juga menebak nama suratnya. Waaah, jika acara beginian yang ditampilkan, insya Allah Fikroh yang ditampilkan ke public pun akan lebih baik kan yaaah?!! Pun dengan reward yang diberikan! Karena toh secara fitrahnya, manusia telah dirancang Allah untuk “mengharapkan” reward dan “menjauhi” punishment. System persarafan manusia di bagian amygdale dan alam bawah sadar pun begitu. Jadi, dalam acara tersebut, gak apa-apa deeh, hadiah yang ditawarkan itu adalah sesuatu yang menggiurkan. Hee… (semoga bukan hanya mimpi, tapi, menjadi kenyataan di hari esok. Allahumma aamiin)

Kemarin sepulang dari rumah sakit, di hadapanku duduklah seorang anak umur 4 tahun. Lalu, dilampu merah, berhentilah si angkot. Datang dua orang pengamen menghampiri angkot yang kami tumpangi. Lalu, dengan semangat si pengamen melantunkan sebuah nyanyi. Serta merta, si anak 4 tahun mengikuti nyanyian si pengamen. Sepertinya si ade’ memang sudah begitu hapal itu nyanyi. Padahal, isi nyanyinya, masya Allah, sangat tak kompetibel sama anak umur segitu. Aaaah, kira-kira, Cuma mimpi ga yaah, jika setiap anak itu nantinya, yang terlantun di bibirnya adalah An-Naba’, Al Mursalaat, Al Hasyr, dst. Aaahh, semoga juga bukan mimpi saja. Dan semoga ini semua menjadi kenyataan. Dan tentu saja ini semua tak mudah. Banyak hal yang mesti dibenahi. Dimulai dari dirinya sendiri dululah. Keluarga. Masyarakat. Negara! Insya Allah!

Hmm…, merindukan hadirnya generasi-generasi muda yang rabani. Merindukan akan hadirnya generasi-generasi qur’ani. Waaah, kalo ini mah, keluarganya Ustadz Thamim dan Ustadzah Wiwi sudah membuktikannya yaah. (Buku : 10 bersaudara hafidz qur’an yang ditulis mba Izzatul Jannah dan Kang Irfan ini memang benar-benar inspiratif sangat yaaah?! Subhanallaaah! Andaikan setiap keluarga muslim demikian. Masya Allah…)

Hoo…iyaaa, kemarin2 di acara mingguanku ketika masiy di Bukittinggi, sempat jugah dibahas masalah aktivasi gelombang otak manusia. Jadi pernah dilakukan “isolasi” terhadap 3 orang sukarelawan dan ditempatkan di suatu tempat yang tiada berinteraksi dengan manusia selama satu minggu. Relawan 1, selama seminggu full itu dipaparkan music rock yang “jigrag-jigrug, gdubyaaarr” begituwhh. Trus, relawan kedua, dipaparkan music klasik yang mengalun syahdu. Relawan ketiga dipaparkan murattal Al Qur’an. Hasilnya, subhanallaah, relawan ketiga memperlihatkan gelombang alfa dan beta yang luar biasa bagusnya. Relawan kedua, bagus, tapi kalah jauh dari relawan ketiga. Dan relawan pertama, bisa ditebak! Gelombang otaknya gak beraturan begituhh. Kacaww banget dah! Jadi, jelaslah sudah! Semuanya membuktikan, bahwa Al Qur’an itu benar2 mukjizat yang luar biasa yang masih dapat qta rasakan sampai saat ini. Jika mukjizat lain hanya ada di zaman kenabian saja, maka mukjizat ini masih “diwariskan” Rasulullaah untuk kita.

Hayuk…hayuk… semangat!!!!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked