Titik Nol


Sungguh, alam mengajarkanku bahwa setiap ikatan kimia selalu akan membentuk konfigurasi atom, apakah itu dengan memberi ataupun menerima elektron. Pun begitu hidup ini, bahwa tak ada yang sanggup berdiri sendiri dan bertahan dengan elektron bebas. Dengan kedhaifannya, manusia pasti membutuhkan konfigurasi itu. Dan seindah-indah, sebaik-baik konfigurasi, adalah dengan “menerima” elektron dari Rabb, Dzat yang Maha Agung yang jiwa kita ada dalam naungan-Nya.

Maka, dengan ini wahai Allah...,
Kuserahkan segala pengharapkan itu hanya pada-Mu. Hanya pada-Mu saja ya Rabb. Tiadalah kedekatan yang paling dirindukan oleh para perindu melainkan kedekatan dengan Rabb-nya. Yah, dengan Rabb-nya.

Jika seorang William James saja dalam “The Varieties of Religious Experience”-nya menyatakan bahwa manusia itu sangat membutuhkan “The Great Socius”, maka tentulah umat manusia agung, Muhammad saw, akan lebih memahami soal ini. Bahwa, hanya Dia, satu-satunya solusi dan hanya Dia, kepada-Nya harapan ini terlabuhkan.

Sungguh, aku ingin kembali ke titik awal itu.
Yah, ini adalah titik awal itu.
Sebelum ada kata terlambat. Sebelum segalanya berakhir dengan pengakhiran yang menentukan, pengakhiran untuk kehidupan yang abadi.

Allah,
Ijinkanlah, bahwasannya hanya nama-Mu saja yang terpahat di sana ya Rabb. Di hati ini.
Allah, Kuserahkan diri ini, jiwa ini, penghidupan ini, hanya pada-Mu ya Rabb...
Karena Engkaulah sang Maha Penentu segala Keputusan.
Segalanya adalah rahasia-Mu ya Rabb, dan kupasrahkan diri atas segala keputusan-Mu.
Keputusan terindah-Mu. Sebab, segala keputusan-Mu, meski menurut kaca mataku yang dhaif dan jahil ini, itu adalah sesuatu yang tiada menyenangkan, karena betapa jahilnya aku. Tapi, apapun itu, adalah yang TERBAIK. Karenanya, kekasih-Mu ya Rabb, telah tuntunkan umat ini untuk mengenakan dua perisai itu sebagai buffer yang menyawari kesenangan dan kesedihan; yaitu Sabar dan Syukur. Dua hal yang ringan untuk diucapkan tapi berat untuk dilaksanakan. Sebab tak banyak yang bisa bersyukur dan tak banyak pula yang sanggup bersabar. Tiadalah sanggup diri ini selain karena Engkau ya Rabb.

Allah,
Ijinkan aku, dari titik nol ini, untuk kembali menukil langkah, meneruka lahan ini, perlahan.
Sungguh, tak ingin diri ini berada pada selemah-lemahnya batas-Mu. Pada titik nadhir keimanan. Sungguh, tak ingin ya Rabb.

Ya Allah,
Apapun keputusan-Mu, maka itu adalah yang terindah, terbaik!!
Maka ya Rabb, ijinkan aku untuk menghapuskan pengharapan kepada selain-Mu, apalagi kepada manusia yang juga dhaif dan lemah. Ijinkan aku untuk menyandarkan hati, hanya pada-Mu ya Rabb, tiada pada selain-Mu. Karena semua pasti akan indah pada waktu-Mu, pada waktu yang Engkau tetapkan ya Rabb.

Maka, sungguh, setiap ikatan kimia pasti terdiri atas konfigurasi atom-atom. Saling memberi dan menerima. Saling bersesuaian. Semua adalah rahasia-Nya. Dan sungguh, Dia pasti akan tetapkan pilihan yang terbaik! Maka, hapuskanlah pengharapan selain kepada-Nya. Cukup hanya pada-Nya terlabuhkan harapan itu. Cukup pada-Nya saja. Hanya pada-Nya saja. Tiada yang lain!

1 comment:

  1. Baiklah...

    insya Allah, aku akan memulai lagi dari titik nol..
    dengan konfigurasi elektron terindah!!


    Allahuakbar!!!

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked