Harga Sehat...


“Berapa kami harus bayar Bu?” seseorang bertanya di balik jendela kaca yang ada lobangnya. Jendela kaca apotek! Sayup..sayup… suara itu masih terdengar hingga ke ruangan tempat aku duduk menuliskan nama-nama obat (huaa… be te we, kayak-kayaknya, aku memang saaangat tak suka dengan kemonotonan niiy…dan pekerjaan apotek adalah pekerjaan yang ng…cukup monoton! fiuuff…)

“Sebentar ya Pak , kami hitung dulu.” Jawab si asisten apotekernya. Si Bapak menunggu di luar dengan penuh harap-harap cemas.
“Pak , biaya pengobatannnya 40 juta yaaah.”
“Haaaa?? Apa?? 40 Juta, Bu!!!!?????” si bapak terbelalak tak percaya. “Ndak bisa kurang lagi, Bu?”
“Waaah…tak bisa Pak. Ini bon nya Pak.”
Si Bapak tercenung. Lalu beberapa saat kemudian berbicara dengan nada sendu, “Bu sebenarnya kami mau pulang saja hari ini. Tapi duitnya belum cukup Bu.”

Beberapa saat kemudian si bapak sudah berlalu dari depan counter apotek.

Fiuff…
Aku tercenung dalam diam (habiiiis ga bisa berekspressi niih di apoteknyaaa.
Orang2nya sibuuk semua, huhu…). Sejujurnya, aku jadi terkaget-kaget mendengar angka-angka yang harus dikeluarkan pasien dalam pengobatannya. Untuk menebus satu resep ajah, kadang sudah sampai ratusan ribu, jutaan bahkan. Kasihaaan.

Coba deh kalo 40 juta itu dibelikan kerupuk berapa container yah kerupuknya??
Heee.., koq analognya ke kerupuk yaaah??
Bahan ada yang sampai 60 juta segala. Masya Allah…

Sungguh betapa seringnya kita abai terhadap nikmat ini. Nikmat yang sebenarnya harganya jauuuh lebih besar. Ia adalah asset yang sangat berharga! Semoga, ini menjadi I’tibar bagi kita untuk menjaga dan men-syukuri nikmat ini.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked