Setengah-setengah!



Hmmpph…
Kadang-kadang, aku merasa cukup down dengan segala yang aku siapkan ini. Betapa, aku masih sangat jauh dari siap. Jauh drai persiapan yang sesungguhnya dan seharusnya. Serasa terus dikejar-kejar, dan terkejar-kejar! Segalanya harus siap dalam sekejap. Semua serba setengah-setengah!  Fiuuuuft…

Beberapa waktu yang lalu, diskusi dengan senior apoteker mengenai HPLC. Hmpph…susah payah mere-call memory 3,5 tahun silam. Sudah banyak yang menguap. (Pelajaran pertama : dahulu, sering itu blajar dan melakukan proses memory menggunakan otak kiri dan memory jangka pendek, sehingga selesai ujian, plajaran pun ikut menguap. Maklum, SKS).

Aih, sebenarnya, satu hal saja. Sering kali, memahami ilmu itu secara parsial. Mengkotak-kotakkannya sehingga pemahaman itu jadinya setengah-setengah! Seharusnya, memandang suatu bidang ilmu itu adalah dengan pandangan global dan menyeluruh, sehingga keterkaitan antara materi pendukung dan ilmu-ilmu yang mesti diplajari itu secara global dapat dilihat dan dipahami. Dan, sebenarnya tak perlu pula komat-kamit ngafal ini itu asalkan konsep dasarnya, asalkan filosofi ilmunya dapat dipahami. Bukankah begitu?

Kadang2, sering heran, melihat ada yang begitu bekejar-kejaran mendapatan nilai serba wah, serba oke, pokoknya, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus itu. “Yg penting transkrip gw A. Biar gampang mendapatkan kerja!” itu targetnya. Yaah, percuma saja dong, dapat nilai A, kalau targetnya Cuma buat nilai doang! Giliran ditanya filosofinya saja, jadi bengong! Asli! Ini mah sama saja boong! Sebenarnya, yang diharapkan itu nilai apa ilmu sih? Padahal, jika yang diharapkan itu adalah ilmunya, si nilai juga bakalan relevan koq. Gak mungkin dong, orang yang paham, nilainya bakalan jelek. Setidaknya, ketika dia gak belajarpun, tapi sudah paham, hasil yang diperolehnya itu gak bakalan mengecewakan. (Walaupun juga gak tinggi. Hee…)

Hmmpph…, ngomong2 soal pemahaman yang parsial, sebenarnya ada yang perlu lebih dipahami secara menyeluruh lagi! Dan ini benar-benar menyangkut “nasib” kita nantinya. Yaitu, pemahaman akan diin ini. Ketika kita memami diin ini secara parsial, maka, tentulah dalam menjalankannya pun akan setengah-setengah juga. Lalu, dengan mudahnya menjudge sesuatu yang kita tak punya pengetahuan tentang itu. Menyalahkan sesuatu yang mungkin adalah benar karena ketidaktahuan kita.

Mari kita lihat fenomena ini,
Ketika ada yang melaksanakn dhuha, ada yang nyeloteh, “Ih, sholat apaan sih? Dasar! Ajaran sesat!”
Atau, “Eh, ini kan belum masuk dzuhur. Dzhuhur kan masih 3 jam lagi. Kenapa udah sholat?”
Atau, ketika melihat akhwat memakai jilbab yang lebih panjang dari wanita berkerudung kebanyakan, “Ini aliran apa pula ini? Kalian ini jadi mahasiswa, hati-hatilah. Jangan sampai ikutan aliran sesat pulak. Ini niiih, berjilbab…yang biasa-biasa aja lah! Jangan yang panjang-panjang begitu, hitam lagi!”
Dan, bahkan, ada seorang imam di sebuah mesjid yang ditendang sampai jatuh rubuh hanya gara-gara si imam tidak membaca basmalah di Surat AL Fatihah yang didzaharkan.

Semua fenomena di atas adalah sedikit dari sekian banyak kejadian nyata yang terjadi karena pemahaman diin yang parsial. Sehingga,begitu mudah menganggap orang lain salah. Padahal, itu tak lain disebabkan karena ketiadatahuan.

Meskipun, aku yang menuliskan ini bukanlah orang yang faqih dalam ilmu diin (waaaah, masiiiih sangaaaaaaaaaat sedikit ilmunya!!), tapi, dengan begini, mudah2an menjadi pelecut semangat kita untuk terus belajar…belajar dan belajar! Belajar untuk memahami, dan mengamalkannya, insya Allah.

Kembali ke perasaan down itu tadi…
Ng…, yang namanya hidup, tentulah akan seperti grafik kosinus yah? Kadang naik, kadang turun. Fluktuatif. Jadi ingat ajaran (sesat :P) dari seorang teman, “Jika kamu merasa jenuh, maka, ikutilah kemana hatimu mau, (asalkan masih dalam koridor-Nya), hingga kamu merasa jenuh dnegan kejenuhan itu. Setelahnya, adalah saatnya mengumpulkan energy untuk kembali bangkit!”. Yaah, bangkit menuju puncak grafik kosinus itu.

Tidak apa-apa saat ini merasa down. Setidaknya, aku bisa mengukur sejauh mana persiapanku. Dan, insya Allah, masih ada sedikit masa untuk mengejar ketinggalan itu. Masih ada waktuu, insya Allah, untuk melengkapi segala sesuatu yang rompang.

HARUS SEMANGAT!
Harus semangaaaaat Fathel!
“Menuju apt 2010”

2 comments:

  1. semangat..semangat..!!!!!

    *boleh pinjam bantalnya ga??
    :P

    ReplyDelete
  2. smangaaaaaaaaaat!!

    boleh Fir...

    pake ajah!
    tuuh, ada banyak!
    hihi

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked