'Buku' Penuh Kontroversi


Ada cerita yang lucu sekaligus kontroversional tentang 'buku' aku kali ini. Mari simak fakta berikut :

- Di hari pertama di rumah sakit, "Fatheeeeeel, buku apaaa ituuuhh? Aku pengen ngopy doooong... " (maklum mahasiswa, doyan ngopy, termasuk akuuh. Hehehe
 >> Tuing-tuing, ternyata cuma kertas kerja. "Owalaaaa....ini tho?? Owalaaaa...ta' kirain buku baru" seru mereka.
- Nah, pas nyampe di instalasi farmasi khususnya bagian klinis, "Ini buku apa yaaa? Buku baru kayanya...." (secara mereka --orang-orang klinis--- selalu updet sama  buku farmasi klinis n farmakoterapi, dan merasa ebnar-benar amat sangat ketinggalan sekali ketika ngliyat ada buku baru. hehe.... trus setelah lihat isinya

>> tuing tuing.....
"Owalaaaaa....ini tho?? Owalaaaa...ta' kirain buku baru"
- Beranjak ke ruang rawat, kami lagi sama-sama ngerecokin rekam medik di ruang diskusi HCU. Si PPDS udah gateeeell banget pengen ngeliyat buku apa. "Buku apa nih? tebel amaaatt??" hehehe, dan lagi-lagi, 

>> tuing tuing.... "Owalaaaa...ta' kirain buku baru..."

-Di ruang high care unit, pasien kritis dengan 14 komplikasi, ada semacam tim yang sedang diskusikan kondisi pasien, yang terdiri dari konsulen geriatri spesial penyakit dalam, PPDS penyakit dalam 2 orang, aku dan satu temenku dari farmasi klinis, dan satu lagi perawat. Aku tetep tenteng itu buku (yg isi nya kertas kerja dan all about clinical clerkship) saat bahas tentang albumin pasien. "Tak ada evidence pemberian albumin untuk kondisi seperti ini kecuali dia mengalami efusi pleura. Tapi saya juga tidak tahu apakah ada jurnal terbaru. Kalian ada yang tau?" Tiba-tiba konsulennya ngeliat ke arah aku dan bilang "Coba liat di buku itu, ada ndak membahas ttg albumin." (walaupun tidak terang2an menanyakan itu adalah buku farmasi, tapi 
dokter konsulen itu juga telah 'tertipu' dengan buku aku dan mengira itu buku beneran. Hehehe...

Hehehe... Sejujurnya aku jadi pengin ngakak setiap kali menjumpai kejadian kaya gini di minggu-minggu pertama PKL. Aku sesungguhnya tak pernah punya espektasi apa-apa terhadap buku itu. Murni hanya karena aku demen beut ama yang yang namanya desain. Dan ditambah lagi available fasilitas printing and offset begituan itu...

Nah, sebenarnya aku cuma mau ambil pelajaran berharga dari kisah di atas. Pelajaran berharga yang sebenernya udah kita dapet juga dari duluuuu banget semenjak kita baru mengenal apa itu dunia. Don't judge the book on the cover. Tuh kaaan, kalo nilai covernya doang, nda liat isinya, jadinya kan begituuu. Jangan liat orang hanya dari tampilannya ajaah. Karena boleh jadi, orang yang kita kira buruk ternyata baik bangeet. Dan orang yang kita kira baik, ternyata bagai api dalam sekam, bagai duri dalam daging, bagai pagar (yang punya mulut) makan tanaman <-- hahaha, ngacooo!

Kecuali soal amal ibadah dan amalan mereka. Karena ketika kita melihat amal ibadah seseorang, mestilah lihat apa yang tampak sahaja.  Misal, kita liat seseorang sholatnya lamaaaa bangeeeet, kelihatannya khusyuuuuu' bangeeet, maka yang kita judge adalah bahwa dia sholatnya lama dan khusyu'. Masalah niat dia sholat kaya gitu bener-bener murni karena Allah atau cuma buat keren-kerenan doang, itu bukan urusan kita. Cukuplah Allah saja yang menilai. Permisalan yang lain, seseorang rajiiiin banyak sedekahnya. Pokonya top cer dah! Kita harus menilainya dermawan, terlepas dari niatan apa di balik amalannya dia. Ada haditsnya kalo ndak salah di Riyadhusshalihin aku baca. Tapi aku lupa redaksinya, dan tentu saja tidak hafal <-- parah nih ayee. Hee...

Dan ini semua antitesis dengan yang namanya muamalah. Ketika ada seseorang (sepertinya) jahatin, ngerugiin, nge-bully (eh, masuk kriteria inklusi ndak ya? hehe), pokonya ngelakuin sesuatu yang menurut kita ndak sesuai harapan (asalkan tidak ngelewatin batas-batas syar'i), maka nda boleh serta merta langsung menilai jelek. Harus available dulu ruang-ruang husnudzan. Pokonya kalo udah liat isinya dan udah memiliki evidence base yang kuat, baru bisa nge-judge.

Lebih kurang begitu. Nasihat ini ditujukan buat saia terutama, dan berharap ini bermanfaat bagi kamu semua. Apa lagi untuk orang-orang reaktif (kaya saya), yang mungkin kelebihan 02 kali yaaahh?? Sehingga terlalu reakti. Ehhmmm....itu oksidatif kali Fatheeeeeeeeeelll... Hehehehe....


0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked