Cerpen-Cerpen Jahiliyah

Okay, ini sebentuk komitmenku terhadap program #oDoP hehehe... Semoga istiqomah yaa Fathel. Soalnya kadang di awal-awal semangat,di  ujung-ujung ga terlaksana...

Let's talk about Short Story or Indonesian is called it Cerpen. Hehe....
Sejak kelas 6 SD aku adalah 'penggila' cerpen, all about cerpen baik itu membaca maupun menulisnya. Cerpen pertama yang kutulis ketika kelas 6 SD. Dan puncak-puncak kepenulisan cerpenku itu adalah pas setingkat SMP kelas 2 dan 3. Saking tergila-gilanya (koq gila yah? heuu...) sampai-sampai fisika dan matematika ta' cerpenin jugaaa...hihihi :D
Hehe, masa SMP adalah masa 'kejayaan'ku di mana aku sedang asyik-asyiknya meng-eksplor hal-hal baru, ikut lomba ini dan itu, gabung di OSIS, merasakan apa itu yang disebut juara kelas. Dan kusadari sepenuhnya, semakin beranjak besar/tua, segalanya semakin merosot dengan kemerosotan yang tajjaaam... hiks. Ambil contoh semasa SMA (yang jarak waktunya dekeet sama masa SMP), aku ga pernah juara kelas (udah sepuluh besar ajah masih untung, alhamdulillaah), ga keutus lomba ini dan itu, ga gabung di OSIS. Pokonya 180 derjat banget bedanya ama jaman-jaman SMP. Pas jaman kuliah apelagii. IPK pas-pasan lapeh makan, buanyaaak membawa pulang rantai atom Carbon (hehe, baca nilai C), dengan berbagai variasi, yaitu C-, C dan C+) haha... Hal parah lainnya, tidak seperti jaman-jaman SMP, aku tidak pernah lagi menulis cerpen (terakhir aku menulis cerpen kalau tidak salah tahun 2009). Makin parraaaahhh... hiks.


Di SMP, jumlah cerpenku itu sampai ratusan. Walaupun ga ada satu pun yang di publikasi kecuali jadi penghuni mading sekolah di mana aku salah satu anggota tim redaksinya. Heuheu...
Sebenarnya aku sudah lama lupa dengan cerpen-cerpen jadul dan jahiliyah itu. Cerpen jaman-jaman jahiliyah. Hihi... Hingga beberapa waktu lalu (seminggu apa dua minggu lalu) aku kembali membongkar cerpen-cerpen itu. Ya kira-kira cerpen yang kutulis 12 hingga 10 tahun yang lalu.

Aku baca satu persatu cerpen itu. Hampir semua cerpen membuat aku ngakak abiiiss. Haha, ternyata sebegini jahiliyahnya pemikiranku dulu. Aku menganggap cerpen islami itu hanyalah sebatas seseorang menjadi muallaf. Sisanya, cerpen-cerpennya malah berkisah tentang cewek cowok remaja yang pacaran. Ghazwul fikry nya berasa bangeeett. Kesimpulan pertama yang dapat kutarik adalah, ghozwul fikry itu begitu hebatnya mengakar dan membudaya di kalangan anak remaja. Pantesan saja budaya pacaran begitu sulit dicegah karena setiap hari anak-anak reaja disuguhkan dengan berbagai macam kejahiliyah yang tampak kerreeeen. Gak pacaran gan gaul. Aneh justru kalo ga pacaran. itu artinya gak laku=laku. Hehe, untungnya aku alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah, gak pernah pacaran sebelum menikah. Tapi, kebanyakan cerpennya berkisah tentang orang-orang ditembak lalu mati eh jadian di masa itu. :(
Dan yang membuat aku menyesal hingga hari ini adalah cerpen-cerpen jahiliyahku itu pernah beredar seantero asrama dan teman-teman setingkatku (dari kelas A hingga kelas F). Deuuhhh, sungguh sudah banyak ghozwul fikry yang kusebar jaman itu. Astaghfirullaah...

Melihat fenomena itu, ga jauh-jauh dari isi cerpenku ajah, aku jadi berkesimpulan, (kesimpulan yang kedua), sungguh beruntunglah bagi yang pernah merasakan mentoring semasa SMP dan SMA. Sebab, mentoring adalah jalan untuk melawan arus itu semua. Menjernihkan fikiran dari ghozwul fikry. Mentoring adalah Mental kotor disaring. Merugilah bagi mereka yang punya kesempatan ikut mentoring tapi ga pernah ikutan.

Aku ikut mentoring dengan sebener-bener mentoring baru awal kelas 3 SMA. Mulai hijrah. Mulai berbenah diri. Mulai berubah secara morfologis (memesiumkan para celana dan menggantinya dengan rok serta memanjangkan jilbab dibawah dada). Saat aku membaca cerpen pas aku SMA dan mulai ikut mentoring itu kembali, aku merasakan perubahan pada fikrah cerpen-cerpenku ketika SMA tersebut. Sudah menulai menolak pacaran. Hehe, ternyata tulisan kita menggambarkan sejauh mana tingkat pikiran kita yah?

Saat ini, aku sudah tidak menulis cerpen lagi. Dulu aku bahkan bisa selesai 4 cerpen dalam sehari. Sekarang? Satu halaman saja rasanya udah mentooookkk bangeeeettt. Alhamdulillaah, perubahan fikrahnya berasa. Tapi satu hal yang mengalami degradasi adalah produktifitasnya... Hiks...

Semoga aku menjadi lebih termotivasi menulis. Menulis untuk kebaikan, in syaa Allah. Berbagi kemanfaatan, in syaa Allah.... Setidaknya sebagai penebus kejahilanku dulu dan menggantinya dengan menebar cerpen/tulisan yang melawan arus global warming eh ghozwul fikry.

Hayooo semangaaaatt wahai dirikuuuuu!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked