Blajar dari Orang Gila


Pengalaman ini sungguh-sungguh membuatku jadi belajar. Meski dari seseorang yang dicemooh dan tak dihiraukan manusia lain sekalipun.

Ini pengalaman PKP Apotek siklus keempat. Aku dapat giliran dinas sore sampai malam (jam 14.00-20.00 WIB. Hiyy…serrem jugah ternyata masiy berkeliaran di Pasar Raya jam segitu). Nah, pas waktu mau asyar aku tanyakan ke kakak-kakak SPG Obat Alternatif yang ada di apotek sini, “Kak, kiblatnya kayak gini yaaah?” tunjukku pada sajadah. Entah karena ada urusan apa dan kesibukan apa, si kakaknya langsung aja ngejawab, “iya, kayak gituu…”. Mungkin tanpa memperhatikan dengan jeli. Trus tiba-tiba, ada salah satu orang yang kurang waras (baca : gila), yang konon kabarnya “tabaliak kaji” begituwh, kata orang-orang langsung nyeletuk “eeh, ndak gitu kiblat do. Kamari haaa…” Kata orang tersebut. Karena orang tersebut kurang waras begitu, aku hanya nyengir ajah ke arah dia dan langsung memulai sholat. Masya Allah, tak dinyana, ternyata kiblat yang benernya itu adalah seperti yang ditunjukkan oleh si orang gila.

Aku tercenung. Sungguh!
Astaghfirullah, aku telah meremehkan orang lain!

Plajaran dari si orang gila ini sungguh-sungguh telah mengingatkanku, bahwa KITA SEBENARNYA BISA BELAJAR DAN MENGAMBIL HIKMAH DARI SIAPA SAJA. Barang kali, sering dalam hati kita “meremehkan” orang lain yang memberikan masukan pada kita. Entah karena merasa diri lebih atau entah karena memandang rendah orang lain. Padahal keduanya sama saja. Adalah suatu akhlaq yang tercela. Padahal, dari siapapun kebenaran itu datang, jika memang benar, tentulah kita mesti ikutkan dan benarkan ia. Meskipun itu datangnya dari syetan sekali pun. Maka, dari mana pun kebenaran itu datang, dari siapapun, semestinya kita ambil, tanpa peduli orangnya siapa. Karena, siapa yang dapat menjamin diri kita lebih baik?

Ingat lagi kisah Abu Hurairah ketika ditugaskan Rasulullah untuk mengurusi zakat. (Ng…tafadhol baca lagi deh riyadhus shalihin, karena kebetulan bukunya lagi ketinggalan dan takut juga bikin dengan redaksional sendiri. Takut salah makna). Intinya, selama tiga malam berturut2 Abu Hurairah didatangi oleh orang yang menghiba minta dikasi zakat karena katanya anak istrinya belum makan. Trus, ketika Rasulullah menanyakan bagaimana kondisi tadi malam, Abu Hurairah ra pun menceritakannya. Lalu Rasulullah berkata, “Dia itu pembohong”. Setelah 3 malam berturut-turut, akhirnya Abu Hurairah tidak mau menyerahkan zakat lagi dan menangkap orang itu, sehingga si orang itu berkata, “Lepaskanlah aku. Akan kuberitahu sebuah kalimat yang membuat setan tak akan mendekatimu. Yaitu membaca 1 ayat dari surat Al Baqaroh (ayat qursy).” Ketika Abu Hurairah menceritakan kepada Rasulullah, Rasulullah mengatakan, bahwa apa yang dikatakan si pembohong itu adalah benar. Dan si pembohong itu sebenarnya adalah syetan.

Nah…nah…, bahkan jika pernyataan yang benar itu datangnya dari setan sekalipun, tetaplah kita ambil kebenaran itu kan yaah?
Smoga ini jadi plajaran buat qta, agar kita mengambil yang benar itu dari mana saja, tanpa harus memandang seperti apa si penyampainya.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked