Aku Kalah, Tapi Aku Menang

Aku Kalah, Tapi Aku Menang

Ini untuk kali kesekiannya aku kembali kalah. Hehe… Saking terbiasanya, mungkin aku sudah berdamai dengan begitu banyak kekalahan. Dalam kompetisi nyata yang memang jelas-jelas mencantumkan “Juara 1, 2, dan 3”, ataupun di banyak kisi kehidupan yang menang dan kalahnya bukanlah berafiliasi dengan sebutan peringkat ataupun juara. How poor, hihi…

Hmm…ini untuk kesekian kalinya aku bercerita. Maap yaah kalo sekiranya pengulangan cerita ini terkesan membosankan. Maklum, para sanguinis’ers biasanya suka mengulang cerita. Hehe…
Ayahku memberiku nama Fathelvi (Fathul-Alvi= seribu kemenangan) adalah agar kelak aku membawa seribu kemenangan dalam hidupku. Seribu? Haha, tentu saja itu sesuatu yang ‘berat’. Bagaimana tidak, seratus kemenangan saja sudah begitu berat, apalagi seribu, kan yah? Tapi kemudian, aku menyadari, bahwa selain sebagai do’a, namaku telah memberikan motivasi yang begitu banyak bagiku!

Sejak Sekolah Dasar dulu, sejujurnya, aku termasuk orang yang memang cukup terbiasa dengan posisi atas. Hehe…(Husy! Sombooooong! Haha, nda..nda ding!). Aku terbiasa yang kemenangan dan termasuk orang yang sulit menerima kekalahan. Kekalahan adalah hal yang membuat aku frustasi. Yaah,mungkin karena waktu itu skopnya masihlah sempit. Sangat sempit bahkan, yang penduduknya mungkin sekitar 100 kepala keluarga saja. Hanya sekitaran BSM (bukan Bandung Super Mall loooh! Apalagi Bank Syariah Mandiri, hehe. BSM itu nama Desaku dulunya yang kepanjangannya Banda Gadang, Sipotu, Mudiak Lawe). Itu pun hanya Mudiak Lawe saja yang mendominasi Karena Sipotu punya SD sendiri. Dan di Bandar Gadang punya sekolah MIN. Hee… Jadiii, untuk skop sebesar dusun Mudiak Lawe siih, alhamdulillaah waktu itu dapet juara 1 di kelas. Hehehe…

Selain selalu terobsesi jadi yang teratas di kelas, aku juga sering ikut lomba-lomba, mulai dari P4 (yang waktu itu masih jaman Soeharto, hingga mapel favoritku matematika) yan lagi-lagi skopnya juga amat sangat sempit, yaitu Mudiak Lawe. Paling sampai kecamatan Sungai Pagu. Dan hanya sekali sampai ke tingkat kabupaten Solok. Serta sekali sampai tingkat propinsi Sumatera Barat. Hehe… Ah, tak usahlah bercerita soal lomba-lomba itu. Toh, aku yakin, aku bukanlah apa-apa di antara begitu banyak orang-orang hebat lainnya. Hehe…

Sampailah pada akhirnya, aku memasuki sekolah menengah atas yang kata orang (nih kata orang looooh yaaaahhhh,,,cateeeet, hehe…), kata oraaang..pokonya kata orang itu favorit. Hmm… favorit atau tidaknya, mungkin juga tak penting untuk dibahas di sini, tooh stiap skolah juga punya sisi favorit tersendiri kan yah? Hee… Nah, di sekolah menengah atas itu, mulailah aku berdamai dengan ‘kekalahan’. Baik menyoal akademis (prestasi) maupun kompetisi yang nyata (yang diejawantahkan dalam bentuk kejuaraan) walaupun sebenarnya aku masih menyumbang sedikit piala untuk sekolah. Hanya sedikit siih, jika harus dibandingkan dengan teman-teman sekolahku lainnya. Yaah, aku memang bukan pemuncak. Sama sekali bukan! Mungkin kelas menengah kali yah? Hehe… Yang jelas, tak lagi berada di posisi atas. Maklum, skalanya bukan lagi dusun kecil Mudiak Lawe, tapi Sumbar dan sekitarnya (karena teman-teman SMA-ku kebanyakan juga bukan dari Kota Padang Panjang saja, tapi juga dari berbagai Kabupaten dan Kota di Sumbar plus beberpa orang dari Riau). Di kala SMA, aku sebenarnya masih belum bisa berdamai dengan kekalahan. Sungguh. Meksipun kemudian kenyataannya, aku memang tidak menjadi pemuncak seperti kala aku masih SD. Tapi, tetap saja, kalah adalah sesuatu yang sulit bagiku!

Hingga perjalanan hidup kemudian membawaku kepada banyak kekalahan lainnya. Soal akademis, soal prestise, bahkan juga sampai soal hati. Hahay! (Dan kalah soal hati inilah kekalahan yang paling membuat aku terpukul lalu jatuh terpuruk. Hahaaa…. Kasiaan. Tapi sekaligus juga membuat aku bangkit dan ingin segera meloncat lebih tinggi. Kekalahan ini juga adalah kekalahan yang paling banyak memberikan pelajaran berharga dalam hidupku, bahkan membuat perubahan dalam hidupku. Hemm…dahsyat yah? Hiihi).
Haha, yaah…aku kalah! Aku kalah, dan mulai belajar dari kekalahan… Ada banyak kekalahan empiric yang Allah hadiahkan kepadaku, untuk kemudian menjadi hadiah terindah dari-Nya. Hadiah itu adalah…belajar dari kekalahan. Belajar…dan berdamai dari kekalahan…

Hari ini, lagi-lagi aku kalah. Yah, kalah… Tapi, aku menang. Alhamdulillaah. Sebab, hari ini aku telah berhasil memangkan diri atas sebuah kekalahan. Berdamai dengan kekalahan dan tak lagi menjadi seseorang yang terobsesi menduduki posisi puncak, bagiku adalah sebuah kemenangan. Dan sungguh, ini lebih berharga.

Kekalahan adalah hadiah indah dari-Nya. Sebab, semakin banyak aku kalah, semakin banyak pula aku berpeluang untuk menang. Memenangkan hati. Belajar sabar. Belajar untuk tiada berhenti berjuang. Belajar untuk tidak berputus asa. Belajar untuk tersenyum pada setiap keadaan. Belajar untuk menghargai. Dan semakin menyadarkan diri bahwa diriku yang dhaif ini memanglah bukan apa-apa tanpa-Nya. Without Allah, I’m nothing!

Seperti namaku, Seribu Kemenangan, dengan mujahadah yang sungguh-sungguh, dengan semangat berkobar dan dengan kekuatan-Nya, aku yakin suatu saat aku akan mencapai seribu kemenangan itu. Menang yang bukanlah sekedar juara-juara saja. Dan sebuah kemenangan puncak yang aku cita-citakan adalah surga-Nya. Allahumma aamiin ya Rabb…

Maka, hari ini aku memang kalah. Tapi aku MENANG!
Allahu akbar!

Semangaaat!
Great MUJAHADAH!

5 comments:

  1. Fathel, jgn terlalu saklek deh sama klasifikasi kepribadian yg 4 itu, koleris, sanguin, dll. teorinya udah gak up date, ada yg bilang dah relevan malah, tergantikan teori lain, hehe.

    btw, nich ada PR untukmu, if u don’t mind… hihiii :mrgreen:

    http://hanissincerely.wordpress.com/2012/02/26/bukan-2012-tapi-12-ajah/

    ReplyDelete
  2. yang bisa menerima kekalahan sejatinya dia lah yang menang..

    ReplyDelete
  3. @hanis : hehehe, iyah jugaa yah. hehe...

    waaah, ada R nih..hehe siiip, insya Allah nanti dikerjakan.... PR d kampus juga numpuk berat nih. hihi...

    @Uzay gingshull :
    siipp, spakattt^^

    ReplyDelete
  4. aamiin semoga kita bisa berkumpul di jannahNya

    ReplyDelete
  5. @atik : aamiiin...allahumma aamiin... :)

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked