Misteri Tepung Gula


Uhm...Bagi kamu nyang suka bikin kue, pasti deeh, pada tau, kue mentega. Haha, ya iyalaah, yang suka makan kue (bukan yang membuat kue) ajah tau apa itu kue mentega. Apalagi nyang bikin!
Nah, salah satu komponen pembuat kue mentega itu adalah tepung gula alias gula yang sudah dihaluskan sehingga menjadi bubuk kan yaah?

Hee...
Ngomong-ngomong soal tepung gula, aku punya pengalaman menarik niih.
Jadi, begini ceritanya.
Suatu hari, aku pengin membuat secangkir teh.
Nah, kala itu ada gula yang dalam bentuk serbuk alias tepung gula dan ada yang gula saja.
Menurut teori yang kupelajari, semakin luas permukaan suatu partikel, maka kelarutannya akan semakin meningkat. Karena, dengan adanya luas permukaan yang sedemikian rupa, akan memperluas pula ikatannya dengan H2O (alias air) sehingga kelarutannya akan semakin cepat. Semakin halus suatu partikel, maka semakin luas permukaannya.
Begitulah kira-kira yang kuplajari (kalo tak salah, dalam pelajaran farfis atau kimfis. hehe. Aku pun sudah (agak) lupa, di mata kuliah yang mana dan pada semester berapa. hihihi).

Nah...nah..., critanya, skaliyan mempraktekkan apa yang kuplajari, pun saat itu aku juga tidak begitu punya banyak waktu untuk sekedar mengaduk secangkir teh (halaaaah, macam orang sibuk ajaaaah. hihihi). Nah, kupilihlah serbuk gula. Biar cepat larut. Begitu, pikirku.

Eeh,...Masya Allah...
Tak dinyana, ternyata, serbuk gula itu hanya mengambang saja di atas permukaan air. Justru ia tak larut.
Aku jadi heran setengah mati. Koq bisa begini yah? Padahal, menurut teorinya kan begitu yah? Ataukah, dalam bentuk serbuk, berta jenis gula menjadi lebih ringan dari air sehingga ia tak larut? Ataukah, terjadi juga pemutusan ikatan kimia dengan adanya penumbukkan? Tapi, ini kan perubahan fisis yang tidak mengubah sifat kimia suatu partikel? Aku jadi bingung sendiri. Dan, sampai saat ini, aku belum menemukan jawaban, kenapa tepung gula (yang notabene) juga berasal dari gula, bisa tidak larut dalam air. Ada yang mau mengajariku?

Ah, mari kita lupakan saja misteri tak melarutnya gula ini buat sejenak, dan mari kita ambil plajarannya dari kisah ini...
Pelajaran yang dapat kita ambil di sini adalah, meskipun dengan maksud yang sama, dengan precursor yang sama, pun dengan tujuan yang sama, tapi cara penyampaiannya yang berbeda, TERNYATA HASILNYA MENJADI BERBEDA. Seperti gula dan tepung gula di atas. Meskipun sama-sama dari gula, dan meskipun sama-sama dilarutkan dengan air yang sama, ternyata, masing-masingnya memberikan kelarutan yang berbeda.
Dalam berkata-kata pun demikian. Ada kata-kata yang benar, dengan maksud dan tujuan yang benar, tapi cara penyampaiannya yang salah, akan menimbulkan reaksi yang berbeda bagi si penerimanya. Bisa jadi, sesuatu yang awalnya tujuannya baik, malah lebih buruk akibatnya disebabkan salah dalam memilih sikap dalam penyampaiannya.

Barang kali, demikian pula hikmahnya, dalam mengajak orang lain pada kebaikan...pada yang ma'ruf itu, mestilah BILHIKMAH...dengan cara yang baik pula. Agar tujuannya pun tersampaikan. Jangan seperti tepung gula (yang penuh misteri itu).
Allahu'alam bish showab...

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked