Ambang Idealis

Akhir-akhir ini, aku lebih sering mencoba berdialog dengan hati, atas setiap rentetan peristiwa yang Alloh sajikan untuk diriku… Ya, aku yang dilingkupi dengan segenap kekuranganku, ilmu yang benar-benar masih sangat sedikit, dan segala sesuatu yang masih sangat banyak yang mesti ditambali.

Jika segala sesuatunya memang akan dan harus kita jalani, kenapa tak kita jalani dengan cara terbaik yang kita punya, yah? Meski itu berat. Meski itu menyakitkan. Karena, hidup tetaplah perputaran dua episode : kesedihan dan kebahagiaan. Tak ada sedihan tanpa kebahagiaan. Dan sebaliknya.

Setelah berjumpa dengan banyaknya realita, sepertinya aku memang harus banyak berdamai dengan realita itu sendiri. Menggeser sedikit ambang idealisme. Mungkin seperti ini. Semoga tak menggeser dari sekian banyak mimpi. Hanya saja, aku harus lebih banyak bersiap diri, untuk sebuah kemungkinan terburuk. Bukan terburuk semestinya, tapi, sesuatu yang di luar lingkar garis mimpi lebih tepatnya. Sebab segala yang terjadi tetaplah yang TERBAIK adanya. Kadang kala, kita tak perlu bersiap diri untuk sebuah kemungkinan bahagia, namun kita perlu bersiap diri untuk segala kemungkinan yang tak bahagia. Tapi, apapun itu : segalanya adalah sesuatu yang tercatat di Lauhul Mahfudz. Tergantung kita, apakah menjalankannya dengan sebuah upaya dan laku paling optimal ataukah hanya untuk memenuhi saja.

Hayuuu…
Mannajah!
Ingatlah, apapun itu, SEGALA KEADAAN ADALAH BAIK ADANYA!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked