Muara Rasa

Muara....muara...(pantai muara)
Segalanya perlu muara. Sebab, jika tidak, ia akan men-sedimen, mengendap, membusuk, laiknya air—yang meskipun bening—tetap saja pada akhirnya ia mengeruh, dan kemudian mengerak jika ia hanya diam dan terus didiamkan. Begitulah. Sebab rasa perlu muara… Boleh jadi itu adalah kebahagiaan, apalagi kesedihan.

Filosofis ini sering sekali digunakan untuk membakar semangat agar tetap moving forward, di kampus-kampus dan di berbagai lajnah. Bergeraklah…atau engkau akan mengerak. Begitulah yang sering kita dengar. Tapi, kali ini, ijinkan aku menggunakan analog ini, bukan untuk itu. Tapi untuk permisalan lainnya…

Sering kali aku mengamati, ada ekpressi berbagai rasa, semisal di jejaring social. Senang. Sedih. Marah. Kecewa. Apapun jenis rasanya, semua tercoret-coret di dinding jejaring maya itu. Bahkan, tak perlu heran dan kaget, jika ada orang yang dikenal sebagai sosok yang begitu cool, dingin dan pendiam, tiba-tiba saja melukiskan segenap ekpressi rasanya di dinding-dinding maya itu. Mungkin tak berlebihan jika ini kita sebut sebagai sebuah : MUARA.

Atau, jika ingin lebih leluasa memuntahkannya, note ataupun blog dengan senang hati memfasilitasinya. Jika tidak, mungkin kepada sahabat terdekat dan terpercaya. Atau, mungkin lewat diary dan catatan harian. Bahkan, ada yang justru memang menyengajakan diri untuk mengunjungi muara sungai atau tepian pantai hanya untuk memuarakan rasa. Berteriak-teriak sepuasnya. Ada juga yang justru diam, dengan berbagai luapan rasa di balik wajah dingin. Apapun caranya, setiap orang punya muara untuk mengekspresikan setiap gelegak rasanya. Ekpresi yang sangat bergantung pada bagaimana ekpresifnya seseorang. Hee…

Ya, bagaimana pun itu, semua adalah : MUARA dari sebuah kanal rasa.

Tapi, ada satu muara yang maha dari segala muara. Muara itu adalah Alloh. Tiadalah segalanya, kecuali adalah ketetapannya. Maka, apapun muara kita, janganlah sampai lupa bahwa muara tertinggi itu tetaplah Dia. Nasihat ini adalah nasihat yang aku tujukan untuk diriku sendiri. Untuk diriku, yang masih sangat jauh dari itu.

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra. Dari Nabi Saw., di mana beliau bersabda : “Seorang Muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun kedukaan, sampai-sampai tertusuk duri; niscaya Alloh akan menebus dosanya dengan apa yang menimpanya itu.”
(HR. Bukhori dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., berkata, Rasulullaah saw bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Alloh menjadi orang baik maka ditimpakan musibah (ujian) kepadanya”.
(HR. Bukhori)

Nabi saw Bersabda : “sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian. Dan sesungguhnya apabila Alloh ta’ala mencinta suatu bangsa maka Alloh menguji mereka; barang siapa yang ridha maka Alloh akan meridhainya dan barang siapa yang murka maka Alloh akan memurkainya”. (HR. At Tarmudzy)

5 comments:

  1. komen untuk foto :
    subhanallah.. foto nya mantap... dimana lokasinya??

    ReplyDelete
  2. lokasi nyo di ateh pantai puruih Bang...yg lengkung ntu pantai puruih mah bg...hehehe

    ReplyDelete
  3. oh, mantap.. wak iyo ndak pernah pai ka puruih doh..
    agak jauh dari memori wak..

    ReplyDelete
  4. aihh..ndak pernah k puruih bg?
    kan dket SMA 2 bg..hee

    ReplyDelete
  5. ka puruih nyo acok..
    ka pantai nyo alun .. lai

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked