Ini entah kali keberapa kami sekeluarga atau ketika aku bertiga sama anak-anak saja sedang berada di area publik ditanya, "Anta muslim?" atau "Anti muslimah?" ketika kami jawab "Aiwa, Ana Muslim.." dilanjutkan dengan komentar berikutnya, "Ma shaa Allah...". Terakhir pertanyaan itu menghampiri kami ketika sedang walking di taman--Crown Prince Park. Padahal, kala itu suamiku sedang mengenakan baju Thoub (baju gamis khas Arab untuk laki-laki) dan aku sendiri mengenakan cadar. Yang mengherankan, kenapa pertanyaan itu bisa muncul?
Pertama kali aku ditanya waktu itu ketika bertiga bareng anak-anak di sebuah mall. Abu Aafiya sedang menunaikan shalat di masjid lantai 2. Sementara kami di ground floor bersama banyak ibu-ibu lainnya yang juga sedang menunggu suami-suami mereka shalat atau menunggu toko-toko pada buka lagi sehabis jam shalat. Kala itu, Aafiya mengenakan jilbab dan sedang asyik berlarian di area publik yang memang luas dan tersedia tempat duduknya. Lalu, tetiba salah seorang wanita Asli sini bertanya, "Anti muslimah?" (Apakah Anda Seorang Muslim?). Aku mengernyit heran. Butuh dua kali untuk mencerna pertanyaan itu secara anakku pakai jilbab dan aku sendiri mengenakan cadar. "Hemm??" aku menggumam heran. Dia mengulangi pertanyaan yang sama, "Anti muslim? Islam... Islam...!" Tanyanya lagi sekaligus menjelaskan lebih detil pertanyaannya. "Na'am Ana Muslimah." Aku jawab kali ini dengan mantap tapi sekaligus penuh tanda tanya.
Ngapain sih masih harus bertanya lagi apakah aku seorang muslim apa bukan. Aku jelas-jelas sedang mengenakan identitas muslimah. Aku pakai jilbab dan juga cadar. Dan anakku pakai jilbab juga. Bahkan di negeri jazirah gurun ini anak-anak tidak dibiasakan dengan jilbab. Lalu, apakah butuh dipertanyakan lagi bahwasannya aku islam apa bukan di negeri yang berdasar syariat islam ini? Bukankah jilbab itu adalah identitas muslimah dan tidak dikenakan oleh wanita lain selain muslimah? #Edisi BAPER tingkat tinggi... ehehehehehe....
Kali kedua dan kali ketiga dan kali berikutnya dipertanyakan hal yang sama, aku tidak seheran ketika kali pertama dipertanyaankan hal ini. Tapi, masih bertanya-tanya, mengapa harus mempertanyakan seseorang islam apa bukan ketika mereka sudah mengenakan identitas seorang muslimah? Dan juga, di sini bagi yang non muslim sendiri sudah diberikan "kebebasan" untuk tidak mengenakan jilbab walaupun masih harus memakai abaya hitam. Jika seseorang non muslim, mungkin dia tidak akan berpikir untuk memakaikan jilbab buat anaknya, kalau misalnya buat dirinya sendiri masih memungkinkan dengan alasan "safety" misalnya. Sebab dahulu memang sempat non muslim harus mengenakan scarf tapi kebanyakan mereka cuma melingkarkan ke leher dan jika ada polisi syariah baru deh ditutupin ke kepala. Nah, buat anak-anak? Di tempat yang anak-anak mereka sendiri yang muslima tidak dipakaikan jilbab sekalipun. Semestinya, logikanya "ngapain harus cape-cape' ngejilbabin anak di suhu yang 40-50 derjat celcius begini jika bukan seorang muslim?
Setelah dilakukan analisa yang tidak mendalam, sepertinya karena mereka menduga kami citizen Philipina bukan Indonesia. Bahkan, pernah beberapa kali kami tanpa ditanya-tanya dulu langsung diajak bahasa tagalog. Melihat wajah kami yang heran heran bingung, langsung deh ditanya pakai bahasa inggris. Hihihi... Tak terhitung pula entah berapa kali kami disapa dengan salam "Kabayan!" ala tagalog yang kami jawab dengan senyum plus bilang "Indonesia". Kekekeke... Jika wanita Arab yang bertanya "Anta Muslim?" itu tau kami dari Indonesia, mungkin akan serta merta langsung tau kalau kami muslim. Karena kalau dari Indonesia, mereka sudah tau bahwasannya mayoritas adalah muslim. Jamaah haji dari Indonesia juga yang terbanyak kan yaaa...
Tak dipungkiri, Populasi warga Philipina di sini bisa dibilang sangat-sangat banyaaak. Jauh melebihi orang Indonesia. Terbanyak pertama adalah India, lalu Mesir, Yaman dan diikuti dengan Philipina. Mereka menguasai berbagai sektor terutama rumah sakit. Bisa dibilang hampir 85% perawat berbagai rumah sakit maupun klinik di Saudi dikuasai oleh perawat pinoy. Karena perawakan dan wajah pinoy dan Indo mirip (masih satu rumpun) makanya ga salah juga sih sebenarnya aku dikira philipine. Tapi, tetep saja heran dengan pertanyaannya (masih mutung ceritanya... kekekeke).
Terlepas dari semua itu, alhamdulillah... tsumma alhamdulillah Allah takdirkan aku terlahir dalam keluarga muslim. Sebuah anugrah dan hadiah dari-Nya yang tak ternilai harganya! Ini adalah karunia-Nya yang sungguh tak ingin ditukar dengan apapun. Aku seorang muslim! Dan aku bangga menjadi seorang muslim! Semoga Allah berikan keistiqomahan di hati para muslim di manapun berada dan Allah wafatkan dalam keadan muslim. Aamiin yaa Rabb...
Pertama kali aku ditanya waktu itu ketika bertiga bareng anak-anak di sebuah mall. Abu Aafiya sedang menunaikan shalat di masjid lantai 2. Sementara kami di ground floor bersama banyak ibu-ibu lainnya yang juga sedang menunggu suami-suami mereka shalat atau menunggu toko-toko pada buka lagi sehabis jam shalat. Kala itu, Aafiya mengenakan jilbab dan sedang asyik berlarian di area publik yang memang luas dan tersedia tempat duduknya. Lalu, tetiba salah seorang wanita Asli sini bertanya, "Anti muslimah?" (Apakah Anda Seorang Muslim?). Aku mengernyit heran. Butuh dua kali untuk mencerna pertanyaan itu secara anakku pakai jilbab dan aku sendiri mengenakan cadar. "Hemm??" aku menggumam heran. Dia mengulangi pertanyaan yang sama, "Anti muslim? Islam... Islam...!" Tanyanya lagi sekaligus menjelaskan lebih detil pertanyaannya. "Na'am Ana Muslimah." Aku jawab kali ini dengan mantap tapi sekaligus penuh tanda tanya.
Ngapain sih masih harus bertanya lagi apakah aku seorang muslim apa bukan. Aku jelas-jelas sedang mengenakan identitas muslimah. Aku pakai jilbab dan juga cadar. Dan anakku pakai jilbab juga. Bahkan di negeri jazirah gurun ini anak-anak tidak dibiasakan dengan jilbab. Lalu, apakah butuh dipertanyakan lagi bahwasannya aku islam apa bukan di negeri yang berdasar syariat islam ini? Bukankah jilbab itu adalah identitas muslimah dan tidak dikenakan oleh wanita lain selain muslimah? #Edisi BAPER tingkat tinggi... ehehehehehe....
Kali kedua dan kali ketiga dan kali berikutnya dipertanyakan hal yang sama, aku tidak seheran ketika kali pertama dipertanyaankan hal ini. Tapi, masih bertanya-tanya, mengapa harus mempertanyakan seseorang islam apa bukan ketika mereka sudah mengenakan identitas seorang muslimah? Dan juga, di sini bagi yang non muslim sendiri sudah diberikan "kebebasan" untuk tidak mengenakan jilbab walaupun masih harus memakai abaya hitam. Jika seseorang non muslim, mungkin dia tidak akan berpikir untuk memakaikan jilbab buat anaknya, kalau misalnya buat dirinya sendiri masih memungkinkan dengan alasan "safety" misalnya. Sebab dahulu memang sempat non muslim harus mengenakan scarf tapi kebanyakan mereka cuma melingkarkan ke leher dan jika ada polisi syariah baru deh ditutupin ke kepala. Nah, buat anak-anak? Di tempat yang anak-anak mereka sendiri yang muslima tidak dipakaikan jilbab sekalipun. Semestinya, logikanya "ngapain harus cape-cape' ngejilbabin anak di suhu yang 40-50 derjat celcius begini jika bukan seorang muslim?
Setelah dilakukan analisa yang tidak mendalam, sepertinya karena mereka menduga kami citizen Philipina bukan Indonesia. Bahkan, pernah beberapa kali kami tanpa ditanya-tanya dulu langsung diajak bahasa tagalog. Melihat wajah kami yang heran heran bingung, langsung deh ditanya pakai bahasa inggris. Hihihi... Tak terhitung pula entah berapa kali kami disapa dengan salam "Kabayan!" ala tagalog yang kami jawab dengan senyum plus bilang "Indonesia". Kekekeke... Jika wanita Arab yang bertanya "Anta Muslim?" itu tau kami dari Indonesia, mungkin akan serta merta langsung tau kalau kami muslim. Karena kalau dari Indonesia, mereka sudah tau bahwasannya mayoritas adalah muslim. Jamaah haji dari Indonesia juga yang terbanyak kan yaaa...
Tak dipungkiri, Populasi warga Philipina di sini bisa dibilang sangat-sangat banyaaak. Jauh melebihi orang Indonesia. Terbanyak pertama adalah India, lalu Mesir, Yaman dan diikuti dengan Philipina. Mereka menguasai berbagai sektor terutama rumah sakit. Bisa dibilang hampir 85% perawat berbagai rumah sakit maupun klinik di Saudi dikuasai oleh perawat pinoy. Karena perawakan dan wajah pinoy dan Indo mirip (masih satu rumpun) makanya ga salah juga sih sebenarnya aku dikira philipine. Tapi, tetep saja heran dengan pertanyaannya (masih mutung ceritanya... kekekeke).
Terlepas dari semua itu, alhamdulillah... tsumma alhamdulillah Allah takdirkan aku terlahir dalam keluarga muslim. Sebuah anugrah dan hadiah dari-Nya yang tak ternilai harganya! Ini adalah karunia-Nya yang sungguh tak ingin ditukar dengan apapun. Aku seorang muslim! Dan aku bangga menjadi seorang muslim! Semoga Allah berikan keistiqomahan di hati para muslim di manapun berada dan Allah wafatkan dalam keadan muslim. Aamiin yaa Rabb...