Bidadari Keempat, Alhamdulillaah

Aku lupa kapan terakhir kali menulis di blog. Sudah lama sekali tidak disambangi blog ini. Hehe. Waktu dan kesempatan plus mood nulis yang merosot. Jadinya banyak tulisan yang hanya berhenti di draft. Alhamdulillaah 'ala kulli haal.
Alhamdulillaah, september 2023 yang membahagiakan. Di penghujung september ini alhamdulillaah Allah karuniakan kami amanah keempat, bidadari kami yang lahir di 27 september 2023 jam 6.42 pagi. Alhamdulillaah aladzi binni'matihi tatimmussalihaat. Semoga Allah menjadikannya anak yang shalihah, bertakwa, qurrata' a'yun. Senantiasa diberikan-Nya hidayah, kesehatan, dan iman yang kokoh. Aamiin yaa Rabb... 
Dengan ini, genaplah 4 orang anak² shalihah kami. Alhamdulillaah.

Kami menamainya "Khadijah". Khadijah Altahira. 
Ketika lahir anak kedua dulu, kami berniat memberi nama anak perempuan dengan nama wanita penghulu surga yaitu Aasiya, Maryam, Khadijah dan Fatimah. Niat ini baru hadir ketika di kelahiran anak kedua. Ketika anak pertama belum terlintas niat ini. Akhirnya si Kakak protes hehe. "Harusnya nama kakak itu Fatimah. Biar pas. Bisa ndak diganti namanya, Bunda?" Tanya kakak. Sayangnya mengganti nama sangatlah tidak mudah. Apalagi dokumen ada di 2 negara. KSA dan Indonesia. Jadi, mengganti nama bukanlah ide yang bagus untuk saat ini mengingat administrasinya yang buanyaaak banget. Gapapa yaa kak? 🤗😀

Setiap kelahiran memiliki ceritanya masing-masing. Dan ma shaa Allah, meski lahir dari rahim yang sama, tapi proses kelahirannya sangat sangat berbeda kisahnya. Dan di antara empat kelahiran bidadari kecil kami, kisah Khadijah adalah kisah yang paing berliku dan paling penuh perjuangan! Ma shaa Allah. Semoga Allah menjadikannya anak yang kuat dan tangguh sebagaimana proses kelahirannya yang lebih penuh tantangan.

Seyogyanya--menurut teori manusia--kelahiran anak keempat dengan normal delivery harusnya jauh lebih mudah dibanding kelahiran sebelumnya. Karena sudah pernah 3x melahirkan sebelumnya. Tapi, berbeda dengan teori, justru kelahiran anak keempat ini adalah kelahiran yang paling banyak kesulitannya. Terbukti bahwa teori manusia itu tidak selalu benar 😊.

Selama proses kehamilan, memang ini agak menguras energi dan lebih mudah mengalami kelelahan karena usia sudah di atas 35. Baiklah, bagiku ini not a big deal. Masih bisa dijalani alhamdulillaah. Tapi yang berat adalah ketika proses persalinannya. Aku merasakan kontraksi yang cukup meyakitkan itu sudah sejak usia kandungan 35 week. Pada kehamilan sebelumnya, di 35 week itu sudah ada pembukaan 1. Dengan riwayat kelahiran anak-anak yang selalu lebih cepat dari due date, aku pikir di week 36 itu sudah ada pembukaan juga. Tapi ternyata the servix still close di usia kehamilan segini. Padahal aku sudah merasakan kontraksi yang sakit dan teratur. Dan itu berlangsung selama 2 minggu berikutnya sampai aku tidak bisa tidur karena sakitnya kontraksi.

Di akhir minggu ke 38, sudah ada pembukaan 1-2 cm. Kontraksi makin sakit. Bahkan kontraksi sesakit itu aku rasakan ketika kelahiran anak ketiga ketika pembukaan 7 atau 8. Tapi ini masih 1-2 cm. Cukup mengherankan kenapa progressnya sangat lamban.

Persis di minggu ke 39, ketika jadwal rutin check up, di sorenya, dokter mengatakan "sure, in shaa Allah tonight" untuk lahiran. Kami diminta untuk datang ke ER sekitar jam 8 an. Setelah membereskan makan malam, anak² sudah pada tidur, kami berangkat ke ER. Dengan riwayat kelahiran ketiga yang progressnya cepat alhamdulillaah, prediksi kami (dan juga dokternya) akan segera lahir malam ini juga.

Ketika sampai di ER, ternyata masih pembukaan 3. Padahal kontraksi yang intens dan sakit suda terasa sejak siang. Sempat dokter di ER bertanya-tanya, "beneran nih?" Katanya. Beneran udah kontraksi yang reguler. Karena kebetulan pas sampai ER kontraksinya agak merenggang. Tapi setelah itu menguat lagi. Akhirnya setelah dilakukan pegecekan, dokter memutuskan untuk admit ke LDR (labor and delivery room). 

Di LDR dipasang CTG. Memang prosedurnya di sini ketika di LDR dipasag CTG jadi ga bisa jalan/moving lagi. Pengalaman lahiran 4 anak selalu gini. Hehe. Kontraksi semakin intens dan sakit. Subhanallaah, sakit yang luar biasa! Orang-orang bilang lahiran anak pertama adalah lahiran yang paling menyakitkan. Tapi, aku merasakan kontraksi anak keempat ini justru jauh lebih sangat sangat menyakitkan. Dan sayangnya pembukaannya hanya mentok di pembukaan 7. Dan itu sudah berganti tanggal. Sudah beberapa jam. Kontraksi ketika anak 1-3 masih bisa ditahan. Tapi, kontraksi anak keempat ini aku benar-benar sudah ga bisa tahan lagi. Sakit sesakit-sakitnya. Subhanallaah.

Karena mentok di pembukaan 7, akhirnya dokter memutuskan untuk emergency SC. Mesti ada sesuatu, kata dokternya. Kalau lahiran anak keempat harusnya cepat. Ini ga ada progress. Mau ga mau harus SC. Aku iyakan dengan segera karena sudah tidak tahan dengan sakit yang luar biasa. Meskipun suami sempat ragu berharap ada second opinion tentang SC ini. Tapi dokternya tetap kekeuh buat emergency SC. 

Di ruang operasi SC, dokter mencoba untuk menyuntikkan obat bius melalui spinal. Tapi, 3x dicoba ternyata gagal. Karena aku mengalami kontraksi tanpa jeda. Jadi sulit untuk menyuntikkan lewat spinal. Akhirnya terpaksa dilakukan bius total. Pengalaman pertama mengalami SC dan itu dalam kondisi yang tidak begitu siap.

Ternyata setelah SC baru diketahui bahwasannya posisi bayi yang miring. Posisi ini ternyata yang membuat bayi sulit untuk "turun" dan pembukaan yang tidak kunjung bertambah. Posisi bayi yg miring juga salah satu indikasi untuk dilakukannya persalinan secara SC. Mungkin karena itu juga kontraksi yang aku rasakan sangat sakit dibanding kontraksi kelahiran anak 1 sampai 3 (kalau ini mungkin asumsiku aja). Karena aku merasa berada di puncak sakit yang luar biasa yang belum pernah aku rasakan di kelahiran sebelumnya.

Setelah SC pun, ternyata aku harus berhadapan dengan spinal headache. Di mana sempat 3x dimasukkan obat anastesi lewat spinal tapi gagal. Ini sakit kepala terberat yang pernah aku alami sampai rasanya mau bangun dari tidur itu merasa sedikit ngeri dengan sakitnya. Pain killer sama sekali tidak membantu sedikitpun. Subhanallaah.
Alhamdulillaah--dengan pertolongan-Nya--spinal headache berangsur pulih di hari ketiga pasca pulang dari RS.

Pada titik ini aku jadi refleksi. Sakit kontraksi yang luar biasa ini, belum apa-apanya dibanding sakitnya sakartul maut. Ya Allah. Terasa persiapan untuk "pulang" yabg sesungguhnya masih sangat jauh. Perbekalan yang masih sangat sedikit.

Tapi, setiap kesulitan pasti ada kemudahan dari-Nya. Dan DIA adalah Dzat yang tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Ma shaa Allah tabaarakallaah. 
Dengan pertolongan Allah; support dari suami sangat sangat berarti di masa-masa seperti ini alhamdulillaah. Jazakallahu khair katsir Zaujiy ❤❤. Terharu banget lihat suami, ayah dari anak-anakku yang menjadi orang paling sibuk di rumah, menghandle segalanya di kala aku ga bisa ngapa-ngapain. Mulai dari nyiapin 3 anak ke sekolah (nyuci nyetrika baju mereka), nyiapin sarapan dan bekal, antar jemput, bantuin bikin PR mereka, masak, nyiapin makanan, beberes rumah, bantu handle baby ketika aku masih mengalami spinal headache, mijitin aku juga, ngurus dokumen bayi, dan masih banyak lagi. Barakallahu fiik yaa Zaujiy. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan beliau 🤲🤲❤.  I love him so much more  ❤❤❤.
Read More

Yang Terekam dalam Jejak

Hari ke-11 Syawal. Apa kabar hati? Apa kabar semangat Ramadhan? Apakah masih menyala ataukah telah meredup?
Dan ingatlah, bahwa Allah yang engkau beribadah pada-Nya di Ramadhan juga adalah Rabb yang sama yang engkau beribadah pada-Nya di bulan syawal dan bulan-bulan lainnya (<-- Nasehat utk diri sendiri!!). Jadilah hamba Allah, bukan 'hamba Ramadhan' yang hanya beribadah ketika di Ramadhan saja (lagi-lagi nasihat untuk diri sendiri).
Hari ini, aku menginstall FB dan messenger lagi setelah sekiaaaan lamaa (entah berapa bulan yang lalu) tidak mengakses akun FB ku. Sebenarnya tidak ada terbersit niat sama sekali untuk install kembali FB karena memang sudah lama tidak keep in touch dengan sosmed satu ini. Apalagi messengernya! Tapi, ada kebutuhan untuk call dan silaturrahim karena di sini WA call di block oleh providernya. Jadi, mau ga mau akhirnya install juga.

Scrolling layar melihat teman-teman dan sahabat-sahabat yang muncul di timeline. Kebanyakan masih postingan terkait idul fitri 1444 H. Tetiba, ada keinginan untuk men-scrolling kembali messanger, melihat messages lama. Padahal tak ada kepikiran sebelumnya.

Setelah membaca beberapa pesan lawas, rasanya hati ini menjadi tertunduk malu. Gemes dengan tingkah sendiri dulunya. Betapa alay nya. Subhanallaah. Semoga Allah mengampuni dan memaafkan kebodohan-kebodohan, di masa lampau tersebut. Masa masih jahil (sekarang pun masih sering mendzolimi diri sendiri dengan banyaknya dosa. Astaghfirullah), masa alay, masa yang jika boleh diulang, aku ingin perbaiki kembali. Sayangnya masa tak dapat diulang. Yang bisa dilakukan adalah MEMPERBAIKI YANG TERSISA dengan MEMOHON PERTOLONGAN ALLAH. Oleh sebab, tanpa pertolongan-Nya, sungguh kita takkan dapat melakukan kebaikan meskipun hanyalah setitik atom.

Ya Rabb ...
Membaca messej2 lama, ke-alay-an dan kebodohan di masa itu, rasanya sangat malu dan ingin menutup segera jendela browsing. Lalu, bagaimana ketika membaca catatan amal di akhirat kelak? Di mana segalanya tercatat tanpa membedakan perkara besar ataupun perkara kecil. Segalanya tercatat dengan sangat detil. Betapa malunya, ketika catatan itu dibuka tapi ternyata kejahilanlah yang muncul--nas alullahul 'aafiyah.

Wahai diriku. 
Mumpung masih ada kesempatan.
Mumpung masih berada di 'ruang ujian' bernama Ad Dunya, engkau masih ada kesempatab untuk meng-koreksi 'lembaran ujianmu' tersebut. Kelak, ketika waktu ujian habis, kertas jawaban diserahkan, tak ada lagi kesempatan! Dan engkau hanya bisa menyesalinya. Mumpung masih di atas tanah. Sebelum engkau dimasukkan ke bawah tanah.
Read More

Eid Mubarak 1444H

Sudah lamaaaa sangat tak corat-coret di blog. Heuheu ... Maaf ya Blog udah dicuekin berbulan-bulan. Trus sekarang, tetiba udah lebaran aja. Alhamdulillaaah.

Baiklah, kali ini mau cerita Eid ul Fitr 1444 H. Baru kali ini pas malam takbiran di sini, kami pergi keluar malam-malam (lebih tepatnya dini hari). Malam takbiran di sini memang ga sama dengan di Indo yang semarak banget. Takbir eid di mana-mana. Dengernya bikin bahagia (sekaligus sedih kalo lagi jauh dari kampung halaman). Kalo di sini, takbirannya cuma pas habis subuh aja. Dan itu pun shalat eid nya sekitar 10-15 menit setelah syuruq. Alatuuul. Jadi, takbirannya cuma sebentar sangaaaattt.

Nah, malam Eid tahun ini kami pergi keluar malam-malam. Berdua aja. Pacaran judulnya heuheu. Anak-anak yang udah tidur dari jam 9-an ditinggal aja. Keluar kali ini tujuannya sebenarnya adalah pengen beliin goodie bag Eid buat anak-anak yang belum lengkap (berhubung terakhir belanja mingguan/bulanan sekitar 15 hari sebelumnya, jadi goodie bag nya belum lengkap isinya). Selain itu kami juga pengen beli beras yang kebetulan banget habis paaas banget dengan berbuka terakhir Ramadhan ini. Kenapa enggak malam ba'da isya aja belanjanya? Naah, ceritanya ayahnya anak-anak udah tepar duluan karena habis kerja. Jadi, ba'da isya sudah tidur.

Dulu, kami pernah keluar malam ba'da isya di malam takbiran. Tapi, ga begitu rame. Mirip hari biasa aja. Dan bahkan cendrung sepi sih. Sepinya ga begitu signifikan juga sih dibanding hari biasa. Nah, pas malam takbiran kali ini, bangun jam 1-an. Tapi, kami berangkat sekitar jam 2.30 an. Dini hari banget kan. 

Apa yang kamu bayangkan jika keluar tengah malam begini? Sepi? Big No!
Ternyata tengah malam ini justru rame sangaaatt. Mirip orang-orang ngabuburit sore-sore kalo di Indo. Banyak toko yang masih buka. Terutama toko baju Thoub (baju "gamis" lelaki), toko kelontong, kebanyakan supermarket, toko bunga, daaaan ... terutama barbershop! Dari ba'da isya sampai tengah malam, barbershop (yang jumlahnya belasan di sekitar tempat tinggal kami) semuanya penuuuh dan antri panjang. Orang-orang pengen rapi-rapi keknya mau Eid. Heuheu ...
Aku benar-benar surprise. Ternyata tengah malam gini rameee bangeett yaa. Really surprise.

Kami sampai di rumah sekitar 15 menit sebelum azan subuh. Siap-siap subuh. Bangunin anak-anak. Lalu shalat subuh. Abis subuh siap-siap berangkat Eid. Karena waktu syuruqnya ga begitu jauh dengan subuh, ternyata kocar-kacir juga nyiapin berangkat shalat Eid nya. Padahal kami udah kerja sama nyiapin anak-anak, tapi tetap keteteran.

Ada dua masjid jami' di dekat rumah yang dipakai shalat Eid. Fyi, di sini bisa disebut negeri sejuta masjid. Masjidnya ada di mana-mana. Buanyaaaak banget ma shaa Allah. Tapi, tidak semua masjid menyelenggarakan shalat jum'at. Hanya masjid jami' saja yang menyelenggarakan jum'atan. Dan biasanya masjid jami' juga menyelenggarakan shalat Eid. Nah, niat awalnya kami mau shalat Eid di masjid Jami' Maiman. Masjidnya nyaman dan bagus ma shaa Allah. Akses ke lantai perempuan juga ada lift nya. Masjidnya besar dan luas. Qadarullaah ketika mau nyampe di Masjid Maiman (sekitar 100-200 meter), ternyata imam sudah bertakbir beberapa kali di rakaat pertama. Jika kami paksakan, kemungkinan nyampe dalam masjid udah mau salam. Akhirnya muter ke masjid jami' Firdaus yang alhamdulillaahnya belum mulai shalat. Tapiii, ternyata jama'ah di masjid Firdaus jauuuhh lebih banyak dari pada masjid Maiman. Sehingga kapasitas masjid Firdaus yang juga besar tak cukup menampung jama'ah. Jadi kami mau ga mau harus shalat di luar (di jalan samping kiri dan kanan masjid). Ada buanyaaak orang juga di luar yang ga kebagian tempat. Qadarullah kami ga bawa sajadah karena espeknya mau shalat dalam masjid. Jadi, buru-burulah suami pulang lagi ambil sajadah. Mesti lari dikit karena sebentar lagi shalat Eid mau dimulai. 

Balik-balik, suami bawain tikar taman (tikar outdoor yang dipakek buat duduk-duduk kalo naman). Hehe. Yaa, kalo dihitung waktu untuk mencapai rumah yang dilantai 3 memang ga cukup sih. Kebetulan tikar taman memang udah ada di mobil. Jadi ga perlu naik ke lantai 3 rumah yang mana juga harus membuka kunci pintu 3 kali (pintu gerbang luar, pintu gerbang tengah, dan pintu rumah). Ini juga yang bawa tikar taman, nyampe-nyampe udah imamnya udah mau takbir shalat eid.

Akhirnya kami shalat di luar dengan kondisi yang ga seideal kayak waktu eid sebelumnya di masjid Maiman. Qadarullaaah. Jam shalat eid adalah jam 5.40 an.

Alhamdulillaah. Alhamdulillaah.

Tapi, pas Eid kami ga bisa pergi ke mana-mana lagi karena setelah itu, suami harus berangkat kerja. Ya, memang lebaran adalah salah satu peak season pekerjaan suami. Jadi, 10 tahun di sini, ga pernah merasakan lebaran itu libur. Apalagi bisa eid di al Haramain (Makkah-Madinah) kayak teman-teman lain. Alhamdulillah 'ala kulli haal.

Setidaknya kami masih sempat seremoni membagikan reward puasa Ramadhan dan tilawah pas ramadhan buat anak-anak. 
Terakhir, kami mau mengucapkan Eid Mubarak buat semua ❤❤
Taqabballahu minna waminkum, kullu 'aam wa antum bikhair

Semoga Allah pertemukan dengan Ramadhan berikutnya. Aamiin yaa Rabb 🤲🤲


Read More

Seberapa Lama


Seberapa lama orang-orang akan mengenang ketika kita telah pergi meninggalkan dunia?
Apakah long lasting?

Ternyata tidak lama!
Jika orang terkenal (terkenal di bumi oleh sebab apapun, apakah artis, selegram, da'i kondang dsb) saja dengan kepergian yang mengesankan paling-paling hanya "menghiasi" beranda surat kabar, media, sosmed, berkisar satu sampai dua minggu, paling hebat sebulan, lalu bagaimana dengan orang yang "biasa-biasa" saja? Paling hanya hitungan hari. Lalu? Setelahnya terlupakan! Mungkin hanya diingat oleh sebagian kerabat, teman sahabat. Itu pun tak lama. Sebulan, dua bulan, dan katakanlah setahun. Kemudian? Kehidupan kembali berjalan. Tanpa kita, mereka melanjutkan perjuangan di kefanaan dunia. Semua kembali "normal". Berjalan seperti biasanya.

Lalu tinggallah kita. Sendirian.
Mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah diperbuat semasa di dunia. 
Di atas tanah, orang-orang melanjutkan hidup.
Di bawah tanah, kita akan menuai apa yang telah ditanam. Jika berbekal cukup, akan bahagialah masa kesendirian itu. Jika tidak, bahkan minus--nas alullaahul 'aafiyaah--maka kerugian dan penyesalan yang amat beratlah yang ditanggung. Sementara, tak kan ada lagi kesempatan untuk kembali ke atas bumi, mengejar ketertinggalan, menjemput segala bekal yang tak sempat dipersiapkan.

Jika engkau mengerti betapa cepatnya engkau terlupakan setelah kematianmu, maka engkau takkan sedikitpun mencari "perhatian" manusia di bumi, wahai diriku! Sama, mereka adalah musafir yang juga sama-sama berjuang untuk perjalanan panjang menuju akhirat! Cukuplah "perhatian-Nya" saja yang berusaha engkau dapatkan. Mumpung masih di atas tanah. Mumpung masih ada kesempatan untuk menanam sebelum menuai.
Read More

Lunchbox dan Uang Jajan

"Bund, mau uang jajan, boleh?" Si kakak suatu hari sepulang sekolah tiba-tiba rikues uang jajan. Selama ini dia enjoy-enjoy aja sekolah tanpa jajan. "Mayan sehari jajan 10 Riyal. Rateel juga jajan tiap hari, kakak diajakin." Tambahnya sambil menyebutkan teman sekelasnya.

"Hmm ... uang jajan yaa.... Kan udah ada bekal (lunchbox)" aku mencoba bernegosiasi. Ekekekeke...

"Iyaaa ... tapi pengen uang jajan jugaa. Lima riyal ajaa. Ga perlu 10 riyal kayak Mayan." Sebagai gambaran, 5 Riyal itu kira-kira sekitar 20K rupiah. Tapiii, harga jajanan di sekolahnya berkisar antara 1-3 Riyal. Jadi, kalau disetarakan dengan jajanan di Indonesia, 5 riyal itu dapat 5 jajanan. Satu riyal seharga sebungkus popcorn atau wafer.

"Ok, let me discuss with your Daddy." Jawabku kemudian. Waktu itu week end, jadi ... tidak perlu buru-buru memutuskan.

*****

Perihal uang jajan memang masing-masing orang tua memiliki kebijakan sendiri. Ada teman yang tidak membiarkan anaknya jajan sama sekali, akan tetapi setiap keinginannya (misal pengen beli roti atau potato chip), maka sang ibu/ayahnya yang membelikan. Ada yang memberikan uang jajan sebagaimana pada umumnya orang tua memberikan uang jajan kepada anaknya. Ada yang memilih untuk membuatkan jajanan sebagaimana jajanan anak-anak di sekolahnya sehingga anak-anak tak perlu jajan lagi. Ada pula teman yang lebih extrem (tapi bisa jadi ini adalah lebih baik) yang hanya memberikan anak uang modal untuk kemudian mereka membeli barang yang dijual. Keuntungannya menjadi uang jajan sang anak. Untuk level ini aku kayaknya angkat tangan hehehehe.

Selama ini, kami memang nyaris tidak memberikan uang jajan kepada mereka. Karena, untuk ke sekolah mereka telah dibekali lunchbox yang isinya berbagai snack dan juga air mineral.
Paling tidak ada 2 slice chocolate sanwich, cupcake, snack-snack sekitar 2-3 pcs, sekotak susu. Kadang aku juga membuatkan burger ala-ala buat anak-anak. Dulu juga beberapa slice buah potong. Tapi karena sering ga dihabiskan, emak kapoook. Dahlah, makan buahnya pas di rumah aja pas ngumpul sekeluarga 😅.
Rasa-rasanya dengan bekal segini, anak-anak tidak perlu lagi jajan karena makanan ini cukup sampai mereka pulang sekolah (masuk jam 6.30 pulang jam 12.40). Dan di rumah tinggal makan siang. Tidak perlu membawa bekal nasi dan lauk pauk (alias makanan berat) juga. Dua kali waktu break di sekolah, rasanya cukup untuk menghabiskan bekal segini. Bahkan sering juga bekalnya malah tak sampai habis.

****
Singkat cerita, akhirnya kami mengabulkan permintaan kakak untuk jajan. Sesungguhnya tidak ada yang paling benar atau paling salah dalam kebijakan orang tua memberikan uang jajan. Yang berprinsip tidak memberikan jajan juga pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Sebaliknya, yang memberikan uang jajan juga tidak sepenuhnya salah. Menurutku ini. Hehehehe. 

Apa alasan kami (aku dan suami) akhirnya memberikan uang jajan.
Pertama, kami mencoba memposisikan diri jadi anak. Ketika masih anak-anak, memiliki uang jajan suatu kesenangan tersendiri dan ketika tidak punya jajan, rasanya juga sedih. Hehehe. (Bukan berlindung dibalik kalimat--namanya juga anak-anak lho yaaa) heuheu. Karena, yang ga dikasi uang jajan, belum tentu kelak ketika dewasa menjadi orang yang rajin menabung dan pandai mengelola uang. 

Kedua, memperkenalkan kepada anak bagaimana mengelola uang dan semoga dengan ini mereka mengerti dan melek dengan financial management. Bagaimana anak bisa mengelola uang sedari dini jika mereka tak memiliki uang? Karena ini adalah praktek bukan sekedar teori. Makanya kami sepakat dengan memberikan uang jajan ini.

Tapi, kami memberikan uang jajan ini bukan memberikan bergitu saja. Kami meminta anak-anak untuk belajar mengalokasikan (alias budgeting) uang mereka. Kami meminta mereka untuk mengalokasikan dari sekian uang jajan mereka, berapa yang ingin mereka keluarkan untuk infaq, berapa yang ingin mereka keluarkan untuk jajan, dan berapa yang ingin mereka simpan sebagai tabungan. Hanya 3 alokasi itu saja terlebih dahulu. Jadi, harapannya, ketika anak diberikan uang, mereka sendiri yang memiliki kesadaran untuk mengalokasikan infaqnya, tabungannya dan jajannya. Mereka yang menentukan nominalnya. Selain itu, kami meminta mereka untuk membuat laporan keuangan. Khusus kakak, dalam bentuk tertulis. Dan si uni (masih belum bisa nulis sendiri), maka laporannya boleh disampaikan secara lisan. Mereka menyambut rencana kami dengan riang dan penuh semangat. Ma shaa Allah, ternyata Kakak malah membuat laporan keuangan sendiri dengan formatnya sendiri sebelum aku memintanya. Ma shaa Allah tabaarakallaah.

Kami memberikan uang jajan untuk seminggu sekaligus. Jadi mereka lebih leluasa dalam memenej uang mereka sendiri. Begitu harapannya. Awalnya aku mengira mereka akan mengalokasikan uang tabungan dan infaq sekitar 1-2 riyal saja karena ngebet pengen jajan. Sesuai komitment awal, bahwasannya aku tak akan "merecoki" berapapun jumlah yang mereka alokasikan tersebut. Jadi aku sudah siap-siap menahan diri untuk tidak memberikan saran apapun terkait alokasi mereka. Menahan diri untuk tidak komentar apapun dengan berapa nominal tabungan dan infaqnya meski tabungannya cuma 1 atau 2 riyal saja seminggu. Ma shaa Allah tabaarakallah, ternyata mereka mengalokasikan 20% untuk infaq, 40% untuk tabungan dan hanya 40% dari total yang akan mereka jajankan. Ma shaa Allah ... hadzaa min fadhli Rabbi. Rasanya terharu sekali ketika mereka ternyata mengalokasikan infaq dan tabungan jauh di atas espektasiku.

Semoga dengan cara ini mereka memahami bagaimana mengalokasikan dan memenej uang sendiri sedari dini. Ini hanyalah sebuah harapan orang tua yang masih harus banyak belajar sepertiku. Dan aku share di sini bukan berarti aku paling benar dan paling baik caranya. Aku hanya berharap, jika ini adalah sesuatu yang baik, semoga bermanfaat bagi sesiapa yang membacanya.

Dahulu, kami pernah mengalokasikan uang untuk anak tapi kami yang menentukan. Ini sekian riyal buat tabungan dan sekian buat infaq. "Hayoo masukin ke celengan masing-masing" (waktu itu belum ada jajan). Tapi bukan mereka yang mengalokasikan. Kemudian kami menyadari bahwasannya hal ini (mungkin) tidak menumbuhkan kesadaran untuk mengelola keuangan sendiri dan tidak menimbulkan kesadaran tentang kebiasaan berinfaq. Karena ditentukan oleh kami sebagai orang tua.

Dengan membebaskan mereka mengalokasikan ini semoga menimbulkan kesadaran dalam diri mereka sendiri (atas petunjuk dan hidayah Allah--Allahummahdiinaa yaa Rabb) untuk membiasakan berinfak sesuai dengan keinginan mereka sendiri, dengan besaran yang mereka tentukan sendiri tanpa ditetapkan atau didikte oleh kami sebagai orang tua sehingga mereka merasa tidak terpaksa untuk berinfak karenanya.

Aku masih ingat kata-kata si Uni ketika dia pengen mengalokasikan sekitar 35% uang jajannya untuk infaq (yang kemudian jadi 20% menyamakan dengan si Kakak), "Nanti, uang infaq uni ini akan menjadi harta uni di akhirat ya Bund. Dapat balasan yang berkali lipat." Yaa Rabb ... nyesss... adeeemm, mata sampai berkaca-kaca mendengar si Uni bilang gitu. Yaa Rabb ... ma shaa Allah tabaarakallah. Semoga Allah berikan hidayah dan keistiqomahan untuk anak-anak kami ya Allah.

'Ala kulli haal, ini hanyalah ikhtiar manusia (yang dhaif) seperti kami. Dan Allah yang menggenggam hati mereka dan memberikan ilham kepada mereka. Semoga mereka tetap dalam hidayah dan penjagaan-Mu yaa Rabb.
Read More

Terkenal di Langit

Beberapa hari ini di berbagai kanal banyak menyebut-nyebut satu sosok yang mungkin semasa hidupnya tak begitu dikenal. Bukan selegram. Apalagi artis. Kebaikan-kebaikannya tak menggema sebagaimana seorang yutuber yang membagikan kegiatan sosialnya lalu ditonton ribuan orang. Tidak. Ia tak begitu.

Tapi begitu ia kembali kepada Ilahi, di hari yang mulia--hari Jum'at--seolah Allah tengah mengungkap dan menampakkan segala kebaikan-kebaikan yang selama ini tersembunyi. Tentang perjuangan dakwahnya. Tentang sedekah-sedekahnya. Tentang ia yang banyak menjadi wasilah untuk mengislamkan banyak orang (tentu hidayah di tangan Allah). Tapi ia menjadi "pemilik onta merah" nya. Seolah terbukalah tabir-tabir yang selama ini tertutup dan diberitakanlah kebaikan-kebaikan itu yang mungkin juga menjadi "jalan hidayah" dan inspirasi kebaikan pula bagi yang masih tinggal di bumi.

Ah, mungkin inilah yang disebut "terkenal di langit" tersebut. Boleh jadi, di bumi tak banyak yang mengenalnya. Tapi namanya menggema di langit. Di sebut-sebut oleh sosok-sosok yang jauh lebih baik dari penduduk bumi--malaikat.

Ma shaa Allah tabaarakallaah.

Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita. Kita yang sedang berada di "departure terminal" saat ini menanti jadwal kepulangan. Tentang kita yang PASTI akan kembali pulang, yang waktunya telah ditentukan akan tetapi tak diberitahukan. Tentang bekal apa yang kita bawa. Tentang persiapan yang kita lakukan untuk kembali pulang tersebut. Apakah kita kembali dalam keadaan lengah dan bermegah-megah dengan dunia (na'udzubillah, nas alullaahu al 'aafiyah) ataukah dengan kondisi pemuh persiapan kapanpun waktu itu datang? Semoga Allah karuniakan kita sebaik-baik penutup.

"Allahumma inna nas aluka husnul khitam"


"Esok, semua jiwa akan mendapatkan hasil dari semua perbuatannya. Semua yg menanam akan memanen apa yg telah mereka tanam. 
Jika baik, maka baiklah yg mereka dapatkan untuk diri mereka. Jika tidak baik, maka itulah sejelek-jelek perbuatan".

(Imam Ibnu Rajab)
Read More

Tips Melepaskan Diri dari Menghabiskan Waktu atau Ketergantungan dengan Gadget

Bismillaah.
Setelah sekian purnama tidak menulis di blog. Hehe. Banyak sebenarnya yang pengen diceritakan tapiiii ... nulisnya suka ga semangat trus yang tadinya pengen ditulis jadi lenyap deeeh. 

Baiklaaah kali ini aku mau share aja terkait gadget alias smartphone (sebagai gadget yang paling banyak digunakan). Jaman sekarang, siapaa siih yang tidak familiar dengan benda pintar yang memiliki sejuta manfaat (sekaligus juga sejuta jerat) ini?! Kadang, diakui atau tidak, gadget telah menyita banyaaaak sekali waktu kita sehinggaa hal² yang seharusnya wajib dilakukan jadi terbengkalai. Ini aku sedang nunjuk diri sendiri lho yaa. 

Scrolling² sampai ga sadar waktu habis berjam-jam. Ehh rumah masih berantakan. Cucian piring numpuk. Belum sempat masak. Anak-anak ga ditemani main dan belajar. Astaghfirullaah. Bangun tidur, kebanyakan orang yang pertama dicari adalah gadget duluan. Bukannya do'a bangun tidur malah mencetin HP 😑. Kita udah kayak zombie berjalan aja. Quality time ama keluarga dan pasangan jadi berkurang drastis. Bahkan waktu tilawah juga terdistraksi dengan gadget.

Aku (sekali lagi) bukan orang yang juga terlepas dari itu semua. Tapi, walau bagaimanapun kita harus berusaha agar gadget tidak menjadi "menu utama" yang memakan waktu-waktu kita. Waktu kita terlalu berharga untuk dihabiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dengan gadget ini.

Berikut beberapa tips yang sedang aku coba jalankan. Mudah-mudahan bermanfaat buat siapapun (yaaa terutama untuk diri sendiri tentunya).

1. Berdo'a
Do'a tentunya adalah senjata seorang muslim. Sebelum ikhtiar yang lain, maka do'a adalah yang paling pertama yang kita lakukan. Berdo'a kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar DIA menjadikan gadget yang ada ditangan kita ini tidak menjadi candu yang membuatnya menjadi semacam adiktif, tidak menghabiskan waktu kita di mana waktu adalah modal berharga yang Allah karuniakan untuk kita, dan agar gadget ini hanya menjadi sarana kebaikan untuk diri kita. Bukan menjadi sesuatu yang melalaikan diri kita. Melalaikan dari-Nya, dari tanggung jawab sebagai seorang ibu/ayah, suami/istri dan seterusnya. Ya, kita harus selalu meminta pertolongan kepada-Nya!

2. Tekadkan dengan kuaat!! Azzam yang kuat agar kita mau berlepas diri dari berlama-lama memandangi dan memenceti benda pipih pintar ini. Yakinkan dan terus ulang-ulang dalam hati kita bahwa waktu yang kita habiskan dengan gadget ini, apa yang kita browsing dan scrolling dengan gadget ini, dan apa yang kita posting/komentari dengan gadget ini AKAN DIMINTA PERTANGGUNGJAWABANNYA di akhirat kelak. Akan dihisab oleh Allah kelak!

3. Lakukan ikhtiar secara perlahan
a. Bikin wallpaper yang mengingatkan kita akan waktu yang dihabiskan dengan gadget ini.
Berikut beberapa wallpaper yang tafadhally jika ada teman-teman mau menggunakannya, silakan tak perlu ijin dulu.
wallpaper 1 (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)
wallpaper 2  (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)
wallpaper 3 (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

b. Uninstall applikasi yang sangat melalaikan. Misal faceb**k, int*gram, dll. Aku sendiri sudah lama meng-uninstall applikasi ini. Tapi ini sebenarnya udah ga begitu mendistraksi lagi karena udah lama ga akses. Bukan berarti aku tidak tertarik dengan app lain yang lebih mendistraksi. Aku sendiri bukan fb, ig yang paling mendistraksi sih. Ada app lain yang menurutku tidak urgen juga untuk di share di sini meskipun bukan rahasia juga. Kadang masih tergoda dengan versi browser. Naah yang versi browser ini nanti ada tips nya lagi. Meskipun tangan kadang gataal buat install ulang, tapi coba bertahan dulu.

c. Persulit dirimu untuk mengakses aplikasi yang mendistraksi tapi tidak bisa untuk di-uninstall (karena dengan beberapa alasan masih dibutuhkan). 
Misal: untuk whatsapp yang mungkin banyak mendistraksi maka;
- matikan semua notifikasi dan pop up messagesnya (aku sengaja mematikan semua notifikasi WA, dan bahkan tampilan WA yang muncul juga dimatikan jadi benar-benar tidak tau ada pesan baru atau bukan). Tapi kadang masih suka "iseng" atau bahkan suka tanpa sadar langsung buka-buka app tersebut meski ga ada notifikasi yang muncul. 
- hide applikasinya!
Ketika aku hide applikasinya, maka ga ada pilihan untuk langsung klik button aplikasi WA. Aku membutuhkan effort dulu untuk membuka applikasi yang ter-hidden tersebut.
Aku harus melalukan search terlebih dahulu, lalu klik open untuk bisa mengakses whatsapp.
Jadii, kalau mau lihat whatsapp harus "bersusah payah dulu" dengan mencari di kolom pencarian seperti ini.
harus search dulu whatsapp nya (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)
Baru bisa dibuka lagi app nya dengan meng-klik opsi open ini (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

Berlakukan juga untuk applikasi lain yang benar-benar mendistraksi tapi belum/tidak bisa untuk uninstall karena ada kebutuhan dengan applikasi tersebut. Misal yang suka yutuban atau tiktokan. Kalau aku kebetulan ga begitu terdistraksi dengan yutuban dan alhamdulillah (dengan pertolongan-Nya), yutub lebih banyak manfaatnya dari pada scrolling-scrolling di sosmed lainnya buat aku. Dan juga ga suka tiktokan jadi ga butuk restriksi untuk app tersebut.

Untuk browser sendiri, kadang kita suka "nakal" membuka sosmed dari browser dan ga kalah menghabiskan waktu dengan menginstall app nya sendiri. Makaa, jangan lupa untuk logout semua akun sosmed jika dirasa sangat mendistraksi. Kalau sanggup, hapus sekalian akunnya hehehe. Kalo aku sendiri mungkin ga sampai menghapus akun sosmed karena masih ada manfaatnya kan yaa. Naah, jika masih bisa ngontrol untuk menggunakannya sebijak mungkin yaa ga masalah untuk tidak di logout apalagi dihapus. Log out adalah bagi yang terdistraksi. Setidaknya butuh effort lebih untuk login dulu ke akun sosmed meskipun menggunakan browser. Selain itu, apps browser juga berpengaruh. Menurutku g**gle chrome cukup mendistraksi karena kadang muncul berita-berita yang awalnya ga ada niat buat baca berita, jadi malah muncul sendiri. Dan ini cukup mendistraksi banget. Maka aku uninstall si chr*me ini dan hanya menggunakan aplikasi samsung internet. Dan aplikasi samsung internet ini dibikin sedemikian rupa agar sulit diakses. Aku sendiri mengaktifkan mode secret dan mewajibkan password setiap mau browser. Password pun dibikin dengan tingkat kerumitan yang tinggi, yang sulit dihafal jadii ketika mau buka harus mikir dulu untuk passwordnya 🤣. Selain itu history dan cache browsingan kita akan langsung terhapus otomatis. Tiap nutup appnya, pas buka lagi udah kehapus dan harus mengisi password ulang lagi. Terlihat menyusahkan diri sendiri? Kalau memang menyusahkan itu membuat kita jadi males buka HP dan "ngapa-ngapain" dengan HP, why not?!?!?!? 🙂😊

d. Gunakan applikasi yang membatasi penggunaan gadget alias screentime.
Aku pengguna samsung. Naah di samsung sendiri ada applikasi yang namanya "digital wellbeing" 
ini aplikasinya. (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

Menurutku, digital wellbeing ini aplikasi yang sangat baguuuusss untuk membatasi penggunaan gadget. Di digital wellbeing kita bisa melihat track record penggunaan gadget kita dalam sehari, dalam seminggu, dalam sebulan dst. Misal hari ini liat gadget 4 jam! Maka kita akan tau. Kadang kita kan suka ndak nyadar ufah berapa lama maen HP kan yaa. Naah, apps ini nyadarin kita klo ternyata kita udah gunain HP selama berjam-jam!!!
Selain itu kita bisa set waktu penggunaan applikasi. Jika waktunya habis, maka kita ga bisa lagi menggunakan app nya tersebut sampai keesokan harinya (kecuali settingan waktu diubah 😅).
Kita juga bisa set berapa lama screentime yang kita pengen.
ini settingan waktu untuk gadget melalui digital wellbeing. (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

Misal kayak whatsapp yang udah overtime banget. Makaaa, apps nya berubah jadi warna abu-abu dan ga bisa aku buka lagi karena habis limitnya kecuali aku ubah settingan waktunya 😊. (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

e. Kalau cara-cara di atas ga juga berhasil, yaudaah.. simpen HP nya jauh² di atas lemari yang tinggi di mana harus nyari tangga dulu untuk ngambil HP nya. Atau di dalam lemari paling dalam. Trus dikunci dan kuncinya simpen di ruang lain. Ini cara extrem banget sih yaa 🤣🤣🤣. Dan juga berlaku utk yang nomer panggilan utamanya bukan di HP tersebut. Kayak aku yang menggunakan HP jadul untul panggilan konvensional. HP yang dipakek untuk sosmed dll itu hanya mengandalkan wifi di rumah dan diisi kartu nomor indonesia doang.

Sekian tips dari aku. Mudah-mudahan bermanfaat terutama buat aku sendiri. Dan juga semoga bermanfaat buat kamu semua.

Rulenya adalah tak masalah kamu menggunakan gadget seberapa lama pun selama itu digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan kebaikan. Dan ingat-ingat bahwasannya waktu yang dihabiskan dengan gadget ini AKAN di HISAB oleh Allah di yaumil hisab kelak.

Jika gadget digunakan untuk kerja, jualan, posting nasihat, dan hal bermanfaat lainnya, in shaa Allah khair. Selama itu adalah kebaikan yang bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. 
Disclaimer: ini untuk sebagai pengingat diri sendiri! Kata-kata ini paling pantas ditujukan untuk aku yang menuliskannya terlebih dahulu.

📱📱📱📱📱📱📱

Jika engkau termasuk orang yang tidak begitu terlena dengan gadget dan sosmed, maka bersyukurlah! Bersyukurlah. Itu suatu anugrah yang besar dari Allah. Pertahankan!
Betapa banyak orang yang bahkan sampai masuk rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget. Semoga kita tidak termasuk bagian dari itu.
Read More

Pengalaman Mudik Mendadak & Karantina

Sudah sangat lama rasanya tidak posting di blog ini. Ibarat rumah udah ga pernah dibersihin lebih dari 3 bulan. Udah berdebu banget kali ya. Hehe. Untungnya belum jasi semak belukar. Xixixi. Apasih! 🤭


Baiklah, postingan setelah lama ga nge-blog ini mau cerita tentang mudik mendadak yang kami tempuh di bulan Maret 2022 lalu. Ceritanya, plan buat mudik yang di tag suami ke manajerial adalah bulan Mei rencananya. Qadarullaah karena ada teman se-team suami di kantor yang resign di mana notice period-nya adalah 2 bulan yaitu Maret dan April, jadinya cuti yang di plan di bulan Mei itu terancam gagal. Pasalnya, rules nya adalah tidak boleh ada yang cuti bersamaan dan harus ada yang standby di masing-masing kota yaity di Riyadh atau di Jeddah. Tim nya suami di kerjaan ada 4 orang, dibagi dua yaitu 2 orang di Jeddah dan 2 orang di Riyadh. Jadi, kalau cuti at least mesti ada 1 orang yang "jaga gawang" di masing-masing kota. Karena biasanya ada kerjaan yang harus mendatangi site/server tertentu. Begitu yang kupahami sedikit banyak dari kerjaan suami.

Jika teman tersebut resign, berarti suami satu-satunya yang harus stand by di Riyadh (karena yang resign posisinya di Riyadh). Artinya, mudik yang kami rencanakan Mei itu kemungkinan besar gagal total. Kami "terikat" harus stay di Riyadh sampai penggantinya datang. Even ke Makkah Madinah aja kami ga bisa di masa standby ini. Dan pengganti anggota tim yang resign ini biasanya butuh waktu untuk datang (karena ngurus visa dll, plus ada covid restriction juga kan).

Akhirnya pas tanggal 3 (hari terakhir sekolah anak2 di term 2), pas abis jemput sekolah anak², tiba-tiba aku nyeletuk. "Yah, kita mudik yuuk. Mumpung anak² libur sekolah 2 minggu. Ntar klo Mei, kemungkinan besar ga bisa cuti kan. Nunggu juli atau agustus koq kelamaan banget."

"Tapi bisa ga yaa Bund. Kan ada yang cuti. Ga yakin juga dikasi izin." Suami agak sangsi.

"Bisa ga yaa Yah remote dari Indo sampai teman yang cuti balik?"

"Yaudah, coba tanya menejer dulu. Dikasi apa enggak."

Posisi waktu itu siang hari Kamis. Suami akhirnya coba tanya menejer mengenai kemungkinan cuti di Maret plus remote dari Indonesia untuk kurang lebih 2 minggu. Ma shaa Allah tabaarakallaah, ternyata menejer kasi izin sorenya mendekati maghrib. Sungguh tidak menyangka. Sebuah pertolongan dari Allah tentunya. Dia-lah yang memberi kami kesempatan untuk mudik.

Tapi kami tetiba galau. Persiapan mudik belum ada sama sekali. Nanti mau kemana. Gimana itenerary selama di Indo dll. Biasanya mau mudik ke Indo, setidaknya persiapan kami sebulan lebih untuk bikin vacation plan, itenerary, beli tiket, packing-packing, ngurus visa exit re-entry, nyiapin oleh-oleh dsb dsb. Lah ini, di masa pandemi, harus PCR juga, harus vaksin juga. Register vaksin luar negeri juga. Kan ribet yaa. Enggak yang kayak mudik normal.

Dalam 2 hari saja (jum'at dan sabtu karena kami take off nya hari minggu dini hari jadi berangkat ke bandara sabtu malam menjelang minggu dini hari) kami mempersiapkan mudik mendadak ini. Bayangkaaan ... dalam 2 hari harus nyiapin packing² bagasi, ngurus ERV (exit re-entry visa), nyempetin beli oleh-oleh dikit, beli tiket PP Riyadh Jakarta dan Jakarta Riyadh, vaksin covid untuk anak kedua kami (karena anak pertama udah full 2 dose), tes PCR untuk syarat keberangkatan. Belum lagi beberes rumah. Sempat-sempatnya juga kakak Aafiya les renang di jumat sabtu dan ayahnya sempat-sempatnya juga latihan badminton. What a busy week end. Ma shaa Allah tabaarakallaah, dalam 2 hari ternyata persiapan mudik mendadak di masa pendemi beres juga. Semua atas pertolongan Allah. Ga kebayaang kami bisa mudik dengan persiapan sekilat ini. Di masa pandemi yang banyak syaratnya pula. Alhamdulillaah binni'matiHi tatimmusshalihaaat.

Kami berangkat dengan maskapai Fly Emirates. Alhamdulillaah karena bawa anak-anak kami mendapatkan prioritas untuk naik pesawat setelah penumpang bisnis dan kelas 1. Kami maaah naik yang kelas ekonomi ajaaa xixixixi. Udah nyaman banget koq alhamdulillaah. Pesawatnya juga spacious laah. Alhamdulillaah perjalanan lancar. Aku juga alhamdulillaaah aerophobianya sudah mulai berkurang. Much much better. Dulu perjalanan 32 jam (termasuk transit) bisa ga tidur akunya gegara aerophobia ini. Huhuhu.

Sampai di Jakarta pun alhamdulillaah lancar-lancar dan diprioritaskan karena bawa anak-anak. Alhamdulillaah lagi, kami sudah lama registrasi vaksin sehingga kami sudah berstatus full dose di pedulilindungi.id dan sudah mengantongi sertifikat vaksinnya. Tapi, di bulan maret masih mendapat "jatah" karantina selama 3 hari untuk yang full-doses vaccination.

Cukup lama menunggu sampai akhirnya bus yang membawa kami ke wisma atlit rusun pasar rumput bergerak. Kami landing sekitar jam 10 malam dan pengambilan bagasi hingga jam 11 an. Jam sudah menunjukkan jam 1 malam waktu indonesia barat ketika bus berangkat. Kami memang memilih di wisma saja tidak memilih karantina di hotel. Karena menurut pengalaman teman suami yang mudik sekitar seminggu sebelumnya, pelayanannya Oke.

Jakarta di malam hari sudah lengang. Wajar sih karena sudah melewati jam macet. Ga lama untuk mencapai wisma pasar rumput. Namun, antrian di sana untuk masuk sangat membludak. Ruameeee bangeet. Aku sampai rada frustate melihat banyaknya kerumunan orang yang akan naik ke wisma di mana akses lift cuma 1 saja. Subhanallaah.

Alhamdulillaah petugasnya sangat baik. Karena kami bawa anak 3, jadi diperbolehkan untuk duluan. Dari sekian rangkaian proses yang kami lewati (termasuk PCR kembali di lobby sebelum masuk ke kamar yang tersedia), prosesnya terbilang cepat dan diprioritaskan. Semoga Allah membalas kebaikan para petugas satgas covid-19 yang membantu kami--anak-anak muda yang ramah dan energik ma shaa Allah--dan juga sesama pendatang yang juga ikut karantina yang rela memberi tempat dan mendahulukan antrian kepada kami sehingga bisa duluan masuk kamar. Ya Rabb ... hanya Allah yang dapat membalas kebaikan mereka semua. Semoga senantiasa dilimpahkan kesehatan. Memang anak-anak sudah lelah dari perjalanan jauh dan jam sudah menunjukkan angka 2.30 dini hari kala itu. Jam 3 malam akhirnya kami bisa mendaratkan diri di kamar wisma atlet pasar rumput. Dan menjalankan karantina selama 3 hari. Alhamdulillaah.
foto wisma pasar rumput tempat karantina

view kota jakarta dari wisma pasar rumput lantai 8
(sengaja bawa kertas, lem, gunting dan pensil untuk aktivitas anak-anak selama karantina)

Alhamdulillaaah bisa mudik. Meski hanya sebentar. Mudik kali ini benar-benar serasa mimpi. Sebentar saja. Setelah hampir 3 tahun tidak mudik ke Indo karena terkendala pandemi. 

Sekarang kami sudah di Riyadh lagi. Anak-anak juga sudah ketinggalan banyak di sekolahnya. Mudah-mudahan kekejar ketinggalan pelajaran selama mudik. Karena ternyata mereka ga ada opsi online lagi di term 3 (di term 2 merekan ada opsi sekolah online selain offline). Padahal kami udah angkut buku mereka sekoper pas mudik. Buku sekolahnya juga buanyaaaak bangeeet. Qadarullaha ma syaa a fa'al.

Alhamdulillaah..  Alhamdulillaah.. Alhamdulillaaah...
Read More

Lontong Sayur Harga Selangit

"Bund, jalan yok nyari sarapan." Ajak suami pagi jum'at ini.
"Hayuuuuk ... 🤩🤩🤩" dengan penuh semangaaat langsung mengenakan kaos kaki, abaya, jilbab dan jaket. Btw, kebiasaan memasang kaos kaki terlebih dahulu ini sudah menjadi pertanyaan akhwat wisma sejak dulu hingga sering terbawa hingga sekarang. Hehe. Mereka pada heran, kenapa dalam urutan berpakaian, malah kaos kaki yang paling pertama 😂 yang mana normally itu menjadi urutan terakhir. Hehehe. Entah kenapa, lebih nyaman aja kalau pakai kaos kaki dulu baru yang lain-lain.

Awalnya kami mau jalan berdua aja. Beberapa kali kami jalan berdua aja, pas anak-anak lagi tidur. Hehehe. Pacaran judulnya. Tapi, pas mau berangkat, Maryam bangun. Akhirnya kami berangkat bertiga. Kakak dan uni masih tidur. Uni tidur lagi habis subuh mumpung weekend xixixi. Biasanya abis subuh langsung siap-siap berangkat sekolah.

Momen jalan bareng ini adalah momen yang sangat menyenangkan. Meski cuma keliling sebentar. Bukan tentang ke mananya, melainkan bersama siapanya hehe. Kadang kita baru menentukan mau ke mananya setelah mobil berjalan. Xixixixi... Seperti pagi ini. Awalnya suami mau beli J.Co aja. Aku okeh-okeh aja sebenarnya. Tapi kami juga sudah beli J.Co sebelumnya. Jadinya terlalu sering kan. Lalu aku memberi usulan gimana kalo ke Baqala Karisma aja. Di sana jual jajanan dan sarapan pagi-pagi. Agak jauh sih tapi akhirnya suami okeh untuk ke Karisma.

Qadarullaah sampai di Karisma baqalanya masih tutup. Padahal biasanya di sana ada bubur ayam yang rasanya lumayaan enaaak. Akhirnya kami memutuskan ke Karisma 2 yang ada di area Ar-Rayan. Ga begitu jauh dari Karisma yang ada di deket taman Ibn Qassim atau taman asri kami menyebutnya. Tapi qadarullaah baqalanya juga masih tutup. Restauran bandar jakarta yang ada di sebelahnya pun juga masih tutup. Yasudahlah. Akhirnya kami berniat untuk pulang sahaja. Meskipun belum dapat sarapan, tidak apa-apa. Jalan bareng aja udah menyenangkaan koq. Hehe. Sarapan cuma bonus aja. Hihi.

Tiba-tiba aku ingat salah satu warung makan malaysia yang ga begitu jauh dari Ar Rayyan. Sebut saja namanya X. Mumpung jaraknya cuma 1.5 km dari lokasi kami, aku berpikir apa gak sekalian coba mampir aja. Akhirnya kami mampir ke sana. Alhamdulillaah sudah buka. Kami memesan lontong sayur 2 porsi, 1 nasi lemak dan snack 2 pcs. Tapi, tak disangka harganya selangit bangeeeettt subhanallaah. Padahal restaurannya juga biasa aja. Enggak yang restaurant yang cozy-cozy gitu. Mirip-mirip dengan restaurant Indonesia juga.
Lontong sayur dibanderol dengan harga 26 SAR (sekitar 100rb rupiah). Padahal kalau di baqala Indonesia harga 6 SAR saja (sekitar 22rb rupiah). Soal rasa pun, sejujurnya tidak jauh lebih enak dari lontong sayur yang ada di baqala. Tadinya aku espektasi harganya 10-15 riyal aja. Dan itu pun harusnya udah mahal. Karena kan isinya mostly sayuran aja. Di baqala aja lontong sayurnya harga 6 riyal udah ada telornya. Ini yang harga 26 riyal, malah ga ada telurnya 😅. Bahkan restaurant Malaysia yang ada di Makkah (tutup pas pandemi) yang secara harga sewa tempat kayaknya lebih mahal yang di Makkah ini karena lokasinya tepat di depan Masjid Al Haram, tapi harga makanannya lebih murah dibanding restaurant X tersebut. Kalau ada slogan "ada harga ada rupa", kalau yang ini lebih cocoknya "ada harga, ga ada rupa" kata suami.. hehehehe.

Ya, akhirnya kita cuma bisa geleng-geleng aja. Masaa ngasih harga koq kayak ga masuk akal gitu. Subhanallaah.

Alhamdulillaah 'ala kulli haal. Qadarullaaha ma shaa a fa'al. In shaa Allah jadi pelajaran buat kami.

🥣🥣🥣🥣🥣🥣

Pelajaran berharga;
Manusia sering kali menyukai "kebahagiaan yang disegerakan".
Ada yang beli, "diporotin" dengan harga selangit. Iya, awalnya dapat uang banyak dengan ngasih harga tinggi. Tapi, konsumen tidak akan mau datang lagi untuk kedua kalinya. Cukup sekali aja. Udah gitu, jangan lupa "the power of mouth". Cerita dari satu mulut ke mulut yang lain. Suatu produk bisa mencapai penjualan yang tinggi dengan power cerita mulut ke mulut ini. Jadi bukan ga mungkin juga suatu produk akan jatuh dengan power cerita mulut ke mulut ini jika ternyata ga sesuai dengan espektasi konsumen.

Aku jadi teringat sama seorang penjual sate gerobak. Sejak aku TK hingga kini, sate gerobaknya masih gitu-gitu aja. Tidak berubah yang berarti. Jadi ceritanya, dulu sate itu sempat mengalami masa jaya. Ketika satenya laku keras. Tapi, sayangnya penjualnya kurang dalam manajemen penjualan. Saat laku keras, penjual suka mendeskriditkan pembeli. Pembeli yang belinya dalam jumlah banyak, didahulukan meski datang belakangan. Sementara yang datang duluan, karena belinya dikit ga dilayani sama sekali. Nyelekit banget. Pas laku keras juga, mulai perlahan-lahan porsi dikurangi. Jadinya lama-lama konsumen akhirnya realize dan mulai meninggalkan sate gerobak tersebut. Apalagi mulai bermunculan gerobak sate lainnya. Aah, jika saja pelayanan konsumen diperhatikan. Adil dalam menjual, tidak mementingkan atau mendahulukan yang beli dalam jumlah banyak aja mungkin pembeli juga akan loyal. Belum tentu sekarang dia yang beli sedikit, besok akan beli sedikit juga. Jangan-jangan dia baru trial doang kan. Dan lagi, kalau kualitas tidak dipertahankan dan malah dikurangi, konsumen akhirnya jadi sebel kan. Jika saja penjual sate gerobak ini bisa mempertahankan kualitas dan bersikap baik sama konsumen, mungkin ia telah bisa mengembangkan bisnisnya dengan buka cabang di mana-mana. Tapi karena manajemennyanh buruk dan hanya ingin "kebahagiaan yang disegerakan", akhirnya begitu begitu aja kaan.

Ini jadi pelajaran buatku terutama. Apalagi jika suatu saat pengen bikin usaha misalnya. Aamiin 🤩🤩🤩
Read More

Gegara Kaki Kecoa

Suatu ketika aku ke baqala/mini market indonesia. Pengen beli bakso frozen. Lumayaan, anget-angetin pas mau masuk musim kan ya. Tapi, bakso yang biasa aku beli (merek sopo nyono) lagi kosong. Jadi terpaksa beli merek lain.

Naah, pas aku mau masak baksonya, kan aku potong-potong dulu tuh baksonya. Berhubung ukurannya lumayan besar. Pas aku mau motong salah satunya, kelihatan agak coklat mirip ranting gitu. Lalu, aku potonglah pas bagian coklatnya itu. Ya Rabb ... kageeet bangeet ternyata itu kaki kecoa 😱😱😱. Auto ... "hiiiy....!!" Dan akhirnya itu bakso sebungkus besar terpaksa dibuang. Mengsedih bangeet kaaan. ((Tapi ada yang lebih mengsedih sih.. yaituu.. pas udah selesai bikin tulisan di blog, tiba-tiba device mati dan postingannya ga tersimpan walau 1 katapun. Heuheuheu ...)).

Sejak itu ... rada "trauma" untuk beli bakso frozenan beserta turunannya (bakso tahu, dll). Dan muncullah tekad dalam hati bahwasannya aku harus bisa bikin bakso sendiri!

Meskipun bertekad saat itu, tapi tidak langsung eksekusi. Butuh effort yang lumayan bagi aku yang memang ga hobi masak ini untuk membuat sesuatu. Memasak bagiku goalsnya ga muluk-muluk. Yang penting suami dan anak-anak suka. Itu saja. Orang lain bisa jadi beda selera. Yang penting keluarga suka. Ada protein, karbohidrat dan sayuran.
(daging digiling menggunakan food processor)

Nah beberapa waktu lalu akhirnya jadi juga aku eksekusi baksonya. Alhamdulillaaah. Jika sebelumnya aku bikin bakso karena coba-coba saja semacam ekperimen gitu, kali ini bikinnya dengan tekad yang lebih kuat yaitu makanan homemade yang dibikin sendiri yang kita tau apa saja bahan yang dimasukkan dan in shaa Allah higienisnya lebih diperhatikan. Tekad ini ternyata jadi energi sendiri buat aku dengan pertolongan-Nya alhamdulillaah.
(adonan bakso yang siap direbus)

Alhamdulillah dari 400 gram daging topside jadi bakso lumayan banyak.
(bakso homemade ala aku hehehe)

Di segi rasa mungkin belum seperti bakso-bakso yang dijual kebanyakan. Tapii, alhamdulillaah rasanya sangat acceptable buat aku. Sampai bolak balik ngabisin beberapa pentol bakso. Hihi. Ini lagi laper apa gimana yaak 😆🤭. Sebagiannya lagi aku simpan sebagai bakso frozenan. Suami dan Anak-anak juga suka alhamdulillaaah. Karena prinsip aku memasaka adalah yang penting suami dan anak-anak suka alhamdulillah misi kali ini berhasil.

Aku beryukur tinggal di luar negeri di mana mendapatkan makanan indonesia tak semudah ketika berada di indonesia. Aku yang pada dasarnya memang bukan hobi masak jadi mau ga mau harus masak macem-macem (di luar makanan keluarga biasa yaa) kayak siomay, batagor, bakso, snack jajanan pasar kayak risoles, pastel, spring roll isi udang/ayam/etc,  cilok, kue-kue-an, homemade nugget, chicken katsu, sate padang, sate ayam bumbu jacang, soto dll. Jika di indonesia, jajanan kayak gini besar kemungkinan aku beli/order saja. Ga kepikiran buat bikin sendiri. Apalagi adanya teknologi gofood kan. Segalanya jadi lebih mudah. Tapi karena di sini ga bisa di-gofud-in, jadi harus masak sendiri. Di sisi yang lain ini pengalaman sangat berharga buat aku. Alhamdulillaaah...

(bakso ready untuk difrozen)
Read More