Pengalaman Mudik Mendadak & Karantina

Sudah sangat lama rasanya tidak posting di blog ini. Ibarat rumah udah ga pernah dibersihin lebih dari 3 bulan. Udah berdebu banget kali ya. Hehe. Untungnya belum jasi semak belukar. Xixixi. Apasih! 🤭


Baiklah, postingan setelah lama ga nge-blog ini mau cerita tentang mudik mendadak yang kami tempuh di bulan Maret 2022 lalu. Ceritanya, plan buat mudik yang di tag suami ke manajerial adalah bulan Mei rencananya. Qadarullaah karena ada teman se-team suami di kantor yang resign di mana notice period-nya adalah 2 bulan yaitu Maret dan April, jadinya cuti yang di plan di bulan Mei itu terancam gagal. Pasalnya, rules nya adalah tidak boleh ada yang cuti bersamaan dan harus ada yang standby di masing-masing kota yaity di Riyadh atau di Jeddah. Tim nya suami di kerjaan ada 4 orang, dibagi dua yaitu 2 orang di Jeddah dan 2 orang di Riyadh. Jadi, kalau cuti at least mesti ada 1 orang yang "jaga gawang" di masing-masing kota. Karena biasanya ada kerjaan yang harus mendatangi site/server tertentu. Begitu yang kupahami sedikit banyak dari kerjaan suami.

Jika teman tersebut resign, berarti suami satu-satunya yang harus stand by di Riyadh (karena yang resign posisinya di Riyadh). Artinya, mudik yang kami rencanakan Mei itu kemungkinan besar gagal total. Kami "terikat" harus stay di Riyadh sampai penggantinya datang. Even ke Makkah Madinah aja kami ga bisa di masa standby ini. Dan pengganti anggota tim yang resign ini biasanya butuh waktu untuk datang (karena ngurus visa dll, plus ada covid restriction juga kan).

Akhirnya pas tanggal 3 (hari terakhir sekolah anak2 di term 2), pas abis jemput sekolah anak², tiba-tiba aku nyeletuk. "Yah, kita mudik yuuk. Mumpung anak² libur sekolah 2 minggu. Ntar klo Mei, kemungkinan besar ga bisa cuti kan. Nunggu juli atau agustus koq kelamaan banget."

"Tapi bisa ga yaa Bund. Kan ada yang cuti. Ga yakin juga dikasi izin." Suami agak sangsi.

"Bisa ga yaa Yah remote dari Indo sampai teman yang cuti balik?"

"Yaudah, coba tanya menejer dulu. Dikasi apa enggak."

Posisi waktu itu siang hari Kamis. Suami akhirnya coba tanya menejer mengenai kemungkinan cuti di Maret plus remote dari Indonesia untuk kurang lebih 2 minggu. Ma shaa Allah tabaarakallaah, ternyata menejer kasi izin sorenya mendekati maghrib. Sungguh tidak menyangka. Sebuah pertolongan dari Allah tentunya. Dia-lah yang memberi kami kesempatan untuk mudik.

Tapi kami tetiba galau. Persiapan mudik belum ada sama sekali. Nanti mau kemana. Gimana itenerary selama di Indo dll. Biasanya mau mudik ke Indo, setidaknya persiapan kami sebulan lebih untuk bikin vacation plan, itenerary, beli tiket, packing-packing, ngurus visa exit re-entry, nyiapin oleh-oleh dsb dsb. Lah ini, di masa pandemi, harus PCR juga, harus vaksin juga. Register vaksin luar negeri juga. Kan ribet yaa. Enggak yang kayak mudik normal.

Dalam 2 hari saja (jum'at dan sabtu karena kami take off nya hari minggu dini hari jadi berangkat ke bandara sabtu malam menjelang minggu dini hari) kami mempersiapkan mudik mendadak ini. Bayangkaaan ... dalam 2 hari harus nyiapin packing² bagasi, ngurus ERV (exit re-entry visa), nyempetin beli oleh-oleh dikit, beli tiket PP Riyadh Jakarta dan Jakarta Riyadh, vaksin covid untuk anak kedua kami (karena anak pertama udah full 2 dose), tes PCR untuk syarat keberangkatan. Belum lagi beberes rumah. Sempat-sempatnya juga kakak Aafiya les renang di jumat sabtu dan ayahnya sempat-sempatnya juga latihan badminton. What a busy week end. Ma shaa Allah tabaarakallaah, dalam 2 hari ternyata persiapan mudik mendadak di masa pendemi beres juga. Semua atas pertolongan Allah. Ga kebayaang kami bisa mudik dengan persiapan sekilat ini. Di masa pandemi yang banyak syaratnya pula. Alhamdulillaah binni'matiHi tatimmusshalihaaat.

Kami berangkat dengan maskapai Fly Emirates. Alhamdulillaah karena bawa anak-anak kami mendapatkan prioritas untuk naik pesawat setelah penumpang bisnis dan kelas 1. Kami maaah naik yang kelas ekonomi ajaaa xixixixi. Udah nyaman banget koq alhamdulillaah. Pesawatnya juga spacious laah. Alhamdulillaah perjalanan lancar. Aku juga alhamdulillaaah aerophobianya sudah mulai berkurang. Much much better. Dulu perjalanan 32 jam (termasuk transit) bisa ga tidur akunya gegara aerophobia ini. Huhuhu.

Sampai di Jakarta pun alhamdulillaah lancar-lancar dan diprioritaskan karena bawa anak-anak. Alhamdulillaah lagi, kami sudah lama registrasi vaksin sehingga kami sudah berstatus full dose di pedulilindungi.id dan sudah mengantongi sertifikat vaksinnya. Tapi, di bulan maret masih mendapat "jatah" karantina selama 3 hari untuk yang full-doses vaccination.

Cukup lama menunggu sampai akhirnya bus yang membawa kami ke wisma atlit rusun pasar rumput bergerak. Kami landing sekitar jam 10 malam dan pengambilan bagasi hingga jam 11 an. Jam sudah menunjukkan jam 1 malam waktu indonesia barat ketika bus berangkat. Kami memang memilih di wisma saja tidak memilih karantina di hotel. Karena menurut pengalaman teman suami yang mudik sekitar seminggu sebelumnya, pelayanannya Oke.

Jakarta di malam hari sudah lengang. Wajar sih karena sudah melewati jam macet. Ga lama untuk mencapai wisma pasar rumput. Namun, antrian di sana untuk masuk sangat membludak. Ruameeee bangeet. Aku sampai rada frustate melihat banyaknya kerumunan orang yang akan naik ke wisma di mana akses lift cuma 1 saja. Subhanallaah.

Alhamdulillaah petugasnya sangat baik. Karena kami bawa anak 3, jadi diperbolehkan untuk duluan. Dari sekian rangkaian proses yang kami lewati (termasuk PCR kembali di lobby sebelum masuk ke kamar yang tersedia), prosesnya terbilang cepat dan diprioritaskan. Semoga Allah membalas kebaikan para petugas satgas covid-19 yang membantu kami--anak-anak muda yang ramah dan energik ma shaa Allah--dan juga sesama pendatang yang juga ikut karantina yang rela memberi tempat dan mendahulukan antrian kepada kami sehingga bisa duluan masuk kamar. Ya Rabb ... hanya Allah yang dapat membalas kebaikan mereka semua. Semoga senantiasa dilimpahkan kesehatan. Memang anak-anak sudah lelah dari perjalanan jauh dan jam sudah menunjukkan angka 2.30 dini hari kala itu. Jam 3 malam akhirnya kami bisa mendaratkan diri di kamar wisma atlet pasar rumput. Dan menjalankan karantina selama 3 hari. Alhamdulillaah.
foto wisma pasar rumput tempat karantina

view kota jakarta dari wisma pasar rumput lantai 8
(sengaja bawa kertas, lem, gunting dan pensil untuk aktivitas anak-anak selama karantina)

Alhamdulillaaah bisa mudik. Meski hanya sebentar. Mudik kali ini benar-benar serasa mimpi. Sebentar saja. Setelah hampir 3 tahun tidak mudik ke Indo karena terkendala pandemi. 

Sekarang kami sudah di Riyadh lagi. Anak-anak juga sudah ketinggalan banyak di sekolahnya. Mudah-mudahan kekejar ketinggalan pelajaran selama mudik. Karena ternyata mereka ga ada opsi online lagi di term 3 (di term 2 merekan ada opsi sekolah online selain offline). Padahal kami udah angkut buku mereka sekoper pas mudik. Buku sekolahnya juga buanyaaaak bangeeet. Qadarullaha ma syaa a fa'al.

Alhamdulillaah..  Alhamdulillaah.. Alhamdulillaaah...
Read More