Gegara Kaki Kecoa

Suatu ketika aku ke baqala/mini market indonesia. Pengen beli bakso frozen. Lumayaan, anget-angetin pas mau masuk musim kan ya. Tapi, bakso yang biasa aku beli (merek sopo nyono) lagi kosong. Jadi terpaksa beli merek lain.

Naah, pas aku mau masak baksonya, kan aku potong-potong dulu tuh baksonya. Berhubung ukurannya lumayan besar. Pas aku mau motong salah satunya, kelihatan agak coklat mirip ranting gitu. Lalu, aku potonglah pas bagian coklatnya itu. Ya Rabb ... kageeet bangeet ternyata itu kaki kecoa 😱😱😱. Auto ... "hiiiy....!!" Dan akhirnya itu bakso sebungkus besar terpaksa dibuang. Mengsedih bangeet kaaan. ((Tapi ada yang lebih mengsedih sih.. yaituu.. pas udah selesai bikin tulisan di blog, tiba-tiba device mati dan postingannya ga tersimpan walau 1 katapun. Heuheuheu ...)).

Sejak itu ... rada "trauma" untuk beli bakso frozenan beserta turunannya (bakso tahu, dll). Dan muncullah tekad dalam hati bahwasannya aku harus bisa bikin bakso sendiri!

Meskipun bertekad saat itu, tapi tidak langsung eksekusi. Butuh effort yang lumayan bagi aku yang memang ga hobi masak ini untuk membuat sesuatu. Memasak bagiku goalsnya ga muluk-muluk. Yang penting suami dan anak-anak suka. Itu saja. Orang lain bisa jadi beda selera. Yang penting keluarga suka. Ada protein, karbohidrat dan sayuran.
(daging digiling menggunakan food processor)

Nah beberapa waktu lalu akhirnya jadi juga aku eksekusi baksonya. Alhamdulillaaah. Jika sebelumnya aku bikin bakso karena coba-coba saja semacam ekperimen gitu, kali ini bikinnya dengan tekad yang lebih kuat yaitu makanan homemade yang dibikin sendiri yang kita tau apa saja bahan yang dimasukkan dan in shaa Allah higienisnya lebih diperhatikan. Tekad ini ternyata jadi energi sendiri buat aku dengan pertolongan-Nya alhamdulillaah.
(adonan bakso yang siap direbus)

Alhamdulillah dari 400 gram daging topside jadi bakso lumayan banyak.
(bakso homemade ala aku hehehe)

Di segi rasa mungkin belum seperti bakso-bakso yang dijual kebanyakan. Tapii, alhamdulillaah rasanya sangat acceptable buat aku. Sampai bolak balik ngabisin beberapa pentol bakso. Hihi. Ini lagi laper apa gimana yaak 😆🤭. Sebagiannya lagi aku simpan sebagai bakso frozenan. Suami dan Anak-anak juga suka alhamdulillaaah. Karena prinsip aku memasaka adalah yang penting suami dan anak-anak suka alhamdulillah misi kali ini berhasil.

Aku beryukur tinggal di luar negeri di mana mendapatkan makanan indonesia tak semudah ketika berada di indonesia. Aku yang pada dasarnya memang bukan hobi masak jadi mau ga mau harus masak macem-macem (di luar makanan keluarga biasa yaa) kayak siomay, batagor, bakso, snack jajanan pasar kayak risoles, pastel, spring roll isi udang/ayam/etc,  cilok, kue-kue-an, homemade nugget, chicken katsu, sate padang, sate ayam bumbu jacang, soto dll. Jika di indonesia, jajanan kayak gini besar kemungkinan aku beli/order saja. Ga kepikiran buat bikin sendiri. Apalagi adanya teknologi gofood kan. Segalanya jadi lebih mudah. Tapi karena di sini ga bisa di-gofud-in, jadi harus masak sendiri. Di sisi yang lain ini pengalaman sangat berharga buat aku. Alhamdulillaaah...

(bakso ready untuk difrozen)
Read More

Kebaikan dan Teman-Teman Baik

Ma shaa Allah tabaarakallaah, suhu di Riyadh mencapai 5° C. Sebenarnya hampir sama dengan tahun sebelum-sebelumnya. Bahkan dulu sudah pernah merasakan hingga reel feel 0° C. Satu atau dua derjat celcius juga pernah. Tapi, musim dingin kali ini terasa sangat dingin bagiku. Bisa jadi karena di puncak musim dingin ini, dibarengi covid yang qadarullaah "mampir" di kami sekeluarga. Salah satu efeknya; chills, merasa dingin. Dan sepertinya kami juga merasakan ini. Rasanya tangan dan kaki seperti es. Air yang mengalir seperti air es. Tahun sebelumnya, rasanya aku tidak membutuhkan heater. Tapi tahun ini rasanya pengen selimutan aja di depan heater. Hehe.

Di puncak musim dingin ini, aku ingin menceritakan tentang kebaikan dan orang-orang baik. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Jadi, sebenernya kami tidak ingin share tentang kondisi covid yang kami alami ke teman-teman hanya dengan 1 alasan; kami tidak ingin merepotkan. Jadi, kami mengupayakan agar jangan sampai ada yang direpotkan. Kalau semisal ada pada titik di mana kami butuh bantuan, kami pasti akan meminta bantuan kepada teman-teman sesama Indonesia di sini. Tapi, alhamdulillaaah so far kami masih bisa mengupayakan sendiri, atas pertolongan-Nya.

Pagi tanggal 4 januari kemarin, salah satu teman kami mba Lia menelpon, mengkonfirmasi berita yang diterima kalau kami terkena covid. Aku membenarkan dan mengatakan alhamdulillaah kami semua baik-baik saja. Agak sedikit sesak tapi ga mengganggu alhamdulillaah. Mba Lia yang juga adalah seorang dokter, menanyakan apakah punya oxymeter. Aku mengatakan bahwa kami sedang memesannya. Malamnya mba Lia datang men-drop makanan 5 bungkus bakso yang enak banget ma shaa Allah, herbal PH7 ustadz Adi Hidayat, Black Garlic, Custus Hindi root, dan juga cup cake buat anak-anak. Mba Lia juga meminjamkan oxymeter sambil menunggu oxymeter kami datang. Ma shaa Allah tabaarakallaaah. Kami jadi terharu.

Banyak teman-teman yang menanyakan, "butuh apa, mau dibawain apa?, butuh dibantu belanja logistik ga?", selain mendo'akan. Ma shaa Allah. Terasa bangeet care nya teman-teman. Bantuan yang Allah kirimkan lewat mereka. Barakallaahu fiihim. Aku sebenarnya dido'akan saja sudah lebih dari cukup. Tapi, mereka memberikan lebih. Ma shaa Allah.
Tanggal 5 pagi, mba Linda mendrop satu dus besar makanan. Lontong sayur, bubur ayam 6 pcs, tahu, tempe, bayam, minyak goreng. Ma shaa Allah tabaarakallaaah. Pagi-pagi, diantarkan dari Nuzha. Bukan jarak yang dekat antara Nuzha dan Nahda dan mba Linda memiliki bayi. Tapi masih mengantarkan kepada kami support. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Terharu ...

Hari Jum'at, tanggal 6 sore, mba Yaya yang mengantarkan kami satu keranjang besar jeruk dan jagung rebus. Ma shaa Allah tabaarakallaaah. Aku yang kebetulan lagi pengen jagung rebus, ternyata Allah berikan melalui mba Yaya. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Jarak dari Batha ke Nahda sangat jauh untuk ukuran kami. Sekitar 23-25 km dan melewati jalur yang rawan macet juga. Pasti butuh effort untuk sampai ke rumah kami. Yaa Rabb... lagi-lagi terharu rasanya.
Trus hari Ahad, 9 Januari, mba Tyas nge-WA, nganterin makanan berupa Ikan Tilapia (ikan mujair kalau di kita) paket lengkap dan Jeruk digantung di depan pintu gerbang rumah kami, ma shaa Allah tabaarakallaah ...
Ma shaa Allah ikannya enaak banget, endeeuuss ma shaa Allah. Bahkan Aafiya suka banget sama ikan dan sambelnya. Kalo emaknya yang bikinin sering ga dihabisin. Huhuhu
Jeruknya juga fresh from the trees. Jadi jeruk yang dibawain mba Tyas adalah jeruk yang memang dipetik dari batangnya, dari Hariq (di 200 km selatan Riyadh), dekat Howtat Bani Tamim.
Mereka teman-temanku, orang-orang baik, dengan segenap kebaikan mereka. Allahu yubarik fii him. Tak ada yang dapat aku ucapkan melainkan do'a kebaikan untuk mereka semua, semoga Allah membalas segenap kebaikan-kebaikan mereka tersebut di dunia dan di yaumil akhir kelak. Semoga Allah balas kebaikan itu dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan kebaikan tersebut menjadi pemberat timbangan kebajikan di yaumil mizan. Aamiin yaa Rabb.

Note to my self: selalulah berbuat kebaikan. Sekecil apapun itu. Sebagaimana engkau senang diberikan kebaikan wahai diriku, maka lakukan hal yang sama pula untuk orang lain, sahabat, teman-teman dan tetanggamu. Sungguh, engkau tak pernah tau, kebaikan apa yang akan memberatkan timbangan amalmu yang sebelah kanan. Jadi, tetaplah berbuat kebaikan, meski hanya hal kecil sekalipun.

Note to my self: Jangan pula engkau anggap remeh keburukan yang engkau lakukan, pada sesama manusia, meskipun itu menurutmu hal yang sepele dan kecil. Maka, berpikir-pikirlah, sebelum engkau berkata atau melakukan tindakan apapun. Bisa jadi hal yang engkau anggap kecil dan sepele, ternyata itu telah melukai dan dzalim kepada orang lain. Berhati-hatilah. Karena kedzalimanmu, sekecil apapun itu akan ada timbangannya kelak di hari akhir, dan engkau akan memberikan hak orang yang engkau dzalimi di pengadilan-Nya.
Read More

Being Part of 1746 New Cases Statistic

Qadarallaaha ma shaa a fa'al.
Apa yang ditetapkan Allah, pasti terjadi.
Semoga ujian ini menjadikan kami pribadi yang bersabar dan mengharap pengguguran dosa atas sakit yang Allah anugrahkan.
Statistik Covid-19 tanggal 3 Januari 2022 menunjukkan angka 1746 new cases. Dan kami sekeluarga (aku, suami, dan anak pertama kami yang ikutan tes swab PCR) menjadi bagian dari statistik ini.

Dalam dua pekan terakhir, lonjakan kasus covid semakin tinggi. Bahkan statistik dunia menunjukkan bahwa angka kejadian covid dalam beberapa hari terakhir ini berkali lipat lebih besar dari pada di gelombang-gelombang sebelumnya. (Sumber dari worldometer)
Di Saudi sendiri, cases yang sudah pernah mencapai hanya 24 kasus baru perhari, dalam waktu beberapa hari merokeet tinggi. Subhanallaah. Naiknya enggak perlahan tapi langsung drastis. Dari 800-an, ke 1000, loncat ke 1700 an.

Sebenarnya kami sudah merasakan gejala semenjak safar kemarin. Tapi, ketika sudah sampai di Riyadh dan mulai booking untuk tes covid, kami tidak mendapatkan ada slot yang available. Karena masih menganggap ini batuk pilek biasa, kami memutuskan untuk tidak swab di rumah sakit. Nunggu slot yang dari pemerintah available aja.

Seminggu adalah "masa kritis" nya. Masa kritis di sini bukan berarti critical cases secara medis. Tapi maksud masa "berat" nya covid ini dirasakan. Yaitu demam tinggi, nyeri tenggorokan, sakit kepala dan juga batuk serta pilek. Berat karena kami mengalaminya bersamaan. Kami tidak mengalami anosmia (hilangnya sensitifitas indra penciuman). Paling cuma indra pengecap yang sedikit berkurang dan itu pun hanya berlangsung 1-2 hari. Itu yang membuat aku berpikir awalnya ini kayaknya bukan covid. Tapi di sisi yang lain, aku mencurigai ini covid adalah karena demam/batpil/sore throat yang kami rasakan itu beda dengan demam-demam sebelumnya.

Demamnya serentak sekeluarga (kecuali uni Aasiya yang alhamdulillaah, ma shaa Allah tabaarakallaah tidak merasakan gejala apapun). Ini terasa berat karena selain diri kami sendiri yang demam, kami juga harus menghadapi 2 anak yang demam juga. Plus kerjaan kantor suami yang ga bisa ditinggal juga. Jadi, ini fase yang berat buat kami. Selain itu, sore-throat nya terasa lebih nyeri dan agak lama. Kalau meriang dan demam karena common-cold biasa, nyeri tenggorokannya biasanya sebentar saja dan reda dengan lemonade alhamdulillaah biidznillah. Tapi ini berlangsung agak lama dan lebih nyeri. Kakak Aafiya sempat mengalami demam yang sangat tinggi di malam hari. Suara berubah serak biasanya berlangsung hanya 1-2 hari tapi sudah seminggu lebih suara masih aja serak. Kami menghabiskan hampir 3 box paracetamol isi 18-20. Dan anak-anak menghabiskan hampir 4 botol paracetamol syrup. Bolak-balik sampai 3x order paracetamol dan cooling pad buat demam anak-anak.

Karena aku agak curiga covid (yang awalnya aku anggap aku lagi overthinking aja), aku juga order multivitamin (vitamin C dan zinc). Vitamin D kebetulan memang sudah available di rumah. Selain itu, aku yang selama ini hampir tak pernah membeli obat batuk karena aku tau ini batuk mostly self limiting tapi kali ini aku order obat batuk juga. Selama ini aku tak pernah beli obat batuk anak. Benar-benar tidak pernah sama sekali kalau untuk anak. Setiap batuk biasanya kami menggunakan nebulizer dengan normal saline 0,9% saja untuk meringankan dan melegakan tenggorokan dan batuk anak-anak. Tapi kali ini selain nebulizer, aku juga memberikan obat batuk ke mereka (kecuali uni).

Ketika hari jum'at lalu (30 desember), aku cek di app sehhaty ternyata ada slot available untuk covid test. Akhirnya aku booking untuk aku, suami dan anak pertama. Anak kedua dan ketiga tidak tersedia karena tes hanya dilakukan untuk usia 7 tahun ke atas (kalau di rumah sakit tersedia untuk semua usia). Kami tidak melakukan tes di RS melainkan di covid test centre di dekat Airport (yang terdekat dari rumah kami).

Ketika tes, kondisi kami sebenarnya alhamdulillaah sudah lebih baik. Sudah memasuki masa pemulihan. Masa-masa demam juga sudah lewat. Kakak yang biasanya tiap malam terlihat drop, alhamdulillah sudah lebih segar dan bisa ikut sekolah full juga (secara online). Tapi kami tes ini untuk konfirmasi saja apakah benaran covid atau bukan sehingga kami bisa mengambil keputusan untuk booking vaksin booster nantinya.

Tidak seperti tes sebelumnya yang ga ngantri panjang, bahkan kami pernah test (syarat untuk tes CBT CPNS kekekek), kami satu-satunya yang swab di pagi itu saking ga ada orang yang tes swab, berbanding terbalik dengan tes yang kami jalani pagi di 2 janurai 2022. Antrian panjang mobil orang-orang yang mau test mengular mungkin sekitar 2-3 km. Kami menghabiskan lebih dari 1 jam untuk antri menunggu tes. Testnya drive-thru jadi kayak macet panjaaang kelihatannya. Kemacetan ini bahkan sampai 5 km sebelum centre covid test di jalan Thumamah yang kami lewati. Harusnya kami dapat paling belakang di jalur paling kanan (paling pinggir) untuk berbelok ke kanan. Tapi kami tetap melaju di jalur tengah. Kami pikir jalur kanan itu bukan antrian test covid. Tapiii ternyata itu antrian untuk test covid dan kami sudah melewatinya. Sulit untuk u-turn dan balik lagi ke belakang. Macet dan antrian pasti tambah panjang. Terlebih ini adalah jalur 1 arah. Harus mencari u-turn yang cukup jauh. Alhamdulillaaah, ada bapak baik hati yang mempersilakan kami maju di depannya (pindah dari jalur tengah ke jalur kanan) sehingga kami dapat masuk ke "barisan kemacetan" dan jejeran mobil menuju covid centre tersebut. Ma shaa Allah bapaknya sangat baik. Kami mendo'akan semoga bapak tersebut mendapatkan kemudahan dalam hidupnya, dapat mendahului kami ketika tes, dan hasilnya negatif dan do'a baik lainnya.
Salah satu kebiasaan yang kami coba ajarkan kepada anak-anak (bukan bermaksud untuk merasa diri kami baik, hanya berbagi dan berharap ini menginspirasi dan memberi manfaat bagi siapa yang membacanya) adalah mendo'akan orang lain, meskipun orang tersebut tidak kenal dengan kita. Apalagi orang tersebut mau berbaik hati kepada kita. Mendo'akan orang yang mengalami masalah di pinggir jalan misalnya ketika kami melewati orang yang bermasalah dengan kendaraannya tersebut agar dimudahkan urusannya. Mungkin kami tak bisa membantu secara langsung (sebagaimana orang-orang di sini ma shaa Allah sangat banyak yang baik hati dengan mudahnya membantu orang lain yang mengalami masalah dengan kendaraannya), tapi setidaknya mendo'akan. Semoga kebiasaan ini juga dilaksanakan oleh anak-anak kelak. Kami berusaha menanamkan mindset bahwasannya ketika kita mendo'akan orang lain sesuatu yang baik, maka do'a baik itu sejatinya akan kembali ke diri kita sendiri karena malaikat mendo'akan yang sama untuk kita (sumber Hadits Nabi).

Back to story, alhamdulillaah kami masuk ke area covid centre dan kami sempat melihat bapak yang baik hati tadi sudah mendahului kami melakukan tes. Kami senaaang ternyata bapak itu lebih dahulu dari kami. Tes berjalan lancar. Petugasnya sangat gercep dan ramah. Ma shaa Allah.

Biasanya, hasil test keluar sorenya di SMS, app sehhaty dan tawakkalna sekaligus. Tapi ditunggu sampai malam pun hasilnya belum keluar juga. Mungkin karena yang test kali ini berkali lipat lebih banyak. Pagi besoknya (3 januari 2022) sekitar jam 8 baru keluar hasil testnya yang menunjukkan bahwa kami positif covid. Alhamdulillaah 'ala kulli haal.
Mungkin ini pula hikmahnya test covid itu fully booked ketika puncak-puncak "masa kritis" kami sehingga kami tidak bisa ikut tes. Bahwasannya jika kami mengetahui positif covid ketika masa kritis itu, mungkin bisa jadi overthinking banget, bisa menurunkan imunitas juga kaan ketika khawatir berlebih. Berbeda ketika kami mengetahuinya setelah melewati masa kritis. Sudah masa pemulihan. Secara psikis, lebih siap. Mudah-mudahan Allah memberikan speedy recovery untuk kami sekeluarga.

Status di tawakkalna app kami sudah berubah dari hijau ke cokelat (dari imune ke infected). Artinya, selama status tawakkalna kami cokelat, kami tidak bisa ke mana-mana. Tidak bisa masuk fasilitas umum mana pun. Alhamdulillaah, sebelumnya kami sudah stok bahan makanan dengan berbelanja online. In shaa Allah cukup untuk 14 hari sampai tawakkalna nya hijau lagi. Alhamdulillaah binni'mah.
Pasti ada hikmah atas segala sesuatu. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tetap memuji-Nya di segala keadaan. Kami juga berharap ini menjadi penggugur dosa-dosa kami. Aamiin yaa Rabb.
Read More