from NOTHING to SOMETHING

Beberapa hari lalu berbenah, walhasil ada setumpuk dakron sisa yang menggunung. Ehehe...

"Jadi ini tinggal dibuang aja kan?" Tanya Ayah Aafiya. Koq rasanya sayang banget kalau dibuang. Heheh. Pengen jadiin sesuatu, tapi apaa yaa.

"Ntar jangan dibuang dulu, Yah. Kasi waktu buat bikin sesuatu dulu. Ntar kalau gagal, boleh deh dibuang. Hehe."

Akhirnya segunung barang bekas ini jadi sesuatu juga. Hihi. Semacam stool sama bangku gitu yang 98% menggunakan bahan bekas... Yang warna maroon dari sisa kulit imitasi yang dulunya buat alas/perlak anak² yang lagi toilet training tapi malah ga kepakek banget karena ga begitu nyaman buat tidur. Dan yang warna donker dari bekas kasur pompa, bahannya mirip² beludru gituh. Polanya juga suka-suka ajah. Tidak diukur pakai meteran. Tapi, ini dijahit dengan metode piping supaya bisa "berbentuk". Kalau tidak di'piping' hasilnya agak berantakan. Karena tidak menggunakan frame kayu atau bahan yang kuat lainnya, murni hanya dakron dan sedikit busa. Hehehe. Lumayan buat leyeh-leyeh. Alhamdulillaah. Ma shaa Allah tabarakallah.
****
Cerita selanjutnya adalah kasur bekas. Kasur bekas ini sebenarnya sudah aku obrak abrik. Ekekeke. Udah aku potong dulunya. Karena memang aku tipe penyayang (baca: sayang membuang barang bekas wkwkwkwk), bawaannya pengen "merubah" segala sesuatu menjadi "new look" gitu laaah. Akhirnya si kasur bekas pun dijadiin kursi majlis. Lumayan banget buat leyeh-leyeh bersama keluarga. Dan buat rebahan bareng-bareng. Maklum, lokdon kan enaknya rebahan. Ekekekeke.
note: kursi majlis/kursi lesehan gini baru aku "kenal" ketika di Riyadh. Ternyata di sini biasa rumah-rumah ada kursi majlisnya. Kalau di Indonesia aku kenalnya cuma sofa biasa aja sih. Hehehe...

****

Jadi, jangan buru-buru buang barang bekas dulu. Mana tau bisa di-recycle jadi sesuatu yang bermanfaat. Misal kayak dakron gini, bisa dijadikan bantal guling, dudukan kursi... atau mungkin jadi bean bag chair, cushion dan lain sebagainya.
Read More

Home Schooling?

Tidak mudah memang untuk memulai homeschooling. Sedikit pun tidak terpikir untuk memilih homeschooling sebelum pandemi ini terjadi. Oleh sebab aku memang tidak memiliki ilmu (dan juga passion) untuk mengajar anak-anak.

Tetapi, adanya pandemi juga membuat kuatnya keraguan untuk menyekolahkan anak-anak di sekolah formal dulu. Sebab, anak belum tentu bisa tertib melaksanakan protokol kesehatan. Dan, menghindari wabah tentu lebih baik dari pada (sok-sok) merasa bisa untuk menghadangnya. Dan oleh sebab, menghindari wabah adalah sesuatu yang diperintahkan Allah melalui Rasul-Nya. Jika pun suatu saat terkena (na'udzubillaah) setidaknya kita sudah berusaha dengan sebaik yang kita bisa untuk menjauhinya.

Homeschooling juga tidak seperti membalik telapak tangan. Tidak bisa ujug-ujug lalu homeschooling. Ada goal yang harus di-setting. Ada kurikulum yang harus dipersiapkan. Dan sebagainya.

Akan tetapi, belum terlambat untuk memulai. Dan, ketiadaan passion & ketidakbisaan itu kadang hanyalah menyoal bagaimana sebuah sudut pandang. Mari melihat dari angle yang berbeda. Bahwasannya jika kita mau berusaha, in shaa Allah Allah akan membukakan jalan. Jalan untuk sama-sama belajar bersama anak. Ya, sama-sama dan SALING belajar. Semoga Dia mudahkan.

Niatkan... Niatkan ini semua sebagai sarana amal jariyah. Dan semoga pula mendapat dua sekaligus. Mengajarkan ilmu yang semoga kelak memberikan manfaat bagi mereka dan juga mendidik anak agar menjadi shalih/ah ketika yang diajarkan adalah mentauhidkan Allah, menanamkan keimanan dan semangat beramal shalih di hati mereka. .

Aku sendiri masih jauh dari itu. Masih tertatih untuk belajar. Semoga Allah mudahkan. Semoga Allah mudahkan. Dan semoga pula Dia jadikan para zurriyah kita, anak keturunan kita, adalah generasi-generasi shalih-shalihah. Aamiin.

****
Kurikulum sederhana belajar bersama anak:
Usia: 5.5 tahun

1. Arabic
Belajar bahasa arab dengan target bisa membaca Al Qur'an.
Alhamdulillah beruntung ada buku pelajaran sekolah Aafiya yang menurutku sangat bagus. Aku awalnya kebingungan untuk memulai dari mana dan apa yang harus diajarkan. Dengan iqra' koq kayaknya kurang cocok buat Aafiya secara dia belajar bahasa arab dari sekolahnya beda dengan iqro kan ya.

Nah, ternyata adanya buku ini alhamdulillaah really helpful. Bertahap dan lebih mudah dipahami.

Gambaran umumnya, urutan yang dipelajari anak:
1. Mengenal huruf hijaiyah secara keseluruhan
2. Mengenalkan huruf dalam bentuk bersambung
3. Mengenalkan huruf yang mirip secara bentuk
4. Mengenalkan huruf yang mirip secara pe-lafadz-an
5. Harakat Fathah
6. Harakat kashrah
7. Harakat dhammah
8. Mad (1): (alif, alif ma'tsurah)
9. Mad (2): Ya sukun
10. Mad (3): wau sukun
11. Sukun
12. Tasydid
13. Tanwin


Note: kapan-kapan pengin bikinin file interaktif tentang ini. Semoga terwujud.. Aamiin.

2. Hafalan Al Qur'an dimulai dari belakang (biasanya ini adalah aktifitas bersama Ayah).

3. Reading
Actually, Aafiya sudah menyelesaikan phoenic nya. Tapi, aku pengen memantapkan lagi. Rujukannya juga adalah buku sekolah kakak dari Pearson.

4. Baca Bahasa Indonesia
Ini salah satu targetku juga agar kakak bisa baca bahasa indonesia.

5. Hafalan bacaan shalat dan do'a 

*****

Waktu: 
1 pembahasan aku targetkan maximum 15 menit saja mengingat daya konsentrasi anak usia 5 tahun hanyalah 15 menit. Jadi ga melulu belajar sepanjang hari tentunya. Bebas mau kapan aja. Ga mesti pagi.

****

Semoga Allah berkahi setiap upaya kebaikan yang kita niatkan. Aku berharap, kami sebagai orang tua lah yang pertama mengajari anak baca tulis dan terutama baca Al Qur'an. Karena ini perbekalan yang terpenting kan yaa.


Read More