Living in Riyadh [part 15]: Pindah ke Villa

Hmmm... begini ceritanya, teman.
Setelah hampir 3 tahun jadi penghuni apartemen furnished, akhirnya kita memutuskan untuk move on. Pindah ke villa. Hahay, tinggal di villaaaa??
Please jangan salah tanggap dulu. Istilah villa di sini sama dengan rumah (kontrakan) kalau di Indonesia. Yaa, akhirnya kita memutuskan untuk ngontrak rumah (tinggal di villa). Sebagai sedikit gambaran, beberapa jenis tempat tinggal di sini; ada furnished apartemen di mana kita tinggal bawa diri (dan juga baju2 tentunya, hhehe) dan semua perlengkapan sudah tersedia (bedroom set, kitchen set, sofa dll). Termasuk alat elektronik seperti kompor, kulkas, dan mesin cuci. Lalu, kedua non furnished apartemen. Apartemen juga tapi kosongan, jadi kudu beli sendiri segenap isinya. Apartemen ini (baik yang furnished maupun non furnished) tersedia harist/penjaga yang available 24 jam. Bisa dimintai tolong beliin air galon, gantiin gas dll. Ketiga suqoq di suatu imarah. Yang ini dibilang apartemen juga nda tapi villa juga nda. Jadi ada satu gedung (imarah) berisikan suqoq (rumah) githu. Satu imarah bisa terdiri 15-20 suqoq. Tapi nda ada harist nya. Trus yang terakhir villa. Villa ini adalah rumah. Rumahnya orang saudi itu dikenal dengan istilah villa. Dan biasanya sebagian merek kontrakan. Sama seperti kita ngontrak rumah kalau di indonesia. Villa nya orang Saudi ini beusaaaaaarrr bangeeet. Apalagi rumah jadul. Besaaar sangat laaah. Satu kamar tidur aja ukurannya bisa 5x7 meter (35 meter square). Ini satu kamar lhooo... Padahal di indonesia ada satu rumah yang ukurannya 36 meter square kan yaaa? Makin ke sini, villa nda segede itu lagi. Udah menyesuaikan kayaknya ukurannya sama rumah-rumah yang tersebar di seluruh penjuru dunia (emang ada standarnya gituh Fathel? :P). Yaaa, kamarnya ukuran 3x3,5 meter misalnya. Ukuran yang biasa kan kalo di indo mah.


Perbedaan villa dengan rumah di indonesia adalah karakteristik bangunannya. Kalau di indonesia, 1 rumah itu yaa 1 unit aja. Jika bertingkat 2, maka rumahnya umumnya terintegrasi dengan ruang di lantai 1. Naah, kalo villa itu beda. Satu villaa, umumnya terdiri dari 3 lantai. Satu lantai dasar (ground floor), lantai 1, dan roof top (lantai 2). Masing-masingnya terpisah dan tidak terintegrasi antar lantainya kecuali memang rumah tersebut dirancang berlantai 2 untuk 1 hunian/unit. Tapi jarang2 siy. Mostly 1 lantai itu 1-2 unit rumah. Lantai atas/roof top biasanya memiliki sutuh (semacam halaman kecil yang memungkinkan anak untuk main seperti bersepeda, atau bisa buat barbeque an, bikin tenda dll. Intinya terbuka ke alam bebas deeh. Kelebihannya, anak punya arena bermain yang terbuka dan di segi harga biasanya lebih murah. Kekurangannya, di lantai 3, jadi lumayan capek naik tangga. Trus, kalau ada badai pasir, rempooong banget ngebersihinnya. Secara, di saudi sering banget badai pasir. Trus, jika musim panas, berasa panas bangeeet, dan musim dingin berasa dingin banget. Kalau sutuhnya bukan sutuh private, semakin rempong lagi deeh kalo punya tetangga yang kurang baik. Bisa aja mereka menumpuk barang di sutuh kita dan sutuh itu bakalan jadi gudang deh. Hiks... Sebagian villa yang rooftop ukurannya lebih kecil dari pada first floor dan GF karena space nya dijadikan sutuh.
Secara harga kalau kita tinggal di villa, biasanya ground floor paling mahal. Makin ke atas makin murah. Jadi, seperti yang aku bilang tadi, rooftop itu paling murah sewanya. Selisih harganya berkisar 1000-3000 SR.

Enaknya tinggal di apartemen yang furnished adalah kita nda perlu repot beli-beli household, furniture karena semuanya telah tersedia. Kita juga bayarnya perbulan jadi nda begitu berasa di banding kita mesti bayar pertahun. Tapi, kekurangannya adalah di segi harga akan lebih mahal. Karena, untuk apartemen furnished yang hanya memiliki 1 kamar, 1 dapur dan 1 ruang tamu, dan 1 kamar mandi, harganya sebanding dengan villa yang memiliki 2 2-3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 majlis (ruang keluarga) dan 1 ruang tamu, serta dapur. Jauh kaan bedanya? Cuma, repotnya kita mesti hunting barang sendiri dan bayarnya sekaligus kan yaa (bisa per 6 bulan atau pertahun). Jadi untuk tahap awal, kita bakalan jor-joran dan bakalan banyaaak pengeluarannya.


Kita masi betah di apartemen yang furnished karena ukurannya kan cukuplah buat keluarga kecil dengan satu anak. Terutamanya, nda repooott buat hunting-hunting barang lagi. Ngebayanginnya aja reepooott apalagi ngejalaninnya. Maklum, kita suka yang praktis ehehe.
Naah, berhubung Imore family in shaa Allah akan nambah lagi satu, akhirnya kita memutuskan untuk move on dan mulai meng-hunting villa.


Oh iyaa, nyewa rumah di sini nda kayak di indonesia. Kalo di indo, kita biasanya kan ketemu langsung sama pemilik trus deal deh kalo cocok. Kalau di sini, penyewaan rumah di serahkan ke maktab/kantor aqari gitu. Jadi, pemilik rumah menyerahkan sepenuhnya sama aqari untuk mengurus segala sesuatu terkait pengontrakan rumah. Kita (sebagai penyewa) hanya perlu datang ke aqari, sebutkan spesifikasi villa yang kita mau, lalu nanti orang aqari nya yang akan menunjukkan rumah tersebut kepada kita. Kita bayar sewanya juga ke aqarinya saja, bukan ke pemiliknya. Nanti urusan pemilik sama aqari lagi ajah...


In shaa Allah bersambung ke cerita berikutnya
Read More

Mabruuk Our Atlet ^^

Aku dan Suami memiliki hobby yang sangat berbeda. Hihi... :D
Aku suka segala sesuatu tentang fotografi dan design plus crafting. Sedangkan Abu Aafiya senangnya segala sesuatu tentang olahraga; terutama futsal dan badminton.
Aku suka jalan-jalan (di mall, wkwkwkwk :P) dan Abu Aafiya suka ngadem di rumah sahaja.
Tapi, kita sama-sama punya ketidaksukaan yang sama yaitu nonton (kecuali tontonan tertentu sahaja).

Alhamdulillaah, perbedaan hobby ini membuat kita lebih "kaya". Dulu, mana pernah aku tau nama-nama atlet badminton dan nama pemain sepak bola. Dulu, mana pernah kepikiran masuk ke toko olah raga. Sekarang, sedikit banyaknya jadi taulah nama-nama tokoh olah raga dan.... jadi suka main ke toko olah raga. Hihihi... Tujuannya nda jauh-jauh siy, nyari sepatu cewe yang okepunya ama ransel cakeeep (dan lagi diskon wkwkwkwkwk), di mana Abu Aafiya lebih senang melihat raket badminton dan sepatu
Perbedaan hobby ini membuat kita jadi saling menghargai dan juga saling support tentunya... ;)
Walau kadang juga manyuun siiy pas Abu Aafiya berangkat badminton... xixixixi... Apalagi kalo sampai 3x dalam seminggu...

Hobby itu, sepertinya mengandung zat endorphin yaa. Meski melelahkan tapi sangat menyenangkan. Maka nda heran ketika panas-panas terik (suhu 48 derjat celcius), di tengah siang bolong, teteeup aja Abu Aafiya main badminton nda pernah absen. Hihi.. Daaan pulangnya kayak abis mandi hujan. Iya sih, hujan keringat maksudnya. Hehe... But, I'm totally support, in shaa Allah... ;)

Panjang banget mukaddimahnya, hihi..
jadi ceritanya di bulan agustus (apa karena perayaan hut RI yak) ada turnamen badminton yang diadakan oleh orang-orang Indonesia di Riyadh, bertempat di SIR (sekolah indonesia riyadh). Abu Aafiya diundang ikutan turnamennya. Setelah beberapa kali bertanding, akhirnya sampailah suamiku tercinta di garis final daaan alhamdulillaah akhirnya berhasil membawa pulang sebuah tablet sebagai peringkat kedua... Hadiahnya disponsori oleh Indomie Saudi. Mabruuuk our Atlet. We really proud of you <3 <3 <3

Emak Aafiya tentunya nda ikutan ngasi support jadi cheersleader di lapangan. Hehehe...\
Jangan bayangkan kayak di Indonesia yaa. Hihi.. Di sini, wanita tidak boleh berada di tempat campur baur seperti narena olahraga badminton atau yang lainnya. Jadi, ga bakalan ketemu deeeh sama penonton wanita. Jika saja ketahuan sama muttawa (polisi syari'ah), bisa ditangkap tuuh. Minimal kenak tegur deeh. Heuu... Kecuali kalo pertandingan dilakukan di istiraha kali yaa...
hadiah juara 2 lomba badminton. Mabruuk Our atleet...

Tetap semangaat, Cintaaaah..
Love you more...
Read More

Tasreeh Cancellation

Ini adalah kelanjutan kisah dari yang sebelumnya. Postingan tentang berangkat hajj dari Saudi.
Sebagaimana yang sudah aku ceritakan sebelumnya, bahwasannya kita memang merencanakan untuk berangkat Hajj tahun ini. Segala persiapan telah dilakukan, perijinan/hajj permit dari kantor Abu Aafiya, persiapan di sisi financialnya, menghubungi ummahat yang menyediakan jasa penitipan anak dari jauh-jauh hari malah, biar nda di tag ama yang lain :D, minjem kursi roda jika sekiranya dibutuhkan, maupun perisapan lainnya (baca bukunnya yang masi kurang nih akuu hehe). Kita juga sudah mendaftar hajj via salah satu hamla Indonesia. Daaan, aku juga telah menyapih Aafiya untuk alasan ini karena berpisah kurang lebih 10 hari, dan mungkin akan berat untuk langsung tiba-tiba berhenti nenen bagi Aafiya jika tidak disapih, apalagi untuk pertama kalinya jauh dari ayah dan bundanya. Kita memang tidak berencana membawa Aafiya karena kurang memungkinkan untuk kami membawa anak dengan kondisi aku sedang (alhamdulillaah) hamil trimester ketiga anak kedua kami in shaa Allah...

lebih kurang begini penampakan status Hajj permit yang bisa langsung di download dan di print dari website kementrian dalam negeri. Nah, jika seperti ini, berarti kita sudah memiliki tasreeh dan bisa berhaji secara legal.

Tapi, qadarullaah, ternyata Abu Aafiya di detik-detik terakhir (bahkan ketika Hajj permit aku sudah keluar, yang itu artinya secara legal aku sudah berhak untuk berangkat haji tahun ini), kantor Abu Aafiya membatalkan ijin hajian dengan alasan yang berkaitan dengan perusahaan. Aku langsung galauu dongs. Terutama berkaitan dengan Hajj Permit. Sebab jika aku sudah memiliki Hajj Permit, artinya aku bakalan menjadi non-eligible untuk melaksanakan haji 5 tahun ke depan. Jika aku tidak berangkat haji (dengan status sudah memiliki hajj permit/tasreeh) tahun ini, maka pupuslah harapan untuk bisa berangkat haji tahun depan (dalam 5 tahun ke depan). Aku search2 ternyata nda banyak (bahkan nda ada artikel) yang bercerita tentang proses pembatalan ini. Ada satu web, tapi itu hajian tahun 2012 dan link nya sudah tidak aktif lagi.

Pilihannya, jika tasreeh tidak bisa dicancel adalah, aku harus berangkat sendiri. Dan itu kita masih nda ngerti persyaratannya seperti apa karena adanya mahrom adalah mandatory untuk pelaksanaan haji bagi wanita di sini. Selain itu, aku (seperti yang sudah dibilang di atas) dalam kondisi hamil trimester ke-3 (jalan 8 bulan) yang membuat aku sepertinya sulit untuk berangkat haji sendiri tanpa suami. Bisa mungkin dipaksakan, tapi terlalu hi-risk. Sebenarnya, in shaa Allah hamil besar (bukan dekat melahirkan) bukan halangan untuk berangkat haji. Toh, ada shahabiyah yang berangkat haji bahkan di usia kehamilan 9 bulan. Di tahun-tahun sebelumnya, banyak juga wanita yang berangkat haji dengan kondisi hamil tua. Nah, yang menjadi permasalahan adalah mahram.

capturan pelajaran dirasaat di sekolah daar adh dhikr bab Hajj tentang syarat wajib haji. Bagi seorang muslimah/wanita, syarat wajib haji adalah adanya mahram. Jadi, jika belum ada mahram, belum wajib haji. Menurut mazhab syafii diperbolehkan wanita safar untuk hajj tanpa mahram, tapi khusus untuk haji saja. allahu'alam. Correct me if i'm wrong.
Nah, begitulah kira-kira kondisinya. Akhirnya kita memilih langkah untuk men-cancel tasreeh yang ternyata tidak mudah. Prosesnya cukup lama. Emak Aafiya galauu tiga kali sehari ngecek web MOI, dan masih ada tasreehnyaa... heuheu... Harapannya, dengan di-cancel, semoga tahun depan (in shaa Allah jika masih ada umur dan kesempatan -aamiin yaa Allah-) kita bisa eligible untuk melaksanakan haji. Hadeuuh, kalau sampai 5 tahun lagi... Nda tau deeh apakah masih di Saudi apa nda.


Hari ini, alhamdulillaah pas nge-cek web MOI, tasreeh nya sudah ter-cancel. Alhamdulillah. Meskipun belum bisa hajj tahun ini, mudah-mudahan tahun depan tidak ada halangan lagi. Setidaknya nda harus menunggu 5 tahun lagi. Qadarullah. Mudah-mudahan ini yang terbaik dari Allah. Allah Maha Mengetahui segala kondisi hamba-Nya. Mungkin menurut-Nya, dengan kondisi aku sekarang, belum saatnya untuk berangkat menunaikan rukun islam ke-5.

Nah, bagi yang mengalami nasib tidak jadi berangkat haji tapi sudah mendaftar (khusus yang berangkat dari Saudi), aku mau share berdasarkan pengalaman kami ini. Jika sudah memperoleh hajj permit/tasreeh, kita harus benar-benar make sure sama agency nya bahwa kita ingin meng-cancel tasreeh dari sistem. Jangan hanya sekedar bilang batal berangkat trus minta kembaliin uang hajj nya :D. Karena, kita tidak hanya kehilangan kesempatan hajj 5 tahun ke depan, tapi tasreeh yang kita juga sangat rentan digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Oke, kita tsiqoh kepada hamlanya, tapi proses penerbitan tasreeh ini melibatkan banyak pihak selain hamla. Karena, membiarkan tasreeh kita begitu saja, bisa saja menempatkan kita pada posisi berbahaya, misal jika pada check point ternyata kebetulan orang yang megang tasreeh kita yang kena check. Kita bisa kena imbas yang besar kan yaa meskipun sebenarnya itu bukan salah kita... Ga tanggung-tangggung. Deportasi. Na'udzubillah... Jadi, kita mesti pastikan bahwa tasrih kita sudah tidak ada lagi di MOI.


Jika kita mendaftar haji secara mandiri, in shaa Allah proses pembatalannya lebih mudah. Tidak rumit. Tapi, jika via hamla, maka rangkaiannya akan panjaang. we have to make sure the cancellation already done. Nda apa nyinyir and bawel dikit ngingetin hamlanya. Xixixixi...

Read More