Menggerus Rasa dan Penjagaan Hati

My little princess at Dr Sulaiman Al Habib Hospital
Sudah lama ga apdet blog nih yaaa... Antara ndak sempat atau males kayaknya 😁. Banyakan cuma tersimpan di draft dan belum terselesaikan sama sekali... Tapi yasudahlah... just write when you wanna write... don't force your self... Kekekeke... alibi,excuse, atau pembenaran nih? Secara aku kan nulisnya mood depending banget kan yaa...

Ini judulnya serius amat kedengarannya (apa kelihatan) yaak?? Coba tebak isinya gemana kira-kira kalo judulnya begini? Heuheu... Ini nulis apa main tebak-tebakan coba? 😜


Sebenarnya sudah lamaa banget pengen nulis ini. Tapiii, maju mundur cantik ajah tuuh.... Sudah sempat ditulis beberapa paragraf, ehh ga taunya tak tersimpan di draft... Abis itu udah malees ajah deh nulisnya lagii... Tapii sekarang mumpung lagi ada hati buat menuliskannya lagi... Cuuss deh dituliiss... (baca: diketik!).


Hmm... (tarik nafas panjang) dan mulai bercerita...
Terkadang, ada perasaan ingin membagikan hal-hal terkait perkembangan anak di medsos layaknya emak-emak lainnya. Ada fotonya yang lagi lucu dan cute bangeeet, ada videonya yang lagi gemesiiin bangeet... Ya, ada! Ada keinginan itu... Minimal buat koleksi pribadi (yang entar diingetin lagi ama si efbe "ini looh kenangan kamu skian tahun yg lalu" 😂😁)
Seperti kebanyakan emak-emak lainnya, yang isi timeline nya melulu di dominasi oleh putra putrinya, little prince and princess nya... Aku pun kadang begituu...


Alhamdulillaah selalu ada semacam rem untuk akhirnya tidak melewati 'trafficlight' itu... Terutama support dari suami. Apalagi aku dengan karakter cukup extrovert ini, kadang remnya kurang pakem... kekeke...
Aku tidak mengatakan itu larangan untuk semua orang loh yaaa... Ini khusus rules di kami saja... Setiap orang berhak melakukan apapun selagi itu masi dalam koridor syar'i dan berhukum mubah. Dan lagi, setiap orang juga punya alasan untuk melakukannya, misal berbagi inspirasi. Jadi, adakah hakku untuk mengeneralisir ini untuk semua orang?


Hanya saja, aku ingin memberikan sedikit alasan mengapa aku tidak ikutan tren membagikan foto wajah ceria anak, kehebatan anak, milestone anak dan segala sesuatu terkait anak (yang mana tau alasanku itu cocok dan sesuai dengan kamu--yang lagi baca ini-- dan mana tau ini bermanfaat bagi sebagian orang). Dulu aku sempat menuliskan juga alasan kenapa aku tidak ingin memposting foto anak dengan wajah yang terlihat jelas di media sosial (even juga di blog yang pengunjung yang tidak banyak dan juga tidak lalu lalang alias sliweran di timeline yang tak sengaja bisa dilihat tanpa harus ngetik url dulu atau menyengajakan diri berkunjung). Jikapun ada, maka itu pastilah tampak samping atau tampak belakang sahaja.


Alasan pertama, 'ain itu nyata adanya. Ini sudah aku jelaskan panjang lebar di postingan dulunya (baca di tulisan Bolehkan Memajang Foto Bayi di Jejaring Maya; ga bisa copy link karena nge blog pakek aplikasi blogger yang ga aksesible untuk ngelink tulisan, jadi cuus di sini ajaah http://fathelvi.blogspot.com/2015/06/bolehkah-memajang-foto-bayi-di-jejaring.html?m=1)

Setiap anak itu istimewa. Bagi setiap orang tua, anaknya pasti adalah anak yang istimewa. Setiap orang tua, pasti akan merasa bahwa anaknya adalah yang terbaik dan pasti ingin membanggakannya. Sebagaimana kita orang dewasa, anak-anak juga adalah manusia yang memiliki kelebihan di satu sisi dan juga punya kekurangan di sisi yang lain. Jadi, jika setiap anak istimewa dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, aku merasa memposting kelebihan anak, kelucuan anak dan kecantikan/kecakepan wajahnya, kepintarannya, terkadang (kendati pun kita sudah berusaha memperbaiki niat) ada terselip ingin eksistensi dan berbangga diri. "Ini loh, anakku usianya baru segini, tapi sudah bisa begini...", "ini loh anakku, gantengnyaaa...", "ihh anakku... emesshh bangeeet deeeh.. lucuuu pisaaaan....", "shalihnya putraku, udah bisa baca do'a, sudah bisa hafal bacaan sholat...", "waah cantiknya putri kecilku yang selalu pakai jilbab ke mana-mana". Bukan masalah jika niatan awalnya adalah untuk berbagi inspirasi dalam mendidik anak misalnya. Tapi.... kadang, susah mendeterminasinya antara berbagi inspirasi ataukah berbangga diri. Semoga kita bisa selalu meluruskan niat yaaa... 😊😚


Alasan selanjutnya, adalah mengenai rasa dan penjagaan hati. Meskipun setiap anak istimewa dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, terkadang ada rasa syukur yang tergerus ketika melihat kelebihan anak yang kita posting ternyata ada anak orang tua lainnya yang belum memiliki kelebihan itu. Semisal, anak yang kita posting video lucunya yang lagi ngoceh sana sini, tapi ternyata ada anak lain seusianya yang belum lancar bicaranya bahkan terlambat bicaranya. Sehingga, bisa jadi kita menjadi tersebab tergerus dan terkikisnya rasa syukur orang tersebut atas anaknya yang dikaruniakan Allah kepadanya... Atau bahkan ada orang yang bertahun-tahun menunggu hadirnya anak, lalu kemudian postingan itu membuat tergerusnya rasa sabar atas penantian panjang yang kemudian berujung gugatan "kenapa Allah belum memberi kesempatan untuk kami memiliki anak?". Na'udzubillaah...
Ya, ada hati yang harus dijaga.
Oleh sebab iman itu yazid wa yankus dan kondisi hati saat melihat itu berbeda-beda, maka penerimaan hati setiap orang yang melihat postingan itu pun berbeda-beda... Boleh jadi, dari ratusan orang yang membaca atau melihat postingan kita, ada satu atau dua hati yang tersayat, ada syukur yang tergerus, ada sabar yang terkikis yang kita tidak tau itu siapa. Boleh jadi, bagi sebagian besar orang, apa yang kita posting adalah hal biasa, tapi ada satu dua orang yang merindukan hal yang sama tapi ia belum memilikinya atau hatinya sedang tidak siap menerima postingan kita dan kemudian menjadi murunglah ia tersebab kita.

Ya, ada hati yang harus dijaga.
Meski sosial media itu milik kita, akun kita sendiri, dan kita bisa saja berdalih "kalau ga kuat nahan hati, ga usah medsos an", tapiii alangkah lebih baiknya jika kita juga sedikit bijak dalam mengekspos sesuatu. Karena kita tidak tau bagaimana kondisi hati setiap orang. Jika dalam kondisi musibah atau kesedihan, tidak berlebihan curhat ke medsos dan galau-galauan (boleh ajah sih mengeskpresikan rasaa sewajarnya di medsos karena sebagian orang mungkin merasa itu kanal dari segenap rasaa asal jangan tiap menit update status galau dan mellow 😂). Pun jika dalam kondisi mendapat kebahagiaan, tidak terlalu berlebihan mengekspresikannya. Sebab--sekali lagi--ada hati yang harus dijaga.


Alasan terakhir (khususnya untuk tulisanku kali ini, karena sebenarnya banyak alasan lain yang tidak tertuliskan di sini) jika kita memiliki anak yang hebat, yang baik yang membanggakan, itu bukanlah semata karena kitalah sebagai orang tua yang pintar dalam mendidik anak. Itu adalah karunia dari Allah. Allah-lah yang mengilhamkan ilmu pada anak-anak kita. Allah-lah yang mengkaruniakan wajah yang bagus dipandang pada anak kita. Allah-lah yang memberikan segalanya hingga hadir anak-anak yang menyejukkan hati kita. Bisa jadi, bukan karena kita hebat menjadi orang tua, tapi tersebab do'a dari orang tua kita, do'a dari saudara kita, do'a dari teman-teman kita dan orang terdekat kita yang kita tidak pernah tau mereka mendo'akan kita dan anak-anak kita. Tanpa sedikitpun mengecilkan dan mengenyampingkan pentingnya kita belajar untuk menjadi orang tua yang baik dan mendidik anak dengan sebaik-baik pendidikan, tetap saja anak hebat itu bukanlah sepenuhnya andil kita. Ini adalah agar kita tidak berbesar diri telah menjadi orang tua hebat... 😊.



Disclaimer:
Ini semua ditujukan buat aku pribadi terutama (apalagi aku yang extrovert dan ekspresif iniih hihihi). Tolong ingatkan yaa jika suatu saat kamu menemukan aku lagi dalam kondisi tidak sesuai dengan apa yang aku tulisin di atas... 😘😄


Semoga Allah senantiasa memberkahi langkah kita... Mengilhamkan kita ilmu dalam mendidik anak-anak kita... Memberi penjagaan untuk mereka... dan menjadikan mereka generasi yang imannya tangguh di setiap peradaban yang mereka lalui kelak...
Read More