Menuju Kenyataan...

Untuk sesuatu yang tak pernah dikehendaki kehadirannya, meskipun begitu mudah untuk mengucapkannya, ternyata menerima kenyataan teramat sulit. Sulit. Tapi beginilah hidup. Memang tak selalu mau kita kemudian menjadi nyata adanya. Dan tak semua hal yang begitu kita hindari, kemudian tak pernah menghampiri kita. Selalu saja, hanya sebagian ingin-ingin kita saja yang menjadi wujud nyatanya, dan hanya sebagian saja dari hal-hal yang coba kita hindari yang tak menjadi nyatanya. Sekali lagi, sebab hidup ini tak selalu seperti ingin-ingin kita belaka.

Menerima kenyatan yang tak menyenangkan ternyata tak selalu mudah. Oleh karenanya, banyak orang (mungkin termasuk aku) yang pengecut untuk menuju kenyataan itu. Pengecut untuk berhadapan dengan sesuatu yang terjadinya adalah suatu kemestian.

Sesuatu yang sangat kutakuti kehadirannya dalam kehidupan, mungkin saja hampir menunjukkan wujudnya. Tapi, aku takut untuk menyingkap itu semua, meski aku tahu, sebentar lagi mungkin ia akan menjadi nyata. Nyata di hadapanku. Ya, mungkin aku yang terlalu takut untuk menghadapi kenyataan, jika itu memang terjadi. Sering kali aku membayangkan hal-hal yang tak pernah kuinginkan terjadi itu kemudian menjadi sebuah realita.. Sedih. Dan sungguh menyedihkan...

Tapi, aku harus kembali kepada sebuah penyadaran, bahwa ujian-Nya pastilah selalu setara dengan kemampuanku. Karena aku sangguplah,.. yaa, karena aku sangguplah. Tak mungkin Dia memberikan ujian melebih kemampuanku... Karena ketetapan-Nya adalah yang TERBAIK, meski terbaik itu tak selalu atas ingin diri kita saja, maka menjalaninya dengan cara TERBAIK adalah pilihan TERBAIK. Ya, sebab setelah hujan yang deras dan langit yang terang, akan ada pelangi yang indah. Tak ada pelangi melainkan sebelumnya dirundungi mendung.

Mari bersemangat, wahai diriku!
Ketahuilah, bahwa Dia punya cara terbaik bagi setiap hamba-Nya. Dan ketetapan-Nya adalah sebaik-baik ketetapan....
Semangaaaaaaaaaaaaatttt!
Read More

Tak Seperti Kemestian itu

Mengapa yah, setiap kali melihat mereka, tak lagi dapat kubendung tetesan air dari sang mata ini.
Ya memang. Aku memang sudah tertinggal jauh. Sangat jauh. Dari mereka.
Terkadang, ini melecut semangatku.... Tapi terkadang, ini juga sekaligus melemahkanku...

Semestinya, aku sudah sepenuhnya tegar dari segenap nestapa itu. Seharusnya!
Tapi, nyatanya... aku tak seperti kemestian itu...

Hanya ada dua pilihan, sepenuhnya meninggalkan segenap kisah itu, atau berusaha tegar menyongsong nyata! Tapi, aku tak setegar itu, ternyata.... Belum sepenuhnya. Mungkin esok. Entahlah...
Read More

Remukkan Yaa....

Sudah lama kiranya aku tidak nge-blog lagi. Heuu... Bukan karena kehendak hati, tapi karena keadaan lah yang memaksaa.. Hihi... (Ko jadi grogi begini yaahhh? Kaku bangettt bahasanyaa... Hehe, maklumm, udah lama nda nulis...) *alesan!

Cerita apah yaah? Cerita ttg botol air mineral ajah deh. Hehe. Suatu ketika, aku ikutan sit in kuliah Radioisotop di Serpong. Awalnya, aku sebenernya hanya pengin tau ajah, kaya gimana sih kemenristek n LIPI itu. Haha, kampungan banget yah?! Iya, itu alasan utamanya. Dan alasan keduanya, pengin belajar ajah siih. Haha. *yang beneerrrr Fatheeeell???
Aku pikir awalnya, hanya sekedar nambah-nambah ilmu ajah tuh belajar di sana, yang mungkin nda ada kaitannya dengan farmasi klinis. Ehh, ternyata sit in waktu itu malah memberikan manfaat luar biasa ketika PKL di Dharmais. Setidaknya aye lebih nyambung ajah ama materi tentang Radioterapi atau radiodiagnostik untuk keperluan klinis. Nah, sit in nya jadi bermanfaat kan yah? Heuu....

Cerita tentang radiodiasnogtik dan radioterapi sebenernya nda ada kaitannya dengan botol mineral yang mau aku ceritakan tadi dih. HEhehe... Jadi ngelantur begituuuhhh. Haha. Jadi, sepulang dari Serpong itu, kita kejar-kejaran tuuuh, ngejar KRL ke Tanah Abang. Takut ditinggal si kereta. Jadi kita lari-lari deh pas di stasiun Serpong. Ternyata eh ternyataa, keretanya belom berangkaatt. Alhmadulillaah. Jadi, masih ada waktu buat beli sepotong kue dan air mineral. Maklum, perjalanan Serpong-Depok kan memakan waktu buangeeettt. Jadi kita nda sempet maksi dengan tenang. hehe... Nah, pas diicip, ternyata air mineralnya berasa ANEH! Nda kaya air mineral biasanya. Oo oww... Setelah diteliti-teliti dan diamati dengan seksama, ternyataa sepertinya itu air mineral palsu! Rasanya aneh pisaaann. Masya Allah...

Kronologisnya mungkin begini : Pertama, seseorang membeli air mineral botol di suatu toko. Kemudian, setelah selesai menghabiskan minumannya, botol di buang ke tong sampah begitu saja. Lalu, oleh pemulung, dipungutlah itu botol, dan oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab, botol itu diambil, lalu diisi lagi, dikemas lagi, biar kaya aslinya. Lalu dijual lagi. Maka, sampailah kepada kami botol berisi air mineral palsu itu.

Maka, jangan lupaa yaahh Sahabat Blog sekalian, jika setelah menyelesaikan hajat untuk meminum sebotol air mineral, jangan lupa REMUKKAN si botol itu, agar tak dimanfaatkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Siiipp??!! Jangan lupa yaahh....

Seperti ini niiiih :

Remukkan yaaa. Sampai kaya gini....hehehe

Read More

Sesulit Apapun Itu....

Jum'at pagi, aku berangkat ke RSKD telaatt. Masya Allah.... Alamat akan menempuh perjalanan yang amat sangat menyusahkan... Biasanya aku berangkat selambat-lambatnya jam 5.30. Tapi, pagi itu aku baru berangkat jam 6.30. Terlambat satu jam, alamat akan berjumpa buanyaaaaakk sekali hal-hal yang tidak menyenangkan semisal macettttt dan berdesak-desakan di kereta maupun busway. Dan benar saja. Kereta tujuan Jakarta Kota sudah terisi penuuuuhhh. Padahal Commuter keberangkatan st. Bojong Gede, bukan st. Bogor. Bisa masuk ke kereta saja sudah alhamdulillaah bangeeet. *Jangan bayangkan bisa duduk di kereta yaahh. Wong menggaruk idung yang gatel ajah kaga bisa saking penuh sesaknyaaa itu keretaaaa. Sudahlaahh, nasiiiib telaaat. Salah sendirrii.. Kalo aku berangkat dengan kereta jam 5.30 (dengan catatan harus dari kosan jam 5.10 karena kosan-stasiun pocin itu ditempuh selama 20 menit), mungkin aku masih bisa menggaruk idung yang gatel...hihi... Walau memang tak mugkin bisa dapet duduk. Setidaknya masih bisa melantai di kereta. Hiihi..

Hwaaaa..rasanya megap-megap sekalii aku untuk bisa bernapas di kereta yang sudah penuh sesaak ituu... Syukurlah, ke stasiun Cawang hanya melewatkan 9 stasiun. Sembilan stasiun dengan berdesak-desakan. Kalo lagi kondisinya fit, sih aku oke-okeh ajaahh. *Risiko tinggal di daerah urban yang padat penduduk. Heuu.... Tapiii, kalo lagi sakit beginiii, perjalanan itu hampir saja membuat aku pingsan! Apalagi aku sendirian. Temen-temenku sudah pada berangkat duluan. Sudah tremor aku. Mana nda sempet sarapan lagi. Huhu...

Fiuuufftt... Stasiun Cawang terlewati. Saatnya menuju Shelter Busway Cikoko-St Cawang. Howalaaaa, antrian di shelter busway sudah penuh sangaaatt. Hwaahh, andai aku sanggup bayar ojek, sudah ngojek akuuuhh dari Cawang. Tapi, kalo ngojek mungkin mahal bangeeett. Jauuhh soalnya. Macett pulaa. Seratus ribu juga belum tentu tukang ojeknya bersedia. Duit di saku cuma 12 ribu. Naseeeeeebbb.... Mana ATM juga kaga ada di sana...

Busway pertama lewaatt. Tapii aku nda dapet, soalnya sudah antri puanjaaang lebuaaarrr. Aku baru bisa naik di busway yang ke-tiga. Dan, lagi-lagiii, empet-empetan luar biasaaa. Huuppp! Akhirnya bisa berdiri di area Perempuan, di depan salah seorang wanita tak berjilbab yang sepertinya karyawan suatu perusahaan. Hemm...yang penting bisa berdiri dengan tenaang. Hehe. Walaupun tulang-belulang sudah remuk rasanyaaa... Ingin rontok rasanya. Tapii, hayooo Fatheellll, bertahaaann... tetap semangaaatt... *Hanya berusaha menyemangati diri...
Shelter Tebet-BKPM terlewati. Perempuan di depanku berbisik ke temen sebelahnya lalu berkemas-kemas, sepertinya hendak turun. Smoga kau turuuuun, wahai wanitaaa... Aku berdo'a dalam hati. Dan benar saja, di shelter Pancoran Barat, wanita itu turun. Alhamdulillaahh.... Horraaaayyy... Dalam sekejap, aku sudah menggantikan posisi si wanita itu... Alhamdulillaahh.... Setidaknya, aku bisa melewati 12 shelter busway lagi hingga shelter Slipi Jaya-Harapan Kita dengan tenaaang dan tidur! Bahkan melupakan kemacetan yang akan menemani, setidaknya di beberapa titik seperti Kuningan, Senayan, dan titik-titik kemacetan lainnya yang sudah langganan. Hehe... Yaaa, setiap kesulitan PASTI ADA KEMUDAHAN! Aku selalu percaya ituu...

Sore. Seperti hari-hari biasanya. Sejujurnya, stiap akan menempuh perjalanan pergi maupun pulang, selalu aku dihadapkan pada kondisi yang stress... Stress menghadapi jalanan yang maceett... Perjalanan yang ditempuh itu bikin stress... Tapi, mau tak mau, harus dijalani. Pernah suatu ketika aku nunggu bus 81 pas mau pulangnya. Tapi tak dinyana, busnya tak datang-datang. Yang P54 malah udah 3x lewaatt. Aku nda sanggup ajah naik bus non-AC soalnya akan berjumpa kemacetan, dan aku nda sanggup 2 jam lamanya bersama polusi jalanan. Klo bus 81 kan AC, jadi setidaknya 2 jam tak bikin gerah. hehe. Kalo lagi sehat sih OK-OK ajah yaaa. Tapi karna lagi sakit, aku nda sangguuuuppp. Sungguuuhh... Sejak itu, aku ogaaahhh nunggu BUS. Mending naik busway dan kereta ajahh. Heuu....

Pas Sorenya, lebih dahsyat lagi. Jalur buswaynya sudah diambil ama kendaraan pribadi. Merayaaappp bangeeett.. Sepertinya jalan kaki lebih cepet. Hehe... Dan antriaan di shelter busway Semanggi sudaah panjaaaaaaaaaaaaaaaaaanggggg sangaaaaatttt... Ingin menangis rasanyaaa... Apalagi, di hari itu hanya 5 suap nasi yang masuk ke perut. Nausea Vomiting. Ingin pingsan saja aku, dan berharap tiba-tiba udah sampai di kosan ketika siuman. Heuu... Tapi, HARUS BERTAHAAAANNNNN FATHEEEEEEEEEEEEELLLL. Stelah cukup lama menunggu, buswaynya dateng jugaaa. Ikut kejebak macet si buswaynya. Dan Huuuppp, aku pilih posisi berdiri di depan, di deket pak supir buswaynya... Lagi-lagi, mana mungkin bisa duduk, wong buswaynya udah padatttt begituuu... Ketika mau nyampe Slipi Petamburan Si Bapak Supirnya ngegeser ranselnya. "Neng, duduk ajah." Kata Pak Supirnyaaa. MAsya Allah. "Trima kasiiihhh Paaaak." Aku nda bisa menyembunyikan tampang bahagiaaa. Nda sangguuppp harus berdiri sebegitu jauuuhnyaaaa... Dua shelter saja sudah menghabiskan waktu hampir setengah jam. Sementara untuk mencapai Cawang ada 14 shelter busway! Masya Allah....

Walaupun hanya bisa melantai, tapi alhamdulillah bisa duduk. Ini sudah jauh lebih baiiikkk dari pada harus berdiri satu jam lebiiihh.... Siippp.. Aku selalu percaya, SETIAP KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAAN...

Nyampe Cawang, kita segera maghrib... Dan selesai maghrib, menunggu kereta tujuan Depok. Beberapa saat menunggu, dari pengeras suara terdengar pengumuman akan segera masuk Commuterline tujuan Depok. "Alhamdulillaah, tujuan Depok, bukan Bogor!" Yaa, karena kalo kereta Bogor, bisa dipastikan aku takkan bisa masuk itu kereta saking udah overload nya. Syukurlah kereta nya masih nda penuh banget. Walaupun nda penuh versi aku itu adalah hampir dua pertiga kereta itu sudah diisi oleh orang yang berdiri. hee... Masih luayan padat juga sih itu kereta. Aku berdiri di depan seorang ibu-ibu karena aku pilih gerbong wanita. Naahh, pas sebelum stasiun Duren Kalibata, si ibunya turun. Dan alhamdulillaah, akhirnya bisa duduk menggantikan posisi si ibu itu. Alhamdulillaahh... SETIAP KESULITAN PASTI ADA KEMUDAHAN. Sebelumnya aku sudah membayangkan perjalanan yang begitu beraatt, ternyataaa.... ADA KEMUDAHAAAAN di setiap kesulitan yang kita jumpai...

Apapun lini kehidupan kita, sesulit apapun itu, PASTI KITA JUMPAI KEMUDAHAn yang membersamainya. Jadi, tetaplah optimis, sesulit apapun jalan yang sedang kita tempuh saat ini.Sebab, kita PASTI akan selalu menjumpai kemudahan. Karena Allah sudah janjikan itu pada kita. Dan adakah yang lebih menepati janji selain dari Allah? Semakin sulit, maka semakin tangguhlah diri kita... Karena SELALU AKAN ADA KEMUDAHAN....
Read More

Just Wanna Share

Sudah lama sekali rasanya aku tidak menulis. Wa bil khusus, nulis di Blog. Ini sudah pertengahan Juli. Dan ini baru postingan yang perdana... Ckckck... Dahsyat...

Ada dua alasan utama kenapa tidak ngeblog. Pertama, bolak-balik Depok-Slipi (yang jika disertai macet bisa menghabiskan wakt bolak-balik 4 jam/hari) dan kegiatan PKL yang cukup menguras pikiran, tenaga, uang dan emosi, hehe. Dan alasan yang kedua, kondisi tubuh yang tiba-tiba nge-drop banget karena kecapean. Dua kali cek lab, pertama dugaannya tifoid atau DBD, lalu dugaan terakhir adalah hepatitis. Tapi tak satu pun dari diagnosa dokternya yang tepat sasaran.
Kelelahan.  Dan nge-drop sampai Leukosit jadi turun drastis.  *mungkin perlu terapi Leukokine barangkali? Hahaha... *becanda... Just need bedrest sebenarnya. Tapi mana mungkin bedrest, perjalanan Depok-Slipi dan Kegiatan di rumah sakit mana pernah santai. Mana kasus yang dipelajari juga dahsyat. Bahkan Rekam Mediknya untuk satu pasien sampai 5 dokumen dengan ketebalan masing-masing adalah setebel kamus Hasan Sadiliy. (ko parameternya kamus hasan sadily yah? Hehe..). Ditambah lagi tulisan yang ada di dalamnya sangat tidak bersahabat untuk dibaca. Lengkap sudah! Bahkan sebenarnya hari Minggu pun ndak libur buat kami. Tapi, karena aku nge-drop, akhirnya aku harus terkapar di atas tempat tidur sampai hari seninnya. Masya Allah...

Kapankah terakhir kalinya aku ke dokter? Bahkan aku tak ingat lagi, kapan terakhir kali aku ke dokter. Sepertinya tahun 2008. Iya, sepertinya. Atau 2009 awal? Ahh, aku lupaa. Kalo ke rumah sakit sih sudah sering, ketemu dokter sih sudah sering banget. Tapi, aku sebagai pasiennya memang sudah sangat lamaaaaa. Sampailah pada hari di mana aku bener-bener tepar.
Berasa sekali nikmat kesehatan itu begitu berharga. Apalagi di saat-saat di Rumah Sakit. Perlu stamina yang fit. Dengan kondisi yang sehat saja, belum tentu bisa menjalankan kegiatan di Rumah Sakit dan perjalanan yang menguras energi begitu dengan baik. Apalagi di saat sakit. Jadi sangat wajarlah pada akhirnya aku nda pulih-pulih, karena terus tervorsir begitu...

Tapi, sesungguhnya banyaaaaaaaaaaaaak sekali reminders nya di Rumah Sakit. Apalagi di Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional di mana semua pasiennya adalah Kanker dengan berbagai Jenis. Masya Allah... Sangat berharga sekali nikmat sehat itu... Sekali terdiagnosa kanker, maka akan menguras sekian banyak energi, uang, emosi dan segalanya. Sekali kemoterapi, menghabiskan lebih kurang 13 juta. Belum lagi rawat inap, cek lab yang tidak murah. dan Medical cek Up lainnya. Apalagi sudah melibatkan peralatan canggih. Otomatis saja juga menuntut bayaran lebih. Kalo kemoterapinya menggunakan obat tertarget, satu obat saja harganya 18 juta. Kadang harus menggunakan 3 jenis obat. Kemoterapi, pasti harus dikombinasi, pada umumnya. Dengan 2 atau 3 regimen obat. Satu paket kemoterapi, bisa sampai 6 siklus. Silahkan kalikan saja 13 juta dengan 6 atau 8 kali. Belum lagi, biaya ini itu. Biaya keluarga yg nungguin di rumah sakit? Waahh... lengkap. Penangana after effect nya?? Hwaaa....

Sedih sekali rasanya mendapati pasien-pasien itu, yang mereka sudah kehilangan harapan hidup. Salah satu pasien yang aku pelajari riwayat pengobatannya, baru berumur 36 tahun, tapi masya Allah, kanker telah menguras habis seluruh hidup dan tubuhnya. Pasien itu sudah kelihatan berumur 70 tahun. Kurus bangeet. Dan ternyata kancer nya sudah bermetastase ke tulang, ke otak. Kanker yang progresif. Kata dokter yang menangani pasiennya, si pasien tersebut sudah tak lagi bisa di-kuratif. Hanya terapi paliatif saja. "Kita hanya berusaha bagaimana kualitas hidup pasien meningkat dan pasien meninggal dengan tenang, bukan dengan kesakitan." begitu kata dokter. Masya Allah... sedihnyaa...

Dari segi kefarmasian sih aku seneng banget di sini. Farmasis klinisnya bagusss bangeeettt... Dan di sini, profesinya saling terintegrasi. Aku suka ini. Dokter bedah onkologi tidak memberikan kemoterapi, tidak seperti di rumah sakit lainnya. Obat-obat kemoterapi hanya diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsulen hematologi onkologi. Jadi, kualitas hidup pasien benar-benar dijamin. Obatnya, memang diurusin semua oleh farmasis. Farmasis berhak memberikan rekomendasi dan menganalisa pengobatan pasien. Pokonya aku teh suka bangeeettt sama sistem yang terintegrasi begini. Dokter, apoteker, perawatnya memang the best choice semua. Pinter-pinter. Dan bagus-bagus. Jika tidak dalam kondisi sakit, ingin sekali rasanya aku wara-wiri ke sana ke mari di RSKD ini. Hehe... Yang lebih menarik lagi, di ruang rawat anak. Waahhh, kaya TK ajah. Di dindingnya penuh gambar-gambar. Penuh boneka. Peunh mainan. Pokonya rumah sakit dibikin senyaman mungkin sehingga anak tidak merasa seperti di rumah sakit. Kemoterapinya dibikin kaya pesawat2an sehingga ketika dikemo anak ngerasa sedang main-main...

Banyak hal yang sebenarnya ingin aku ceritakan lagi. Hehe... Tapi, aku belum sepenuhnya pulih. Nulisnya juga acakadut banget. Hehe.. Nda rapih aku nulisnya kali ini kan yah?
Satu hal yang paling penting yang pengin aku sampaikan (untukku terutama), bahwa betapa berharganya nikmat sehat ituu... MAka, JANGAN PERNAH SIAKAN. Karena semahal-mahalnya sehat, sakit itu jauh lebih mahal harga yang harus kita keluarkan. Semoga Allah segera menyembuhkan... Aamiin....
Read More