One of Best Moment: M.A.K.A.N

Salah satu momen terbaik yang selalu kami (abu Aafiya dan Ummu Aafiya) tunggu-tunggu adalah... momen makan. Senang sekali jika waktu makan Aafiya dan kami selalu sangat excited setiap kali menemani Aafiya makan.

Dulu semasa belum punya bayi, ada salah seorang teman memposting prosesi pembuatan MPASI yang serba homemade. Aku kala itu ga kebayang aja bikin MPASI sendiri. Euhhh rempoong beneeeerr... Yang kebayang di benak adalah... hihihi... bubur instan! Emaknya pengen cari enaak. Xixixxii..
Tapi... alhamdulillaah... setelah dijalani, bikin MPASI homemade ternyata tidak sesusah yang dibayangkan! Steam, blend daaaan siaaap disajikan. Malah--alhamdulillaah--bikin MPASI homemade justru menyenangkan. Apalagi ditambah dengan bumbu cinta. Bikin MPASI homemade juga penuh curious. Seru aja rasanya mencampur-campurkan sesuatu menjadi semangkuk bubur bayi. Bubur beras plus wortel. Atau combine dengan brocoli. Kentang combine brocoli. Butternut squash combine kaldu. Red pumkin. Dan berbagai variasi lainnya. Seru aja mengcombine sesuatu yang mungkin tidak dijumpai di menu meja makan. Daaaan.... salah satu hal yang bikin berbinar lainnya adalah... Membayangkan anak kita makan dengan lahap. Dan itu rasanya capek bikin MPASI homemade sudah terbayarkan dengan lunas, dan bahkan berlaba! :D
Bahagianya nda bisa ditara dan dikonversi dengan mata uang manapun. Alhamdulillaah...
Jadiii buat para bunda yang lagi MPASI bayinya, jangan menyeraaahhh dengan bubur instan yak. Percayalah, bikin MPASI itu sesuatu yang sangat menyenangkan. :)
Susah?
Enggak... in syaa Allah... apalagi ada the power of love.
Momen bikin bubur bayi ini... tidak akan berlangsung selamanya. Paling cuma sekitar 6 bulan. Umur 1 tahun, bayi in syaa Allah sudah mulai ikut makanan keluarga. Jadii, momen yang sebentar ini akan sangat sayang jika tidak dimaksimalkan oleh karena kemalasan emaknya hehe.
Hayoooo semangaaattt bunda!

Momen MPASI apakah bakalan susah? Momen ini katanya sih gampang-gampang susah. Iyaap.. kadang terasa gampang, kadang terasa susah. Tapi yang jelas... dua kuncinya: TIDAK MENERAH apatah lagi PUTUS ASA, dan TIDAK pula MEMAKSA. Let's it flow. Biarkan si bayi menikmati momen makannya... :)

San satu hal terpenting lainnya, kepandaian si bayi dalam hal apapun (baik milestone perkembangannya) maupun kepandaiannya dalam hal makan bukanlah oleh sebab emaknya yang pintar mengajari... tapi itu semata adalah ANUGRAH dari ALLAH. Allah lah yang menyusupkan ilmu ke dalam jiwa akal dan fikiran anak kita. Jadi... jangan terlalu berbangga jika anak lebih cepat pintar dibanding teman-teman seusianya. Sebaliknya, jangan pula bersedih jika anak terlihat agak tertinggal. Setiap anak berbeda. Jangan pernah disamakan. Dan Allah lah yang mengilhamkan ilmu kepada anak kita. Bukan kita. Sungguh bukan karena kita super mom. 

Semoga Allah berikan ilham yang terbaik untuk anak-anak kita... dan dijaga-Nya di dalam jalan kebenaran. Aamiin yaa Rabb...
Read More

Orang Padang Kebarat-baratan?

Suatu ketika sambil jalan dari Kantin menuju fakultas, salah seorang teman bertanya,
"Fathel, arti nama kamu apa?" Kujelaskanlah panjang lebar.
Pernyataan berikutnya,
"Maaf yaa Fathel, katanya orang Padang (baca: sumatera barat) suka ngasih nama anak kebarat-baratan gituh. Katanya sihhh, biar nda dikata kampungan."
Deuuhh ini temen to the point bgt yak :D

Perlahan dalam hati, aku mulai me-list nama teman-teman, senior, maupun adik kelas. Ahh iya juga yaa?? Apa namaku juga kebarat2an? Tapi kan bahasa arab asal katanya *alibi*.

Yaaa bisa dimaklumi lah yaa... namanya juga sumatera barat. Wajar dongs kebarat-baratan... emang di barat kaaan? *ngebelain dong*
Tapi jika tidak "disadarkan" oleh si temanku... aku pun sebenernya nda nyadar juga sih yaa.. hehehe...

Sebenernya bukan orang sumatera barat ajah kalii. Siapa saja bisa kasi nama anak dengan nomenklatur kebarat2an. Itu kebetulan yang dijumpai memang orang sumbar kalii yaaah. Hehehe... *nyari alasan lagi*

Apapun nama yang diberikan kepada anak (terkecuali nama yang terlarang dalam hadits Rasulullaah yang shahih)... kuncinya tetaplah semestinya memberikan nama yang baik pada anak.
Ya keyword nya : B.A.I.K.

#just a short post

Read More

First Complementary Feeding for Aafiya

Alhamdulillaah senang banget... Aafiya sudah masuk ke milestone berikutnya: saatnya makaaaan!
Sebagai emak, deg deg an juga sih... Apakah nanti MPASI nya bakalan sukses? Apakah emak Aafiya bisa sabar untuk bikin homemade complementary food dan tidak sampai tergoda untuk beralih ke yang instan? Apakah Aafiya bakalan doyan makanan tanpa garam gula? Berbagai pertanyaan bergelayut di benak.

Ketika usia Aafiya masuk 5 bulan, aku sudah mulai nyari referensi sebanyak-banyaknya. Mulai dari panduan WHO, denger kuliah MPASI, baca buku, hingga grup-grup yang ngebahas MPASI, tanya-tanya di grup WA sama emak2 yang udah pengalaman. Alhamdulillaaah... banyak masukan. Bikin bingung? Hahaha.. dikiit. Stiap orang masukannya beda-beda. Mak aafiya mau ikutin yang manaaa iniiiihh? >.<

Finally MPASI perdana aku putuskan ngasi Pisang buat aafiya. Hmm.. aafiya kelihatannya masi belajar sih yaaa... Agak rada kurang doyan gituuhh.. Sering banget dilepeh. Naah pas hari ke-4, aku berjibaku bikin bubur nasi. Karena disini kaga ada yang namanya tepung gasol (gasolnya noh jauh di sonoo :p), bikin bubur nasi sendiri dongs dari beras, dimasak lembek, diblender, dan disaring. Panjang sihh prosesnyaa.. hehehe.. Tapiii alhamdulillaaah terobati jerih payah bikin MPASI nya dengan melihat semangat makan aafiya. Alhamdulillaah tsumma Alhamdulillaah \(^o^)/
Hari ke-6, aku campur wortel. Daan alhamdulillaah aafiya juga sukaaa... Semoga semangat makan my little princess nda surut2... aamiin...

Jadi kesimpulannya? Dari mana harus mulai MPASI? Bubur nasi, sayur atau buah duluan?
Jawabannya : ikuti feeling si ibu sajaaaaa....
*tanpa menafikan proses pencarian ilmu loh yaa*
Karena : motherhood is a longlife learning...

Semangaaaat semangaaaat semangaaaatttt...

Read More

Dulu Kita Pernah Begini

Welcome Sweet Spring April ^___^
April yang bersejarah tentunya.... hehehe....


Hmm.... baru sempat menuliskan tentang ini... Tentang "Dulu Kita Pernah Begini". Lucu dan menggemaskan sekali ketika melihat bayi Aafiya belajar tengkurap. Seperti tanpa kenal lelah, terus dan terus berusaha. Ketika 'jatuh' lagi, dia berusaha untuk 'bangkit' lagi hingga apa yang menjadi "misi" nya tercapai ; tengkurap.
Tidak hanya baby Aafiya, hampir seuluruh bayi mengalami fase ini. Fase belajar melewati milestone nya. setiap akan mencapai milestonenya, bayi-bayi akan berusaha sekuat tenaga. Tak terlihat putus asa. Jatuh. Gagal. Tapi dengan segera bangkit kembali.

Ketika dewasa, kita semua PASTI pernah melewati fase bayi. Sayangnya, mungkin kita (aku terutama) lupa bahwa kita pernah menjadi orang yang tidak gampang berputus asa, begitu mudah bangkit ketika gagal. Bahkan ketika menghadapi beegitu banyak kegagalan sekalipun. Tidak mungkin kita melewati fase tengkurap dengan satu kali saja dan langsung purna. Pasti melewati banyaaaak sekali gagal, hingga akhirnya kita berhasil mencapainya. Tidak mungkin kita melewati fase berjalan tanpa menjumpai kegagalan dan jatuh. Pasti kita berulang kali gagal hingga akhirnya bisa berjalan. Agaknya, ketika dewasa, konon katanya akal pikiran jauh lebih berkembang ketika telah melewati masa adolensia itu, nyatanya kita lebih mudah menyerah, gampang berputus asa, dan menyerah pada kegagalan. Padahal, dulu kita tak pernah begini. Bahkan ketika kita masi menggantungkan sebagian besar pengurusan diri pada sosok mulia bernama ibu. Gagal sedikit, lalu menyerah bahkan berputus asa. Astaghfirullaah...

Dulu kita pernah begini. Semoga semangat pantang menyerahnya, semangat tak lelah dan tak mudah menyerah serta tiada putus asa tetap berkobar dalam jiwa-jiwa kita, sebanyak apapun kegagalan yang kita jumpai. Karena sejatinya, pada kegagalanlah kita banyak belajar dan pada kegagalanlah kesuksesan itu bermula.

Semangaaaaaaaaatttt!!!
Read More