Dilamar Direktur

Temaan, aku punya cerita menarik niiih…

Hmm…suatu hari aku lagi duduk di dekat ‘tabek’-ku. (Tabekku surgaku maksud’e, hehe). Tiba-tiba, henponku berbunyi. Kriing…kriiing…kriing…

“Halo, Assalaamu’alaykum.” Aku mendekatkan henpon ke telinga.
“Wa’alaykumussalaam.” Suara seorang bapak-bapak. “Benar saya sedang bicara dengan Fathelvi Mudaris?”
“Ya, Benar, Pak. Ada apa yah Pak?”
“Hmm…begini Fathelvi. Saya Direktur Industri Obat PT. Sehat Sejahtera Selalu”
Wouwwww….gedubrak tink..tink!
Aku ditelpon direktur perusahaan obat! Howalaaaa!
“Ng…ya, Pak, lalu?”
“Begini…, saya ingin melamar anda!”
Gubraaak..tonk..tonk!
“Maksudnya, melamar anda bekerja di perusahaan saya sebagai apoteker.” Si bapak cepat meralat. Takut aku salah paham. Hi…hi…hi…
“Waah, benarkah Pak?”
“Iya. Setelah mempertimbangkan banyak hal, saya merasa pas untuk memilih anda bekerja di perusahaan obat saya. Berapa gaji yang anda inginkan?”
“Ng…saya akan pikirkan dulu malam ini, Bapak. Insya Allah saya akan menyampaikan kembali kepada Bapak setelah ini.”
“Baiklah. Saya tunggu.”
Klick.
Dan telpon pun ditutup….

Hmm…baiklah…aku membatin.
Dan, mulailah aku berpikir keras mengenai apa yang harus dilakukan ketika bekerja di Industri nanti.
AKU HARUS PAHAM, APA YANG AKU LAKUKAN SEBAGAI SEORANG FARMASIS DI INDUSTRI! HARUS PAHAM.

Pertama kali yang harus aku lakukan tentulah, memahami pekerjaan seorang farmasis di Industri!

Aku harus ngerti bagaimana registrasi obat di Industri, yaitu ke mentri kesehatan yang dilimpahkan ke BPOM. Menurut SK Kepala BPOM No. 00.05.3.1950. Pertama, ngisi dokumen dulu deeeh… dokumen pra registrasi, dan serahkan formulir dan data yang berhubungan dengan formulir. Lalu, aku lakukan registrasi. Form registrasi terdiri dari : Form A untuk gambaran produk secara umum, komposisi obat, identitas perusahaan yaitu perusahaan PT. Sehat Sejahtera Selalu. Lalu formulir B (B1 berisi dokumen administrative, lalu B2 mengenai informasi produk, formulir B3 menegnai penomoran Bets dan Lot, B4 mengenai informasi harga), lalu, formulir C mengenai (C1 mutu dan teknologi, B2 uji praklinik, dan B3 uji klinik), formulir D berisi baku pembanding dan contoh sediaan. Aku juga harus lampirkan dokumen pendukung baik itu spesifikasi produk, dokumen produksi induk, dan protap-protap. Selain itu, juga mesti kasi sampel buat pengujian 3x uji, dan biaya registrasi.

Udah gituuuh, sebagai seorang apoteker, aku harus bisa dong, melaksanakan fungsiku dalam pengadaan dan pengembangan senyawa baru. Intinya, aku tuh mesti bisa mengembangkan senyawa yang lebih aktif secara terapeutik, misalnya. Ini bagian R&D nya kali yaah. (bukan P&D loh yah. Hihihi. Memangnya, toko apah?). Pokok e, kerjanya teh riset mulu, menentukan yang begini niiiih yang lebih bagus. Yang begituu tuuh yang baik.

Trus, sebagai apoteker, aku harus mahir jugak dalam “ngotak-atik” formula obat. Formula yang bagemana kah yang paling bagus yang biayanya lebih sikit tapi hasilnya maksimal. (Heee, prinsip ekonomi modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar2nya tentu tidak berlaku lagi yah? Hihi). Misalnya, bikin tablet yang seperti ini, dossolusinya lebih bagus looh. Kalo tablet yang ini rasanya pahit, so, butuh penyalut niiih. Pokok e, macam koki lah yaah, yang mendesain formula yang pas. Nah, yang ini niiih, tugas aku nantinya. Aku yang melakukan pengujian skala labor yang menerapkan GLP(Good Laboratory Practises). Kalo udah okeh, nantinya dibukin skala pilot. Aku juga harus tau metode pengujiannya, yang meliputi bunyaaaaak hal pengujian!

Selanjutnya, formulanya sudah jadi, aku harus paham juga dengan spesifikasi produkku itu dong! Secara, kan aku yang bikin neeeh. Hehe. Spesifikasi bahan awalnya itu kayak apa. Trus, spesifikasi bahan jadinya itu kayak apa. Yah, yang aku lakukan ya, pengujian dong. Pertama deskripsi/pemerian itu barang alias bahan bagku bagaimana. Cemaran mikrobanya. Cemaran logamnya bagaimana. Identifikasi jugak deh. Bagaimana apakah sesuai dengan standar? Metoda analisis bahan ruahannya juga, trus bahan jadinya. Intinya, aku paham dengan spesifikasinya deh!

Trus, aku sebagai manejer produksi. Aku harus paham dengan proses produksi dong yah. Pertama dari perencanaan, bekerja sama dengan bagian PPIC, merencanakan waktu produski, apa-apa saja yang harus dipesan dan berapa lamanya. Lalu, dikasi ke depertemen keuangan/purchasing. Purchasing melalukan pemesanan bahan baku. Nah, setelah dilakukan pemesanan dan bahan baku datang, aku suruh deh orang gudang untuk melakukan pemeriksaannya, sertificat of analysis nya. Benar gak ini produk yang dipesan, atawa boong2an kah? Lalu, setelah diperiksa kelengkapan (serifikat of analysisnya), periksa label2nya, bener gak, lalu, di bawa ke gudang. Dan, minta ke QC untuk melakukan penyelidikkan bahwa yang bahan bakunya memang yang iniii looooo.

QC melakukan pengujian : identifikasi, melakukan penetapan kadar, de es be. Selama diperiksa, dilabel : quarantine (warna kuning). Nah, jika kata QC udah okeeh, kasi label hijau, dan siap buat digunakan. Kalo ditolak, kasi label merah. Pengujian apa ajaaah yang dilakukan beserta alat-alatnya?! Aku harus tw jugak dong! Hayooo, plajari lagiiiiiiiiiiih…

Ruang produksi : ada 3 kelas yaitu white area (kelas A dan B), grey area (kelas C dan D) dan black area (kelas yang gak perlu dikendalikan).

Udah gituuuh, bahan yang dibutuhkan, ditimbang di ruang penimbangan, satu-satu masuknya. Dibawa keruang produksi. Kalau buat tablet, IPC nya itu homogenitas, granulometri, kecepatan alir, kelembaban dan bobot jenis. Kalau sudah dicetak, untuk produk ruahan, dilihat keseragaman ukuran, keseragaman kandungan dan keseragaman bobot. Juga diuji kekerasan tablet. Friabilitas. Disolusi tablet. Dan, kalau sudah dikemas, diuji kebocoran strip, uji estetika, stabilitas produk.

Cara-cara produksinya : granulasi plus fasa dalam. Trus IPC keseragaman. Lalu, tambahkan fasa luar. Dan, dicetak. IPC lagii deh. Pengemasan, IPC lagii…dan lagiii. Simpan buat retain sampel oleh QC. Uji stabilitasnya, yak, pake persamaan orde reaksi dong, dgn stabilitas realtime suhu 25 Rh 60 dan uji stabilitas dipercepat pake suhu 40 Rh 75.

Untuk sedian cream, yang larut lemak dilarutkan dengan lemak/minyak yang larut air dilarutkan jugak. Pada double jacket di mixing 150 rpm. Trus, fase diskontinu di alirkan ke fase diskontinu. Mixing lagi pada suhu 70 derjat. Tambahkan zat aktifnya. Miksing akhir deeh, 200 rpm, 30 menit. Trus, lakukan IPC jugak, uji homogenitas, uji sifat alir, viskositas, penampilannya, tipe krimnya, ukuran partikelnya dan jugah kadarnya.

Lalu setelahnya dilakukan pengemasan. IPC Pengemasan adalah keseragaman bobot, kekencangan krim, sifat alirnya, dan uji kebocoran.

Injeksi…hmm…harus dilakukan di white area, cemaran parikel 0.5 mikro meter 3500, cemaran yg besar dari 5 mikron kaga ada, mikroba kecil dari 1 per meter kubik. Kapasitas saringan 99,997 % dan pertukaran udara 20-40 kali per menit. Yang masuk kesini kudu STERIL. Harus masuk k ruang yang dah dibersihkan dengan etilen oksida dulu..

Pengemasan…nah loh! Ini tanggung jawab aku juga rupanya!
Pengemasan itu ada 2 loh. Primer dan skunder. Kalo untuk tablet, ada bentuk strip dan ada yang blister. Pokoknya, untuk bahan pengemas mah perlu dilakukan vendor audit dulu… ini kerjaannya di QA niih.

Setelah diproduksi, di periksa oleh QC. QC ini bertanggungjawab terhadap produk mulai dari raw material hingga ke setelah pengemasan. Kalo di tempat praktek aku dulu semasa kuliah, QC itu dibagi atas 2 yaitu Qc1 dan qc2. QC1 itu lebih kepada raw material, bahan penegmas. Qc 2 lebih ke produk akhir, dissolusi, penetapan kadar dan lain sebagainya. Pokonya si QC ini, kalo aku bekerja di QC, maka aku bertanggungjawab buat mengendalikan mutu produk PT. Sehat Sejahtera Selalu agar selalu baik…

Beda dengan QA alias quality assurance, yang gawe annya lebih banyak. Kalo aku kerja di QA, maka tanggung jwabku jugak terhadap produk kembalian, terhadap personnel, terhadap audit2 dan inspeksi diri, terhadap produksi nya. Terhadap dokumennya jugak. Pokoknya, gawe’annnya lebih luas tentunya.

Mengenai inspeksi diri, itu tujuannya, biar menjaga mutu dan kualitas produk-produk yang ada di PT sehat sejahtera selalu tetap baik! Internal audit dimenej oleh QA dong. Sebelum temuan itu diketemukan oleh pihak luar (external audit macam perusahaan lain, atw regulatory audit macam BPOM), maka dilakukan internal audit yang disebut inspeksi diri.

Produk kembalian…aku tangani jugak dong…dianalisa lagi. Kalo memnag terbukti tidak memenuhi syarat, maka, harus ditarik dari pasaran memalalui distributor. Kalo ternyata itu produk yang dipalsukan, yaah PT. Sehat Sejahtera Selalu berhak kembali melempar ke pasaran. Itu gunanya retain sampel tadi loh.

Dokumen dan pelatihan GMP juga ditangani oleh QA loh. Hmmmph…banyak jugak yah kerjanya QA. Haduuuh…

Hoo iya, ada 3 hal penting lainnya yang harus aku perhatikan jugak. Masalah AHS alias air handling system. CPOB telah menysaratkan mengenai AHS ini looh. Ada 5 parameter kritis di ruang produksi yaitu suhu, kelembaban relative, cahaya, cemaran partikel dan cemaran mikroba. Nah…makanya ada yang namanya HVAC (Heating, Vibrilation and Aic Conditioner). System ini dibangun buat mengatur tata udara di ruang produksi. Nah, aku harus bilang ke bagian purchasing agar memesan alat2 berikut ini : pertama cooling coil. Ini fungsinya buat mengatur kelembaban relative dan suhu agar sesuai dengan spesifikasi ruangan. Hmmm…keren dong! Gak kayak AC biasa! Ya iyalaaah! Trus, juga ada blower. Blower ni berfungsi untuk mengatur aliran udara di dalam ruangan biar debit udara ni tetap. Mengatur pergantian udara juga lah! Filter. Nah, filter inilah yang fungsinya buat menyaring partikel dan udara yang masuk. Filter ini ada bagian2nya jugak. Yaitu pre-filter : yaitu kapasitas filter 35 %, medium filter kapasitas penyaringannya 95 %, dan yg terakhir yaitu HEPA (high efficiency particular air) yang bisa menyaring hingga 99,997 %. Trus, juga ada ducting, yang berarti tempat tertutup yang mengatur udara masuk dan mengambil udara yang dari ruang produksi. Dan, juga ada dumper, tempat mengatur udara yang akan dimasukkan ke ruang produksi. Naah, begitu loh.

Akhirnya, kuputuskan menelpon si Bapak Direktur PT. Sehat Sejahtera Selalu mengabari bahwa aku menerima lamaran Pak Direktur agar bekerja di PT beliau, dengan meminta gaji cukup 10 .001.000 saja. Hehe, sepuluh juta lebih 1000. Kenapa harus lebih? Karena menurut polling jompo’ers yang dirancang di wisma Hurriyah dahulunya, terkait poin “yang gajinya di atas 10 juta nantinya”, hasil pollingnya adalah aku. Hahahaha.

Trus, aku juga mau bilang, kalau cerita di atas, hanyaah rekayasa belaka. Hanya sebagai salah satu jalan untuk memahami kompetensi apoteker di Industri Farmasi yang menjadi bahan SIDANG KOMPREHENSIF yang akan dilaksanakan Senin depan, insya Allah. Mohon do’anya yaah.

Mungkin segini ajah cerita aku yaah… kapan2 kapan dilanjutkan lagi. Oooh iya, aku juga akan menceritakan bahwa aku diberikan modal 2 M oleh seseorang dan diminta untuk mendirikan apotek. Hmmm…baiklah, tentu aku akan berbagi cerita jugak nantinya…tunggu ajah yaaaah.
Read More

Angka (tidak) Bertuah

Ada dua angka yang paling bertuah and spektakuler bagiku di Bulan agustus. (hee…., bukan bermain primbon atawa berkutat dengan angka hoki loh yah!) hehe.

Dua angka spektakuler itu adalah, angka 2 dan angka 4. Karena pada kedua angka itu, ada hari-hari bersejarah dalam hidupku, setidaknya dalam dua tahun ini. Menyangkut soal sidang!
Hmm…, sidang sebenarnya dan semestinya bukan perkara besar! Hanya (sedikit) menumpahkan apa yang ada di kepala saja. Iya tho?! Dan juga, sidang ini tak lebih dari satu per tak berhingga sidang di pengadilan-Nya yang maha teliti!

Hmm…, sesungguhnya, ini soal perkara kecil yang menyejarah dalam hidup. Itu saja. Kehidupan dunia yang begitu fana dan kenikamatannya sesunguhnya hanyalah sedikit.

Dahulu, setahun yang lalu, aku melaksanakan sidang komprehensif S-1, pada tanggal 24 Agustus (angka 2 dan 4). Dan, tahun ini, insya Allah aku akan melaksanakan sidang komprehensif profesi pada tanggal 2 Agustus yaitu HARI ke-4, jam ke-4 dari sidang komprehensif yang dijadwalkan. Dan, yudisium akan dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus. (lagi-lagi angka 2 dan 4). Tentu saja, tak ada hubungan antara angka-angka itu dengan keberuntungan karena tidak ada istilah angka hoki. Apalagi angka bertuah! (mana ada, cuy!?). Tapiiii, kedua angka itu, adalah angka yang besejarah dalam hidupku. Hehe… (secara, aku kan penyuka angka dan penghafal angka. Cie ileeeeh). Hmm…whatever lah yaah…hihi.

Hoo iyaaah, dalam sidang komprehensif kali ini, aku memperoleh penguji dari dosen-dosen yang hmm….luar biasa! Sama dengan sidang komprehensif S-1 dulu, aku juga dapet 3 orang penguji dari guru besar! Dua di antara tiga orang professor itu, adalah pengujiku waktu sidang S-1 dulu. Dan, dosen yang ketiga adalah, salah satu pembahasku waktu seminar hasil penelitian. Dosen yang ke-empat adalah salah satu pembahas studi kasus waktu PKP di RSSN. Dan, yang terakhir, Bapak Ketua sidangku yang sama sekali belum pernah menjadi pembahas dan pengujiku selama ini. Jadi, empat dari lima orang dosen pengujiku pada babak pertarungan sidang komprehensif kali ini adalah dosen-dosen yang pernah menjadi pengujiku dahulunya. Hmm…alhamdulillaah. Sebuah langkah awal yang baik, insya Allah…

Hokeeeeh…
Saatnya berjoeang!
Saatnya mengisi bahan bakar!
Insya Allah, BISA!

Hoo iyaah, satu lagi, rubah paradigma!
Meskipun sebenarnya, stressfull, tapii, camkan dan tanamkan pada hati, bahwa SIDANG itu bukan segala-galanya. Itu juga bukan kegiatan pembantaian melainkan pembedahan! (wah, sama aja nih yaaah?? Hihihi). Pembedahan isi kepala dan pemahaman, maksudnya. Jadiii, mulai hari ini, tanamkan pada jiwa raga, bahwa SIDANG itu adalah KEGIATAN yang MENYENANGKAN! Jadiiii, insya Allah, pada tanggal 2 Agustus 2010 jam ke-4 (jam 15.15 WIB), itu adalah waktu untuk BERSENANG-SENANG!
My Name Code

Hari Senin, Tanggal 2 Agustus 2010, Hari ke-4, jam ke-4
Prof. Drs. H. Rusjdi Djamal, Apt (Sains Farmasi), Dra. Rustini, MSi, Apt (apotek)

Prof. Dr. Amri Bachtiar, MS. DEA, Apt (Ketua), Prof. Dr. Auzal Halim, Apt (Industri Farmasi), Dra. Suhatri, MS, Apt (Farmasi Klinis)

Read More

Juicy Jus (a Business Plan)



Hmm….presentasi bisnis plen.

Sebenarnya ini mata kuliyah memang menarik banget. Banyak ilmu2 (luar farmasi) yang bisa kita dapatkan. Tapiii, karena momennya kurang tepat ajah, di sela2 ujian yang menumpuk-puk-puk..brubuk…., harus merencanakan pulak sebuah Business Plan yang seabrek2 buanyaknya. Harus survey lapangan dulu lah. Harus huntig harga pasar dulu. Survey lokasi segala. Hmm..hmm…akhirnya pilihan kelompok kami jatuh pada jus. (padahal, sebelumnya aku sudah rencanakan pengin bikin bisnis studio photo. Aih, saying banget yah, kaga jadiii. Padahal, kan bisa diteruskan itu bisnis. Direalisasikan, maksudnya)

Wal hasil, bisnis plan-ku itu kacaw banget!
Kalo soal design2nya okelah gak begitu perlu dipermasalahkan dan dipikirkan, sekaliyan menyalurkan hobby. Tapiii, masalah hitung2annya yang rada2 kagak masuk akal. Kata si Bapak, “Ini terlalu mahal modalnya jika Cuma mau bikin tempat jus doang!”
Padahal, Dua hari full dari pagi sampai maghrib, kerjaan kami hanya berkutat di depan kompi dan kalkulator. Dan parahnya lagi, aku dari SMA dulu kagak suka yang namanya akuntansi! (pernah dapet nilai paling rendah di kelas. Huhuhu). Tapii, ini harus! Harus dikerjakan! Meski harus ngutak-atik plajaran manajemen dan akuntansi lagiii (yang amat pelik ituuu).
Tapiii, tidak apa, semua ini membuatku memperoleh sebuah kesimpulan berharga, bahwasannya :
“Terkadang, kondisi penuh tekanan (stressfull) itu memaksa diri kita UNTUK BISA!” 
(the power of kepepet, maksudnya. hehehe).
Sebenarnya, semuanya lebih bisa disedrhanakan, hanya dengan merubah cara pandang dan pola pikir kita tentang sesuatu, bahwasanya, ketika kita mau, insya Allah kita bisa! (ngutip kata2 Ang)

“Jarang2 ada orang yg mau meluangkan waktunya hanya buat nge-jus. Karena jus adalah minuman tambahan saja ketika seseorang berada di kafe.”

Hmm…benar juga siih.
“Harus ada differensiasi!” begitu si Bapak menjelaskan.
Itu juga yang dijelaskan oleh sahabatku, Dwi Asri Anggianasari (hee, jazakillaah masukannya Ang, ide bisnismu memang lura biasa! Sayang ajah, qta diskusikannya setelah presentasi bisnis itu selesai. Uhuhu. Padahal, diferensiasi yang dirimu tawarkan itu sangat menarik loh Ang).

Hmm….differensiasi!
Adanya hal yang berbeda dengan orang lain, meskipun sebenarnya ide itu adalah ide biasa!
Plajaran yang dapat diambil adalah, sebenarnya differensiasi itu tak hanya dibutuhkan pada bisnis saja. Tapiii, hampir di semua sisi kehidupan.


Lihat saja, orang2 yang sukses itu,
Mereka adalah ORANG-ORANG yang MAMPU MELAWAN ARUS GRADIEN KONSENTRASI kehidupan yang seperti kebanyakan! Kalo istilah lazimnya, keluar dari zona nyaman!
Bicara soal gradient konsentrasi, maka, segala sesuatu dalam kehidupan ini akan mengalir menurut gradient konsentrasinya. Sesuatu yang mampu melawan gradient konsentrasi, tentulah akan berbeda dari kebanyakan. Dan, di sanalah dimulainya langkah kesuksesan itu!
Bukan hanya untuk urusan dunia, tapi juga akhirat. Mereka yang sukses untuk kehidupan akhiratnya adalah yang mampu keluar dari rong-rongan kenikmatan dunia. Dan itu, adalah GOLONGAN YANG SEDIKIT!

Maka, sebenarnya…differensiasi itu adalah power! Adalah kekuatan yang kita punya. Berani menjadi yang berbeda (dalam koridor kebaikan tentunya), adalah langkah awal menuju kesuksesan…

Smangat!
Smangat Fatheru!
Insya Allah, BISA!
Read More

Ramadhan Mubarok

 
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.”
(ulama Salaf)

شهر رجب شهر للزرع و شعبان شهر السقي للزرع و رمضان شهر حصاد الزرع

 “Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.”
(Abu Bakr al Warraq al Balkhi)


السنة مثل الشجرة و شهر رجب أيام توريقها و شعبان أيام تفريعها و رمضان أيام قطفها و المؤمنون قطافها جدير بمن سود صحيفته بالذنوب أن يبيضها بالتوبة في هذا الشهر و بمن ضيع عمره في البطالة أن يغتنم فيه ما بقي من العمر

“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan taubat di bulan-bulan ini, sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.”
(ulama salaf) 


"Allahumma bariklana fi rajab wa sya'ban, wa balighna Romadhon."
(HR. Ahmad & Thabrani)


Read More

Air Mata Kerinduan

Subhanallaah...
Kisah yang benar2 menggugah...
(Co pas dari ni Reni Anggraini,S-2 Kimia ITB 2009)

Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau, daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya menangis tanpa bisa menahan tangisnya.
-----
Waktu shalat telah tiba. Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa: mengumandangkan adzan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.

Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah.

Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan. Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.

Asy...hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad. ..

Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis di siram rintik-rintik air hujan.

Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul ALLAH.

Asy...ha..du. .annna...

Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh. Tubuhnya mulai limbung. Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang terpotong.

Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal. Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq ra. tahu. Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan.

Saat mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah SAW berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, ”Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya." Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.

Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan sabda Rasul, ”Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” lalu ia pun beranjak adzan, muncul begitu saja tanpa ia bisa dibendung. Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat.

Bilal pun teringat bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, ”Saatnya untuk shalat, saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat.” Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat.

Bilal teringat, saat shalat ’Ied dan shalat Istisqa’ ia selalu berjalan di depan Rasulullah dengan tombak di tangan menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah kepada Rasulullah SAW. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab ra., satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin perih.

Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk mengumandangkan adzan.
Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang cermin.
----
Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad SAW, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya.

Umar bin Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan; berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya. Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Bilal menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. Ia kembali membujuk dan membujuk. ”Hanya sekali”, bujuk Umar. ”Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad, maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?”
Bilal tersentuh. Ia menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..

Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba. Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadarrasululla h

Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul. Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.

Asyhadu anna Muhammadarrasululla h

Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu kembali basah akan air mata.

Hayya ’alash-shalah, hayya ’alash-shalah

Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.

Hayya ‘alal-falah, hayya ‘alal-falah

Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum muslimin meningkat dan membuncah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar

Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?

La ilaha illallah

Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati.
----
Tahun 20 Hijriah. Bilal terbaring lemah di tempat tidurnya. Usianya saat itu 70 tahun. Sang istri di sampingnya tak bisa menahan kesedihannya. Ia menangis, menangis dan menangis. Sadar bahwa sang suami tercinta akan segera menemui Rabbnya.
”Jangan menangis,” katanya kepada istri. ”Sebentar lagi aku akan menemui Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatku yang lain. Jika ALLAH mengizinkan, aku akan bertemu kembali dengan mereka esok hari.”

Esoknya ia benar-benar sudah dipanggil ke hadapan Rabbnya. Pria yang suara langkah terompahnya terdengar sampai surga saat ia masih hidup, berada dalam kebahagiaan yang sangat. Ia bisa kembali bertemu dengan sosok yang selama ini ia rindukan. Ia bisa kembali menemani Rasulullah, seperti sebelumnya saat masih di dunia.
Read More

The Homeopathy of My Life

Hmm...
"Badai" ujian tertulis berlalu sudah...
Tinggallah episode-episode membuat tugas yang menumpuk begitu banyak...dahsyat...dan memaksa begadang!
Dan episode "dahsyat!" yang bernama : SIDANG! (halaaah, lebay deh! Gak segitunya kaleeee!)
dan skarang sudah H-10!

Di sela-sela kesibukkan (sok sibuk!) basitungkin dengan para tugas itu, akhirnya, aku bermenung sendiri (ha? "malangang se mah diak!" kata senior HORMAT 2005 dulunya. hihii), teringat salah satu bahan ujianku di mata kuliah "HERBAL MEDICINE" bab Homeopathy.
Ng...sesungguhnya, aku awalnya tidak percaya eih...maksudnya tak begitu percaya dengan pengobatan Homeopathy. aih, masak siih, untuk pengobatan suatu penyakit, adalah sesuatu yang mirip dengan penyakit itu sendiri? Dan, masak siih, semakin diencerkan konsentrasi suatu obat, makin berkhasiat dia? Bukankah, khasiat itu berbanding lurus dengan kadar?

Tapii, sebatas memenuhi ujian yang mana prinsip homeopathy yang the Law : Cure Likes Cure dan The Law : Dilutes ituu.. (redaksional nya berbezza) yah kuhapalkan saja, meski kurang sepakat dengan maksudnya.

Tapiiii, pada akhirnya, aku menyadari bahwa ternyata PRINSIP HOMEPATHY ini berlaku bagi hati! Sangat berlaku! Masya Allah..., analogi yang benar-benar pas.
Dan, ini menjadi Homeopathy of my life!

Dan, inipun memenuhi prinsip homeopathy yang ketiga : pengobatan sifatnya individualis!

Untuk seseorang yang telah menjadi plajaran tentang Homeopathy ini bagiku, sesungguhnya aku perlu berterima kasih. sangat berterima kasih. Sesuatu yang tentu tak ia sadari. Bahkan akupun terlambat menyadari!
(Mungkin, seseorang itu, tak membaca tulisan ini, tapi, sungguh, darinya aku sudah belajar begitu banyak hal!)
Meski, yang namanya terjatuh dan patah itu pasti sakit, tapi, tak sesakit ketika terhempas dari awan! tak sesakit itu.
Dan aku bertekad, jatuh kali ini (dan begitu banyak kali-kali sebelumnya) akan menjadi satu titik loncatan!
Aku ingin meloncat lebih tinggi!
Aku ingin terbang lebih jauh!

Aku tak ingin semuanya membuatku mengalami saturasi ataupun tersedimentasi!
Tapi, aku ingin ia menjadi katalisator atas reaktan-reaktan itu agar terbentuk produk yang luar biasa!

Belajar menepuk angin, begitu ustadz Anis Matta membahasakan dalam Serial Cinta-nya.
Yah, belajar menepuk angin, agar suatu saat menjadi buffer ketika harus ada sebuah kata "Kecewa". Meski sebenarnya tidak perlu pula "kecewa" karena, apapun yang terjadi, setelah ikhtiar dan munajah, ia adalah YANG TERBAIK!

Tidak!
Aku tak ingin menangis lagi, untuk sesuatu yang tak kutahu apa definisinya!
Karena ia semestinya tak perlu pamrih! Ia hanyalah kekuatan memberi tanpa mesti meminta kembali!

Trima kasih untuk seseorang itu...
Atas sesuatu yang tak perlu didefinisi, melainkan, hanya dirasa saja! Tak perlu dipahami, hanya dirasa saja!
Dengannya, aku telah belajar mengenai arti tangis, senyum, dan tawa, bahagia dan kecewa! semuanya!
Aku ingin menyudahinya dengan manis, karena memang tak ada alasan kecewa atas segala keputusan-Nya!

Meski semua belum berakhir, meski belum ada batas merah itu,
Tapi, aku sungguh tak ingin menggantungkan harapan pada makhluk! Makhluk yang juga dhaif, sama sepertiku!

Selamat datang episode baru!
Fillah...
Lillah...
Read More

Hancur-hancuran!

 Tiadalah hari yang kulalui yang lebih "hancur" ketimbang hari ini. (lebay!). Tapii, sunggguh, hari ini, adalah hari yg amat buruk bagiku atas kelalaian yang semestinya tak perlu ada! Fiuuffffth..

Hmm..sebenarnya masalahnya sederhana. Hanya karena lupa waktu. Aku lupa kalau jadwal ujianku hari ini adalah jam 9.30, karena menurut jadwal yang biasanya, ujian dilangsungkan jam 10. Ketika jam menunjukkan jam 9.20, aku masih saja santai di wisma. Sama sekali belum mengenakan baju dinas. Huaaaah... Aku, merasa jam masih menunjukkan jam 8.30 -an, jadi, santai2 saja. Betapa "tersengat" (listrik)nya aku ketika melihat jam dinding yang tersenyum manis menunjukkan jam 9.20, padahal aku belum ngapa-ngapain. Huwaaaaaaah...!!! Padahal, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kampus dari wisma adalah lkebih kurang 30 menit. JIka aku bisa mempersiapkan diri paling cepat 5 menit saja, aku akan terlambat selama 25 menit! Padahal, durasi waktu pelaksanaan ujian hanya 60 menit! Bayangkan, betapa banyak waktu yang harus hilang!

Hanya lima menit saja aku siap-siap, langsung ngacirrrr...
"Mau naek ojek??" pikirku. Kalo sama ojek mah, bisa lah 10 menit-an. Tapiii, aku sudah bertekad, tidak akan naek ojek kecuali ojek pribadi (heee...), bukan ding. Gak bakalan naek ojek, kecuali kalau kondisi emergency dan sattusnya "peripulum inmora". Kuputuskan untuk naek bus kampus aja. Dan, masya Allah, bus kampusnya ngetem dulu di Pasar Baru. Fiuuuuuffftt..HUwaaaaaaaa...
Aku mengalami "STRESS ULCER" yanbg luar biasa! Fiuuf...fiuuufffff...
Tiba-tiba saja, apa yang aku siapkan buat ujian jadi buyar. Aku jadi panik (dan panik = men-NOL-kan inteligensi).
Aku sampai di kampus dengan kondisi terlambat 20 menit.
Huwaaaaaaaaaaa....

Langsung minta lembar soal dan jawaban sama pengawas dan pilih posisi paling depan (biasalaaaah, kalo udah ujian, posisi paling depan adalah posisi yang paling dihindari kebanyakan mahasiswa kecuali aku dan beberapa orang teman. heee...). Dan, betapa kagetnya aku, ketika soal yang dikeluarkan itu, bukan CASE HIPERTENSI ataupun CASE STROKE seperti yang aku plajari dan aku siapkan, tapii, malah CASE APENDISITIS dan BEDAH, hoawalaaaaaaaa.... Untuk beberapa saat aku hanya terdiam dan bingung, linglung, sementaraaa..waktu terus berjalan. Tenangkan pikiran, dan mulai mengorat oret jawaban! Tapiii, karena inteligensiku sempat dalam kondisi NOL, akhirnya semuanya menjadi buyar. Dan yang parahnya lagiii, aku tidak punya bahan dan literatur yang banyak. Fiuuuuuuuuuufffffttt... >,<
Hancuuuuuuuuurr!
Yang aku ingat dari kasus itu hanyalah bahwa dari hasil interpretasi data lab nya, si pasien adalah seorang penderita apendisitis, mengalami demam dan jugak hipertensi. Lalu, juga hiperlipidemia, dan gagal ginjal kronik! (untuk memutuskan diagnose ini, aku harus ngitung2 segala. Dan, masalah besarnya adalah AKU JUGA TIDAK BAWA KALKULATOR!). Huwaaaa....

Ketika waktu telah menunjukkan bahwa jam ujian habis, AKu malah sama sekali belum MENGHITUNG KLIRENS KREATININ pasien untuk obat sefotaksim dan ranitidine. Pasalnya, aku tidak tahu koefisien partisi obat yang dieksresikan melalui ginjaaal. OOOh, Allah.... Gaswaaat niiiih akuuuuuuuuuuuuu...

Akhirnya, hanya satu jenis obat saja yang telah berhasil kulakukan penghitungan kliresn kreatinin plus penyesuaian dosis nya. Sisanyaaa? Jawabanku masih kosong! OOoooooooooooooh Nooooooooooo!!!!!

Pun, ketika lembar jawaban itu berpindah tangan ke pengawas, aku masih belum bisa percaya dengan "keajaiban" yang bertumpuk2 yang kurasakan hari ini. Betapa sangat melelahkannya! Smeakin berasa stress ulcerku yang smakin menjadi2...

Aih, andaikan aku tak perlu mempertanggungjawabkan nilaiku kepada orang tuaku, maka, aku tentu tidak sepanik ini. Karena, secara pribadi, aku siiih gak terlalu berorientasi nilai. Tapii, mengingat wajah ayah ibuku, aku langsung jadi down.
"Ya Allah, semoga aku lulus. Semoga aku tidak HER." Amiiiin. Ini harapku.

Tapi, satu hal saja, meski di tengah kondisi panik, tanpa bahan2 dan literatur yang lengkap, ada hal yang masih ingin kupertahankan, bahwa aku tak ingin bertanya ataupun meminta jawaban kepada siapapun! AKu tidak mau ada diskusiketikla ujian berlangsung, meski sebenarnya aku punya kesempatan untuk melakukannya! Tapi, setidaknyaaa, jikapun ujianya hancur, jikapun kali ini aku tidak sebaik ujian2 sebelumnya, jikapun aku dalam kondisi panikl dan kejepit, tapii, tidak menghancurkan idealismeku! Itu saja! Alhamdulillah...
(Karena Allah melihat setiap apapun yang kulakukan. Bukankah Allah itu maha mengawasi (Qs. AL Fajr).
Read More

Setengah-setengah!



Hmmpph…
Kadang-kadang, aku merasa cukup down dengan segala yang aku siapkan ini. Betapa, aku masih sangat jauh dari siap. Jauh drai persiapan yang sesungguhnya dan seharusnya. Serasa terus dikejar-kejar, dan terkejar-kejar! Segalanya harus siap dalam sekejap. Semua serba setengah-setengah!  Fiuuuuft…

Beberapa waktu yang lalu, diskusi dengan senior apoteker mengenai HPLC. Hmpph…susah payah mere-call memory 3,5 tahun silam. Sudah banyak yang menguap. (Pelajaran pertama : dahulu, sering itu blajar dan melakukan proses memory menggunakan otak kiri dan memory jangka pendek, sehingga selesai ujian, plajaran pun ikut menguap. Maklum, SKS).

Aih, sebenarnya, satu hal saja. Sering kali, memahami ilmu itu secara parsial. Mengkotak-kotakkannya sehingga pemahaman itu jadinya setengah-setengah! Seharusnya, memandang suatu bidang ilmu itu adalah dengan pandangan global dan menyeluruh, sehingga keterkaitan antara materi pendukung dan ilmu-ilmu yang mesti diplajari itu secara global dapat dilihat dan dipahami. Dan, sebenarnya tak perlu pula komat-kamit ngafal ini itu asalkan konsep dasarnya, asalkan filosofi ilmunya dapat dipahami. Bukankah begitu?

Kadang2, sering heran, melihat ada yang begitu bekejar-kejaran mendapatan nilai serba wah, serba oke, pokoknya, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus itu. “Yg penting transkrip gw A. Biar gampang mendapatkan kerja!” itu targetnya. Yaah, percuma saja dong, dapat nilai A, kalau targetnya Cuma buat nilai doang! Giliran ditanya filosofinya saja, jadi bengong! Asli! Ini mah sama saja boong! Sebenarnya, yang diharapkan itu nilai apa ilmu sih? Padahal, jika yang diharapkan itu adalah ilmunya, si nilai juga bakalan relevan koq. Gak mungkin dong, orang yang paham, nilainya bakalan jelek. Setidaknya, ketika dia gak belajarpun, tapi sudah paham, hasil yang diperolehnya itu gak bakalan mengecewakan. (Walaupun juga gak tinggi. Hee…)

Hmmpph…, ngomong2 soal pemahaman yang parsial, sebenarnya ada yang perlu lebih dipahami secara menyeluruh lagi! Dan ini benar-benar menyangkut “nasib” kita nantinya. Yaitu, pemahaman akan diin ini. Ketika kita memami diin ini secara parsial, maka, tentulah dalam menjalankannya pun akan setengah-setengah juga. Lalu, dengan mudahnya menjudge sesuatu yang kita tak punya pengetahuan tentang itu. Menyalahkan sesuatu yang mungkin adalah benar karena ketidaktahuan kita.

Mari kita lihat fenomena ini,
Ketika ada yang melaksanakn dhuha, ada yang nyeloteh, “Ih, sholat apaan sih? Dasar! Ajaran sesat!”
Atau, “Eh, ini kan belum masuk dzuhur. Dzhuhur kan masih 3 jam lagi. Kenapa udah sholat?”
Atau, ketika melihat akhwat memakai jilbab yang lebih panjang dari wanita berkerudung kebanyakan, “Ini aliran apa pula ini? Kalian ini jadi mahasiswa, hati-hatilah. Jangan sampai ikutan aliran sesat pulak. Ini niiih, berjilbab…yang biasa-biasa aja lah! Jangan yang panjang-panjang begitu, hitam lagi!”
Dan, bahkan, ada seorang imam di sebuah mesjid yang ditendang sampai jatuh rubuh hanya gara-gara si imam tidak membaca basmalah di Surat AL Fatihah yang didzaharkan.

Semua fenomena di atas adalah sedikit dari sekian banyak kejadian nyata yang terjadi karena pemahaman diin yang parsial. Sehingga,begitu mudah menganggap orang lain salah. Padahal, itu tak lain disebabkan karena ketiadatahuan.

Meskipun, aku yang menuliskan ini bukanlah orang yang faqih dalam ilmu diin (waaaah, masiiiih sangaaaaaaaaaat sedikit ilmunya!!), tapi, dengan begini, mudah2an menjadi pelecut semangat kita untuk terus belajar…belajar dan belajar! Belajar untuk memahami, dan mengamalkannya, insya Allah.

Kembali ke perasaan down itu tadi…
Ng…, yang namanya hidup, tentulah akan seperti grafik kosinus yah? Kadang naik, kadang turun. Fluktuatif. Jadi ingat ajaran (sesat :P) dari seorang teman, “Jika kamu merasa jenuh, maka, ikutilah kemana hatimu mau, (asalkan masih dalam koridor-Nya), hingga kamu merasa jenuh dnegan kejenuhan itu. Setelahnya, adalah saatnya mengumpulkan energy untuk kembali bangkit!”. Yaah, bangkit menuju puncak grafik kosinus itu.

Tidak apa-apa saat ini merasa down. Setidaknya, aku bisa mengukur sejauh mana persiapanku. Dan, insya Allah, masih ada sedikit masa untuk mengejar ketinggalan itu. Masih ada waktuu, insya Allah, untuk melengkapi segala sesuatu yang rompang.

HARUS SEMANGAT!
Harus semangaaaaat Fathel!
“Menuju apt 2010”
Read More

Bukan Ini Jawaban yang Aku Inginkan!

Di ruang kelas,ba'da ujian berlangsung, aku duduk lemas...
"Ya Allah.., kali ini jangan sampai gagal! Jangan sampai gagal! jangan sampai HER!"
Fiuuf...

Sembari duduk sendiri di tengah kehebohan teman sekelas, tiba-tiba salah seorang teman angkatan menghampiriku,
"Thel, bagemana presentasi kelompok qta?"
"Itu kak, udah dikerjain..." Jawanku (karena memang aku PJ ngerjain presentasi.)

"eih, akak..bagemana ujian tadi? sukses gak?? Fathel ndak sukses niih akak...huhuhu..." Kataku...sambil pasang tampang memelas...
"Kak juga gak dapat Thel. Tapiii, kaka berani ajah liyat buku! Fathel siiih, tidak duduk dekat kakak. Kalo duduk dekat kakak, pasti deh, kakak kasi tunjuk. Atau SMS keek..."
Huaaaaaaah...fiuufft....
BUKAN INI JAWABAN YANG AKU INGINKAN KAK...batinku...

aku masih tercenung...
di tanganku ada selembar hasil ujian...
meski bukan yang terbaik dan mendapat nilai yang standar2 saja, Tapi aku percaya, BAHWA AKU TELAH MELAKUKAN YANG TERBAIK!
Dan, HARUS MELAKUKAN yg TERBAIK!

SMANGAAAT!
Sumangaik!
Read More

Lulus SATU PUTARAN!


Ketua KPU (a.k.a Ketua panitia ujian profesi apoteker) Bapak Prof. Dr. Helmi Arifin, Apt telah mengumumkan secara resmi bahwa PEMILU (a.k.a ujian apoteker) akan berlangsung pada tanggal 29 Juli 2010-4 Agustus 2010 insya Allah…
Ketua KPU dalam penyampaiannya, mengharapkan, kami para peserta pemilu (a.k.a peserta ujian) agar bisa LULUS di SATU PUTARAN SAJA! (a.k.a satu kali sidang saja!). Karena, satu putaran akan lebih menghemat waktu, biaya, tenaga dan pikiran. Tapiii, jika memang ada yang belum lolos satu putaran, maka, insya Allah akan ada PEMILU putaran kedua (tanggal 16 agustus 2010, insya Allah). KPU memutuskan bahwa PEMILU kali ini insya Allah hanya ada 2 putaran saja. Jika masih ada yang belum lolos di putaran kedua ini, maka, peserta pemilu terpaksa tidak bisa ikut pemilu lagi tahun ini, dan baru dibolehkan lagi ikut bertarung di Pemilu berikutnya, insya Allah bulan Januari 2011. Dan, keputusan dari ketua KPU sudah ketok palu!

Nah, segeralah Ketua TIM PEMENANGAN PEMILU (a.k.a komisaris tingkat, angkatan kami) Uda Farizal, S. Farm, angkat bicara menyemangati kita semua, agar memenangkan pemilu kali ini! Insya Allah kita tuntaskan SATU PUTARAN SAJA!!

Untuk itu, kami, peserta pemilu, MEMOHON DENGAN SANGAT, DO’A dari DUNSANAK kasadonyo, mohon doa’anya…agar kami semua, Lulus di SATU PUTARAN SAJA!
Read More

Kakek Penjual Kipas di Kereta


Suatu hari, di kereta kelas ekonomi…9 orang anak muda, mahasiswa, sedang berjalan-jalan. Tertawa-tawa. Bergembira-ria. Tiba2, lewatlah seorang penjual kipas, laki-laki tua yang bahkan untuk menjajakan jualannya saja, sudah tak jelas lagi. Sudah sangat tua.
“kipas….kipas….kipas….lima ratus…lima ratus!”
Kagetlah kesembilan mahasiswa itu. “haaa? Masak Cuma 500 rupiah harga itu kapas? Balik modal gak yah? Permen ajah Cuma dapat 3!”
Takjub, memandang kakek tua yang tertatih itu. “Bagaimana beliau menghidupi anak istrinya?”
“eh, hayooo..kita beli kipas bapak ini!” salah satu mengomandoi. Mata si Bapak tampak berbinar! Kipasnya laku 9 buah sekaligus. Lalu, sekelompok mahasiswa itu, memberikan duit 10.000. “Pak, gak usah dikasi duit kembalian. Harganya segitu ajah.”
Masya Allah, tak terkira syukur si Bapak. Tampak beliau saaangaat bahagia karena kipasnya laku dengan harga 10.000. berkali2 beliau mengucapkan syukur dan terima kasih.

Mahasiswa itu terperangah, terdiam, menatap tak pecaya. Memperhatikan punggung ringkih yang berlalu menuju gerbong berikutnya itu dengan segenap rasa yang tak terdefinisikan… “Haaaa? Begitu berharga duit sepuluh ribu itu bagi si bapak yak? Gw aja, di kasi mama sepuluh ribu itu langsung ngomel2, ‘sepuluh ribu Cuma dapet apa, ma!?’. Tapiiii, bapak ituu, sepuluh ribu aja, sudah segitu besar rasa syukurnya. Gw terharu banget!”

Masya Allah…
Ternyata, definisi banyak dan sedikit itu begitu berbeda. Kadang (atau sering?) kita merasa apa yang kita punya itu masiih kurang. Lupa bersyukur dengan apa yang diberi. Padahal sudah sangat lebih. Jauh lebih baik dari mereka yang tidak seberuntung kita. Di pinggir jalan sana. Do kolong jembatan sana. Di pekampungan kumuh sana.
Maka benarlah, untuk urusan dunia, memandanglah ke bawah. Sebab dengan demikian, akan menjadi perangkat lunak di hati kita untuk senantiasa meng-up date rasa syukur itu. Sebaliknya, untuk urusan akhirat, memandanglah ke atas. Sebab denga demikian, ia juga akan menjadi perangkat lunak di hati kita untuk senantiasa meng-up grade diri kita, ruhiyah kita, dan keimanan kita.

Semoga kita semua bisa sama2 ambil plajaran yaaah?
Read More

[calon] MAFIA


Fiuuuffft…minggu2 ujiaan…, berhasil menjadi alat rebonding paling spektakuler (bikin rambut kesetrum listrik, maksudnya hingga jegang2, so ga perlu rebonding lagi. Heee… LEBAY!). Tapi, ada hal yang sebenarnya ingin kutumpahkan menyangkut ujian ini. Fiuuuuffftt…aah, entahlah. Entah ini adalah aib. Tapi, kalaupun aib, semua orang juga tahu! Sudah rahasia umum jugah! Apakah akan mencemarkan nama baik? Entahlah. Toh, menurutku, ini juga demi perbaikan. Dan, satu2nya yang bisa kulakukan adalah hanyalah… menuliskannya. Yah, hanya menuliskannya (plus ngomel2 kessal sendiri. ^^).

Jadi begini, kami kan melaksanakan ujian kan. Nah…, ternyata, soal yang ada itu di luar prediksi. Out of prediction. Jadiii, panic lah semua peserta ujiaaan. Haduuuuuh, jawabannya teh apaan yah? Dan ujian pun berlangsung. Ada 12 soal essay dengan waktu 70 menit. 30 menit terakhir mulai kasak kusuk. Hingga, akhirnya, ujian itu berakhir sudah! Semua peserta mengumpulkan jawaban ke dosen pengasuh.

Ng…hebooh banget. Kembali membuka bahan ujian, melihat, jawaban yang benarnya apa yah? Banyak yang mengeluhkan betapa soalnya tak disangka2 akan keluar soal yang itu. Trus, aku bilang : “kalo semua orang tak dapat, berarti meratalaah jawabannya. Sebaran nilainya pun akan sama. Iya kan?”. Trus, kata salah satu kakak bilang, “ah, ndak juga Thel. Tuuh, anak2 di belakang banyak yag buka catatan waktu ujian!”

Fiuuuuuuuuuuufff!
Sungguh, aku jadi kesal!
Padahal si bapak professor sebelum ujian udah jelas2 mengatakan, bahwa seseorang yang kompeten adalah orang yang jujur!”
Gimana gak sebel bin kesel coba, begitu banyak yang liyat buku begitu! Kan kasihan banget sama orang2 yang gak liat. (sebenarnya, gak perlu kasihan jugak siiiiih. Toh, orang2 yang berhasil jujur itulah sesungguhnya orang2 yang paling tinggi nilainya, orang2 yang paling menang dan orang2 yg Paling kompeten. Jadi, gak perlu ada kata kasihan, sebenarnya.)

Huuuh!
Padahal, sudah jelas2 terpampang di depan ruang ujian itu nasihat2 bahwa Allah mengawasi setiap apa yang dilakukan manusia? Okelah bapak professor tak liyat, tapi, Allah kan lihat!
Apa siih artinya nilai jika diperoleh dengan melihat catatan??!
Segitu pentingkah nilai itu sehingga harus menggadaikan kejujuran dan harus rela memikul dosa?
Apa siiiiiiiiiiiih artinya nilai jika begitu?????

Banyak kesimpulan yang kuperoleh.
Pertama, dari jaman baheulak dahuluuuuu, hingga sekarang, ternyata budaya “mencontek” itu telah begitu mengakaaar dan membudaya. Dan, paradigmanya adalah NILAI SEGALA-GALANYA! Paradigma bahwa NILAI bagus akan sebanding dengan pekerjaan bagus, sekolah lanjutan yang lebih bagus, dan semua2 bagus2 lainnya. Aih, AKU BENAR2 JADI TAK PERCAYA DENGAN NILAI DI ATAS KERTAS LAGI! Kelak, kalau aku punya perusahaan besar (cie elaaah….. amiiiiiiin), AKU TAK AKAN MENGADAKAN SELEKSI NILAI SEBAGAI PARAMETER karena NILAI KEBANYAKAN MAHASISWA (sini) TIDAK BISA DIPERCAYA! (Allahu’alam nilai mahasiswa dari kampus lain yak! Paling2 juga lebih kurang hampir mirip lah!). Bagiku, lebih baik IPK 3,9 diraih dengan kejujuran dari pada IPK 1,9 tapi diraih dengan mencontek (halaaah! ini mah semua orang jugak tauuu!).
maksudnya, biarlah nilainya biasa2 ajah, tapi nilai kejujurannya lebih utama! Seseorang berwawasan atau tidaknya, bukan tergantung sama IPnya!
Dan, orang2 yang mencontek itu, adalah orang2 yang telah menyiapkan diri mereka untuk kegagalan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti!

Kedua, kesimpulanku adalah, PANTAS SAJA MAFIA KESEHATAN dari golongan FARMASIS begitu banyak beredar di Indonesia. Wong, buat dapatkan nilai ajah udah begitu. Apalagi, nanti, buat dapatkan duit! Secara, duit itu kan lebih adiktif! Jadinya, cikal bakal para mafia kesehatan itu sudah ketahuan dari sekarang! Fiuuufh, betapa bobroknya!

Ketiga, (mengutip tatsqif yang disampaikan oleh Ust Irsyad Syafar LC), jujur pada manusia (salah satu contohnya tidak mencontek waktu ujian) adalah tingkatan As-sidqu terendah. Karena, toh, orang non-muslim saja banyak yang sanggup melakukannya. Apalagi buat jujur sama Allah yah? (jujur kepada Allah, adalah tingkatan As-Sidqu tertinggi). Dikemanakan Allah ketika berada di ruang ujian?! Di mana rasa pengawasan Allah terhadap diri kita?

Hmm…, intinya, sesungguhnya yang perlu diperbaiki itu sebenarnya adalah akhlak kita (termasuk diriku dong yaah, kalo perbaikan akhlak!)

Sudah ah, segitu ajah curhatnya…
Read More

Ujian!


Huwaaaa…andaikan hari-hari di bulan juli seharinya 100 jam! Andaikan! Tapiii, mustahil! Satu hari tetaplah 24 jam! Tetaplah 24 jam!
Tapiii, rasa2nya, 24 jam saat ini terlalu singkat! Aku harus berlariii…dan berlariiii begituuu kencang mengejar semua ini! Hingga, hari itu saja…4 Agustus 2010 insya Allah (jika umurku masih disampaikan-Nya hingga tanggal itu dan jika Allah menghendaki itu semua terjadi).

Jadi ingat kata2 Bapak Ketua Program Profesi Apoteker, beberapa hari yang lalu, “Pikiran santai, tapi tetap bekerja keras! Jangan bayangkan sulitnya, tapi, bayangkan bahwa di bulan September insya Allah, kalian mengenakan toga dan diwisuda.” Kata si Bapak menyemangati kami.

Ng…I got the point!
“ingat wisudanya, jangan pikirin susahnya! Sebab akan kehabisan banyak energy untuk sampai di garis itu nanti.”
Intinya, lihat akhirnya….lihat apa yang kita peroleh nantinya, bayangkan kebahagiaan di hari itu. Dengan demikian, kita akan berusaha keras untuk mencapainya! (lebih kurang, beginilah intinya, apa yang disampaikan si bapak) Bukankah, demikian pula dengan kehidupan dunia yang begitu sebentar ini? Jika melihat sulitnya, yaah sulit! Bukankah, surga itu dikelilingi oleh hal2 yang menyusahkan sementara neraka itu dikelilingi oleh hal2 yang menyenangkan. Nah, jika surga tujuan akhirnya, betapa pun sulitnya, pasti akan berupaya untuk dilalui dan dijalani dengan optimal kan yaah?!

Jadiiii, kesimpulannya, persiapan menghadapi ujian, tentu saja tidak boleh mengurangi porsi-Nya! Justru, semestinya rasa ketergantungan itu semakin tinggi!

Hayuuu, Fathel, smangat! Smangat! Lakukan yang terbaik! Bukan hanya untuk ujian apoteker, tapi juga untuk ujian kehidupan!

Ng…, yang namanya ujian, yah niscaya lah! Karena ujian itu adalah parameter. Parameter sejauh mana kita kompeten! Dan, juga sebagai salah satu sarana buat naik tingkat! (Nah loh, dahuluu,waktu masih jaman sekolahan, kalo mau naek kelas, kan ujian dulu yak? Pun begitu dgn hidup. Gak bakalan Allah biarin kita bilang “Saya ini orang beriman loooh!” sebelum dikasi ujiannya). Jadi, ujian itu…adalah keniscayaan!

Smangaaaaat!
Baraja…baraja….barajaaa!
Ingat, 24 jam saja, belum tentu cukup, Fathel!

*Blog-ku…, maap yaaah…, maapkan akuuu….
Insya Allah, aku akan membersamaimu lagi…
Read More