Fiuuuffft…minggu2 ujiaan…, berhasil menjadi alat rebonding paling spektakuler (bikin rambut kesetrum listrik, maksudnya hingga jegang2, so ga perlu rebonding lagi. Heee… LEBAY!). Tapi, ada hal yang sebenarnya ingin kutumpahkan menyangkut ujian ini. Fiuuuuffftt…aah, entahlah. Entah ini adalah aib. Tapi, kalaupun aib, semua orang juga tahu! Sudah rahasia umum jugah! Apakah akan mencemarkan nama baik? Entahlah. Toh, menurutku, ini juga demi perbaikan. Dan, satu2nya yang bisa kulakukan adalah hanyalah… menuliskannya. Yah, hanya menuliskannya (plus ngomel2 kessal sendiri. ^^).
Jadi begini, kami kan melaksanakan ujian kan. Nah…, ternyata, soal yang ada itu di luar prediksi. Out of prediction. Jadiii, panic lah semua peserta ujiaaan. Haduuuuuh, jawabannya teh apaan yah? Dan ujian pun berlangsung. Ada 12 soal essay dengan waktu 70 menit. 30 menit terakhir mulai kasak kusuk. Hingga, akhirnya, ujian itu berakhir sudah! Semua peserta mengumpulkan jawaban ke dosen pengasuh.
Ng…hebooh banget. Kembali membuka bahan ujian, melihat, jawaban yang benarnya apa yah? Banyak yang mengeluhkan betapa soalnya tak disangka2 akan keluar soal yang itu. Trus, aku bilang : “kalo semua orang tak dapat, berarti meratalaah jawabannya. Sebaran nilainya pun akan sama. Iya kan?”. Trus, kata salah satu kakak bilang, “ah, ndak juga Thel. Tuuh, anak2 di belakang banyak yag buka catatan waktu ujian!”
Fiuuuuuuuuuuufff!
Sungguh, aku jadi kesal!
Padahal si bapak professor sebelum ujian udah jelas2 mengatakan, bahwa seseorang yang kompeten adalah orang yang jujur!”
Gimana gak sebel bin kesel coba, begitu banyak yang liyat buku begitu! Kan kasihan banget sama orang2 yang gak liat. (sebenarnya, gak perlu kasihan jugak siiiiih. Toh, orang2 yang berhasil jujur itulah sesungguhnya orang2 yang paling tinggi nilainya, orang2 yang paling menang dan orang2 yg Paling kompeten. Jadi, gak perlu ada kata kasihan, sebenarnya.)
Huuuh!
Padahal, sudah jelas2 terpampang di depan ruang ujian itu nasihat2 bahwa Allah mengawasi setiap apa yang dilakukan manusia? Okelah bapak professor tak liyat, tapi, Allah kan lihat!
Apa siih artinya nilai jika diperoleh dengan melihat catatan??!
Segitu pentingkah nilai itu sehingga harus menggadaikan kejujuran dan harus rela memikul dosa?
Apa siiiiiiiiiiiih artinya nilai jika begitu?????
Banyak kesimpulan yang kuperoleh.
Pertama, dari jaman baheulak dahuluuuuu, hingga sekarang, ternyata budaya “mencontek” itu telah begitu mengakaaar dan membudaya. Dan, paradigmanya adalah NILAI SEGALA-GALANYA! Paradigma bahwa NILAI bagus akan sebanding dengan pekerjaan bagus, sekolah lanjutan yang lebih bagus, dan semua2 bagus2 lainnya. Aih, AKU BENAR2 JADI TAK PERCAYA DENGAN NILAI DI ATAS KERTAS LAGI! Kelak, kalau aku punya perusahaan besar (cie elaaah….. amiiiiiiin), AKU TAK AKAN MENGADAKAN SELEKSI NILAI SEBAGAI PARAMETER karena NILAI KEBANYAKAN MAHASISWA (sini) TIDAK BISA DIPERCAYA! (Allahu’alam nilai mahasiswa dari kampus lain yak! Paling2 juga lebih kurang hampir mirip lah!). Bagiku, lebih baik IPK 3,9 diraih dengan kejujuran dari pada IPK 1,9 tapi diraih dengan mencontek (halaaah! ini mah semua orang jugak tauuu!).
maksudnya, biarlah nilainya biasa2 ajah, tapi nilai kejujurannya lebih utama! Seseorang berwawasan atau tidaknya, bukan tergantung sama IPnya!
Dan, orang2 yang mencontek itu, adalah orang2 yang telah menyiapkan diri mereka untuk kegagalan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti!
Kedua, kesimpulanku adalah, PANTAS SAJA MAFIA KESEHATAN dari golongan FARMASIS begitu banyak beredar di Indonesia. Wong, buat dapatkan nilai ajah udah begitu. Apalagi, nanti, buat dapatkan duit! Secara, duit itu kan lebih adiktif! Jadinya, cikal bakal para mafia kesehatan itu sudah ketahuan dari sekarang! Fiuuufh, betapa bobroknya!
Ketiga, (mengutip tatsqif yang disampaikan oleh Ust Irsyad Syafar LC), jujur pada manusia (salah satu contohnya tidak mencontek waktu ujian) adalah tingkatan As-sidqu terendah. Karena, toh, orang non-muslim saja banyak yang sanggup melakukannya. Apalagi buat jujur sama Allah yah? (jujur kepada Allah, adalah tingkatan As-Sidqu tertinggi). Dikemanakan Allah ketika berada di ruang ujian?! Di mana rasa pengawasan Allah terhadap diri kita?
Hmm…, intinya, sesungguhnya yang perlu diperbaiki itu sebenarnya adalah akhlak kita (termasuk diriku dong yaah, kalo perbaikan akhlak!)
Sudah ah, segitu ajah curhatnya…
(mengutip tatsqif yang disampaikan oleh Ust Irsyad Syafar LC)
ReplyDeletehmm kalau ga salah beliau udah master...
hoo iyah yaah...
ReplyDeletesepertinya begitu..
abiis, ustadzny benar2 low profile banget..
subhanallaah..
kalo udah denger tatsqif beliau bisa dipastikan mesjid ruaameeee sangaaaat..
luar biasa!