Merayakan Malam Takbiran dan Idul Adha dari ER, LDR dan Kamar Inap

Malam takbiran selalu saja menjadi momen yang membahagiakan tentunya bagi seluruh muslim di penjuru dunia. Tapi, ada kalanya malam takbiran harus dirayakan dari tempat yang tidak kita bayangkan. Begitu pula dengan malam takbiran idul adha kami di tahun 1439 H ini.


Hasil CTG nya sudah mulai normal alhamdulillaah...

Sore hingga malam ini, aku merasakan kontraksi yang tidak biasanya. Lebih regular dan kuat, menjalar dari arah punggung, pinggang dan perut bawah. Mirip seperti kontraksi waktu lahiran Aasiya dulu. Actually, aku sudah merasakan nyeri di perut bawah ini sejak dari seminggu yang lalu. Tapi ga beraturan, dan masih bisa ditoleransi. Kadang memang mengganggu tidur. Tapi sepertinya masih kontraksi palsu.

Dengan riwayat kelahiran dua anak sebelumnya yang memang maju dari due date, aku pikir di week ke-36 ini aku bakalan lahiran mengingat kontraksinya yang sudah sangat berasa. Dulu pas lahiran Aasiya aja, dengan kontraksi yang ga begitu nyeri kayak sekarang, ternyata sudah pembukaan 3 ketika datang ke ER dan anaknya lahir 8 jam kemudian di usia kandungan 37 week. Naah, akhirnya kita ke ER(emergency room) setelah berkumandangnya adzan maghrib di hari arafah ini. Pas di cek sama CTG, ternyata kontraksinya masi irragular dan belum ada pembukaan. Kenapa ada nyeri kontraksi yang cukup tinggi ya?!

Nah, awalnya aku pikir kitah bakalan pulang lagi karena belum ada bukaan maupun kontraksi asli. Tapii, di menit ke berapaaa gituh yaa aku lupa, dokter mendeteksi kalo bayinya takikardi (detak jantung di atas normal), padahal awalnya normal-normal aja. Kemungkinan distress oleh sebab yang tidak diketahui. Bisa jadi terlilit tali pusar, atau yang lainnya. Kata dokternya, jika takikardi ini terus berlanjut, maka aku harus segera menjalani SC. Ohh... Ya Allah, ga kebayang aja kalo harus SC. Dokter juga memberikan suntikan dexamethasone untuk paru si baby, jika ada kemungkinan SC mengingat ini masih 36 week.

Aku diberikan infus RL untuk menurunkan takikardi ini, dugaannya kekurangan cairan dan harus menjalankan observasi sampai besok. Jadi, mau ga mau harus nginap di RS. Hiks... qadarullah, malam takbiran bermalam di RS dan tidak bisa ikut shalat ied. Setelah beres urusan admission, aku ditransfer ke LDR (labor and delivery room) untuk observasi dengan CTG selama 4 jam. Dan alhamdulillah hasil CTG nya udah bagus. Abis itu aku ke ruang rawat inap. Karena hasil CTG di LDR udah bagus. Di ruang rawat inap, aku kembali di CTG. Kata perawatnya kalo semisal besoknya CTG nya udah OK aku boleh pulang.

Nah, sekarang aku lagi nunggu dokter nih buat USG dulu dan keputusan untuk discharge dari RS. Mohon do'a yaa supaya sehat2 dan lancar2, lahir di waktu yang terbaik menurut-Nya dengan selamat. Menjadi anak yang shalih/ah dunia dan akhirat.
Pada udah kecapean di midnight dan tertidur di sofa nemenin bundanya CTG di LDR 😣 Jazakumullahu khair katsir, my dear 😘❤

Jazakallahu khair katsir yaa Zaujiy, always full support dan juga dua bidadari kecil shalihah yang senantiasa mendo'akan "sehat-sehat yaa Bundaaa... aamiin yaa Allah...". Love all of you fillaah... 😘😘❤❤❤


Finally, dari ruang rawat inap Ward A no 102, HMG Ar Rayyan Hospital, aku dan keluarga mengucapkan:
"IED ADHA MUBARAK"

Read More

Low Budget Home Decor

Seperti yang aku bilang di postingan sebelumnya bahwasannya aku mau share soal home decor ala-ala yang dikerjain sama emak Aafiya di rumah yang baru. Rumah baru sih bukan berarti bangunan baru. Justru rumah yang kami tempati sekarang adalah bangunan lama. Hehehe...

Home decor adalah salah satu hobi emak Aafiya. Semacam leisure time lah. Hehe... Seruu ajaaa. Kali ini mencoba hal baru yang lebih advance: yaitu 'bermain' dengan cat. Kekekeke... Selain cat, dua benda yang sangat bermanfaat lainnya adalah lem silicone dan mesin jahit. Sebenarnya kalau dibilang home decor, gak fully home decor juga sih. Soalnya, yang lebih banyak aku lakukan adalah me-renewal furniture usang menjadi "wajah baru". Yang home decornya sendiri justru ga banyak. Cuma hiasan dinding sederhana dan white corner. Dan bagaimana tataletak segala furniture di rumah. Rumah kontrakan minimalis kami, hihi...

Sejujurnya, aku sangat suka warna putih untuk interior rumah maupun furniture nya. Kenapa? Ketika warna lain menyerap cahaya, warna putih justru memberikan hal yang sebaliknya. Putih akan menangkap dan kembali memancarkan cahaya dan membuat ruangan terasa lebih luas. Itulah sebabnya aku ga begitu suka rumah dengan interior warna warni apalagi warna yang cendrung gelap karena akan menyerap cahaya. Jadinya rumah terasa lebih"pengap" menurutku. Hehe... Yap, selera orang berbeda-beda tentunya. Dan aku juga ga mungkin dongs memaksa orang satu selera denganku, kekeke...

ini "karya masterpiece" emak aafiya (wkwkwkwk, ke-GR-an). Di antara semua yang di-renewal, ini yang benar-benar totally dan penuh perencanaan. Awalnya ini lemari lebih layak dianter ke tukang loak (emang ada yaa tukang loak yang terima lemari kekekeke). Tapi setelah didekor lagi, ternyata aku jadi sukaaa banget alhamdulillaah...
Lemari di atas awalnya udah jelek banget lho. Ekekeke... Seperti yang aku bilang dulunya, ketika membeli furniture di sini, aku lebih memilih fungsinya. Bukan "penampakannya". Secara kami kan bukan permanent resident di sini. Sewaktu-waktu bisa saja final exit. Sayang aja beli furniture mahal-mahal untuk nanti kembali dijual dengan harga yang sangat murah. Jadi--sebagai emak-emak yang lebih berpikir ekonomis--membeli barang baru not too mandatory menurutku. Yang secondhand pun boleh asalkan fungsinya bisa dimanfaatkan sedemikian rupa. Jika ini di Indonesia, bolehlah kita bikin plan yang matang soal tata ruang dan home decor [Hobby emak Aafiya banget ini hihi]. Karena namanya juga di negeri sendiri, meskipun merantau jauh, akhirnya kan in shaa Allah pulang ke kampung jua. Berbeda kalo kita merantau di luar negri yang bukan kampung halaman. Kekeke... Kalau di Indonesia kita bisa plan dari awal mau seperti apa, sementara kalau di luar negri ini, kan kita cuma "terima jadi" rumah kontrakan yang isinya harus kita sesuaikan.

Lemari di atas awalnya berwarna coklat tua, dengan cat yang sudah mulai keropos dan pintunya udah ga tau kemana, dari awal dibeli. Ngenes banget wkwkwkwk...Fungsinya buat taruh barang-barang craft emak Aafiya. Itu knob drawer nya juga udah copot 3, juga sejak awal dibeli. Belinya juga murah meriah banget. Bekas orang yang final exit. Selama hampir 2 tahun, lemari itu aku biarkan begitu saja. Cuma dibikinin kain penutupnya biar ga terlalu "naked" dan kelihatan isinya (yang lebih sering berantakan. wkwkwkwkwk... Akhirnya, aku pengen all out buat lemari ini, supaya lemarinya jadi lebih eye catching dan berwajah baru lagi. Aku bilang sama Abu Aafiya kalo aku mau ngecat ini lemari. Awalnya suamiku heran juga, ngapain istrinya kepikiran buat ngecat-ngecat segala. Wkwkwkwkwk... Tapi, mungkin bagian dari ngidam kali yaa buahaha... "Yakin mau beli cat, Bund?" tanya Abu Aafiya masi sangsi. "Iya, yakin banget Yah." Akhirnya, sore itu pergilah kami ke toko jotun buat beli cat dan tentu saja warnanya putih sesuai plan yang sudah aku susun dari awal. Heuheu... Langkah selanjutnya adalah mengganti knob dan merapikan rak atas dengan box poliester. Aku taunya yang jual knob cuma di Ikea. Nyaris ga pernah ke toko bangunan di sini mah. Dan box poliesternya juga di Ikea. Suatu sore yang berdebu, akhirnya kami ke Ikea untuk menlengkapi kekurangan lemari ini. Dan beginilah jadinya, alhamdulillah more than my expectation si lemari dan drawernya. Sayang lupa motoin versi before and after nya. Hehehe....

Dari lemari craft ini awalnya, akhirnya timbul "ide liar" lainnya buat bikin wall decor. Seperti yang aku bilang tadi, karena sifatnya yang sementara di sini yang bukan permanent resident, aku sebagai emak-emak yang berpikir ekonomis wkwkwkwk ogah banget menyediakan budget buat home decor yang mahal-mahal. Ngapain menghamburkan uang untuk beli yang "sunnat" (baca: cuma pelengkap dan riasan) begini, wong yang "wajib" (baca: butuh) aja aku lebih memilih yang preloved. Ya ga sih?! Secaraa, kalo lihat di buku-buku inspirasi home decor dan ketika survey di lapangan soal harga untuk pernak-[ernik home decor, harganya was biyasaah. Mahaal kebanyakan. Ogaaah ahh beli beginian wkwkwkwk. Nah, tapi aku juga senang ada sedikit wall decornya wkwkwk... Jadinya aku memilih model home decor yang very very low budget. Beginilah jadinya. Sedari dulu, aku memang lebih senang yang menjadi wall decor itu adalah kata-kata nasihat bukan foto-foto. Lagian, kalo ga salah ada larangan makhluk bernyawa menjadi pajangan di rumah kan yaaa... CMIIW... 

Awalnya bingung mau nempelin pakek apa yaa. Sempat kepikiran di bor aja. Ehh, lalu ada ide pakek lem silicone yang biasa digunakan untuk ngelem keramik, besi, kayu dll. Ternyata lem ini benar-benar sangat bermanfaat dan sangat kuat. Lem alt*co kalah jauh deehh pokoknya. Hihihi...
Low budget ini maah... dengan canvas murmer, cat akrilik murmer dan jam IKEA murmer yang sudah "dikuliti" wkwkwkwkwk...

Selanjutnya adalah si white corner ini. Maap yaa ini versi berantakannya. Kekeke... difoto apa adanya aja. Ada kisah menarik di balik white corner ini. Meja putih ini awalnya akan kami jual karena berpikir ga fix di rumah ini. Secara kan rumahnya minimalis. Tapi qadarullaah ga laku, dan ternyata alhamdulillah banget ga laku karena masih dibutuhkan dan fix di rumah kami yang baru. Sebelumnya, meja ini adalah meja kerja Abu Aafiya yang warnanya merah, sudah tergores-gores bagian atasnya (yang kemudian aku bikinin custom buat alasnya sehingga nutupin goresannya) dan kakinya warna merah. Sementara kursinya berwarna abu-abu tua yang juga sudah kusam kekeke... Karena lagi hobbi ngecat, akhirnya mejanya aku cat ulang dan kain buat kursinya diganti warna putih juga. Jadinya ini adalah white corner untuk tempat kerja Abu Aafiya. Abaikan keberantakannya yaak... belum ditata dengan baik printer dan laptop di atasnya soalnya kekekke...
white corner special for Abu Aafiya kalo lagi kerja dari rumah

Selanjutnya adalah wardrobe dan rak sepatu yang kebagian kenak cat ulang. Hihihi... Setelah dicat ulang, furniture jadi terlihat baru lagi ma shaa Allah... And always warna putih jadi pilihan...

Seprai yang custom DIY. Susah nyari seprai dengan ukuran bed super jumbo begini kekekeke...
seprai pun tak ketinggalan. Jadi bed nya kebetulan ukuran agak jumbo (king size) 2x2 meter dengan ketebalan 30 cm. Kebanyakan seprai ukurannya cuma 180x200 cm dan ketebalan 15-20 cm. Jadinya mau ga mau harus dijahit sendiri dengan menyambungkan beberala lembar kain. Kekekeke....
wardrobe ini awalnya berwarna cokelat muda yang sudah berwarna agak kusam dan agak memudar diconvert menjadi putih dengan "the power of paint" lagi-lagi. (Abaikan barang-barang bagian atas yang belum diberesin, kekeke)

seprai custom (secara ukuran springbed nya 2x2 meter dan tebal springbed30 cm, susah nyari seprainya. Jadinya, jahit sendiri dengan karet sekeliling jadinya ga mudah lepas apalagi dipakek lompat-lompat sama duo bocah kekeke. semoga ga ada yang nyadar kalo ini seprai adalah sambungan beberapa kain karena sulit mencari kain dengan lebar 260 cm hihihi)

rak sepatu usang di renewal lagi dengan "the power of paint" lagi hehehe...
Maap cuma foto ala kadarnya, dengan kamera HP dan pencahayaan seadanya. Nanti deh difotoin lagi yang versi lebih oce oye nya in shaa Allah kekekeke...
Kapan-kapan disambung lagi, anaknya udah rewel minta dikelonin... jadinya distop dlu deh kekkeke...
Read More

Living in Riyadh [part 23]: Move on

Sudah bulan agustus. Belum ada postingan sama sekali. Hehe... Baiklah, mari kita posting sesuatu agar tidak melewatkan 1 bulan kekeke...

Bulan agustus ini bulan yang istimewa. Karena selain kemerdekaan RI (yang tentu saja jamak diketahui semua WNI), adalah bulan berhaji. Ya, bulan dzulhijjah jatuh pada bulan agustus di tahun ini. Beberapa teman-teman di sini yang akan berangkat haji sudah bersiap-siap akan berangkat. Hati jadi rindu untuk berangkat jua. Semoga Allah memudahkan langkah kami untuk menunaikan haji juga nantinya, apakah dari sini atau dari Indonesia atau dari negara manapunlah jika Allah masih karuniakan umur yang panjang (dan semoga umur yang barokah). Sungguh, Haji itu ibadah fisik yang memang melelahkan tapi benar-benar membahagiakan ma shaa Allah....

Sesuai judulnya, aku pengen cerita tentang move on. Hehehe... Move on di sini adalah dalam artian pindah yang sebenarnya dan juga move on dalam pengertian banyak orang saat ini: move on hati wkwkwkwkwkwk... Setelah hampir 5 tahun tinggal di An Nahda district, akhirnya kami move on jugaa... ke Naseem district. Sesungguhnya berat juga meninggalkan Nahda. Ada banyak kenangan di Nahda. Dekat dari kantor suami sudah pasti. Dan yang terberat adalah meninggalkan masjid jami' di dekat kontrakan kami yang lama. Jami' Maiman namanya. Masjid ini the best menurut kami di area Nahda. Imamnya baguus bacaannya ma shaa Allah. Ada program tahfidz (yang tentu saja free) untuk anak-anak dan ibu-ibu juga. Masjidnya adeem, luas dan bersih. Ini salah satu yang bikin berat untuk move on hehe.

Ceritanya kami memang mau pindah juga sih setelah kontrakan yang ini habis. Tapi ga kepikiran akan pindah ke Naseem (district tetangga sebenarnya dengan Nahda cuma secara 'socio-culture' agak berbeda menurutku ekekekekekeke...). Kebetulan ada teman yang final exit ke Indonesia, dan kami akhirnya memutuskan untuk menggantikan kontrakannya. Di Naseem ini. Yang sebelumnya ga kepikiran mau ke naseem, ehh akhirnya malah sekarang tinggal di Naseem. Kekeke... meskipun kadang serasa masi belum move on dari nahda... ekekekeke...

Pindah rumah selalu saja bukan hal yang mudah. Ini bukan pekerjaan yang ringan tentunya. Mulai dari load, packing, moving, unload... semuanya menguras tenaga dan fikiran dan juga cost tentunya. Tidak mudah mem-fix kan dan menata kembali dari rumah yang sebelumnya tipe 115 meter persegi ke rumah yang tipe 65 meter persegi. Hehe... Banyak yang akhirnya harus kami "remove". Apalagi karena rumah yang kami tempati ini adalah ex-rumah teman yang notabene masi tersisa banyak barang-barang juga di sana. Fiiuufft....

Pengalaman Menjual Barang-barang
Karena kami pindah ke rumah yang secara ukurannya hampir setengah ukuran rumah sebelumnya, tentu saja banyak barang-barang yang harus dikeluarkan. Apalagi ketambahan barang-barang dari teman yang ex-kontraktor rumah ini. Beuuhh... ma shaa Allah... ga akan muat deeh kalo semua barang di keep sendiri. Belum lagi pertanggungjawaban di hadapan-Nya nanti. Jadi, keep yang perlu dan remove yang tidak digunakan/jarang digunakan atau can't fix in this house. Bisa dijual kembali atau dibagikan secara gratis. Pertama-tama aku menawarkannya ke teman-teman yang sesama komunitas indonesia dulu. Lalu, menjualnya di situs expatriates.. Just throw away price. Hehe...

Pengalaman menjual preloved item ini jadi kesan tersendiri. Urusan jual menjual ini secara online nya hingga deal, menjadi bagianku. Abu Aafiya tinggal nanti yang ketemu sama yang mau ngebeli atau yang mau ngambil barangnya. Hehe... Kebanyakan yang membeli/mengambil barang-barang ini bukanlah orang pertama yang menawar. Kebanyakan yang pertama kali menawar, malah cuma PHP doang. Tak ada kabar yang jelas. Meskipun dikasi gratis sekalipun, banyak juga yang akhirnya cancel. Sebenarnya agak rada kesal juga sih (apalagi yang free item) yang awalnya sudah deal mau ngambil, tapi tiba-tiba di injury time malah cancel. Kan kasian ada orang yang benar-benar serius mau ngambil dan terhalang oleh orang yang asal membuat deal lalu cancel seenaknya.

Kalau yang seriusnya, cuma demi sesuatu yang rasa-rasanya bisa dia beli di dekat rumahnya dengan harga yang ga mahal, dia rela menempuh perjalanan hampir 40 menit. Tapi, yang kebanyakan sih cancel sepihak. Kekeke... Benar-benar harus banyak sabar deeh kalo soal ini. Hihi...
Ada juga pengalaman lain. Beberapa barang ex-teman yang dikasi secara free berupa dressing table, meja kerja,kursi yang pada awalnya banyak peminatnya. Tapi PHP doang. Gayanya aja mau ambil, tapi ga ada kejelasan lagi. Kabar kabur... Hihi... Hingga ada salah seorang yang awalnya aku cuekin karena dia ga kirim message via WA dan malah ngirim rekaman sound yang ga aku mengerti. Pakai bahasa arab. Aku bilang ga ngerti bahasa arab. Trus dia malah pake bahasa urdu. Tambah ga ngerti dong akuuu... wkwkwkwkwk... Nah, ternyata dia ga bisa bahasa inggris. Aku bilang english only please. Baru deh dia (mungkin via temannya) pakek english dan katanya dia tertarik sama barang yang aku iklankan via expatriates. Ehh, ternyata emang rizki nya si bapak ini yaa... alhamdulillah akhirnya dia yang awalnya kita cuekin malah jadi ngambil, enggak PHP doang. Hehe...
Sebenarnya ini semacam simbiosis mutualisme juga sih yaaa... Karena kami butuh mengeluarkan barangnya, dan si peng-hire butuh mengambil barangnya. Impas kan. Dari pada harus mengeluarkan sendiri dan terbuang begitu saja, alangkah lebih baiknya dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan.

Pelajaran berharga: Rizki itu sudah ada ketetapan-Nya. Bisa jadi, si A yang akan mengambil barangnya, ehh malah akhirnya si B yang mendapatkannya. Bisa jadi kita sudah berharap pada X, ehh ternyata rizkinya malah Y. Jadi, soal rizki dari Allah semestinya bukanlah sesuatu yang perlu terlalu dikhawatirkan. Sudah ditakar-Nya koq. Yang perlu dikhawatirkan itu justru bagaimana nasib kita kelak, ketika kita telah melewati fase dunia. Iya, kehidupan setelah dunia. Tapi, kebanyakan hari-hari kita justru lebih sering mengkhawatirkan rizki yang sudah ditakarkan-Nya ketimbang kehidupan setelah mati. Ini note to my self terutama niih dengan segudang kelalaian, astaghfirullaah....

Ada barang yang tak laku even itu dikasi gratis sekalipun?
Tentu sajaaaa ada!!!
Hehe...

Awalnya sedikit kecewa ketika ada yang hire tapi cancel hingga di hari kepindahan kami ke tempat yang baru, barang itu tetap saja ga terjual atau tidak jadi diambil. Lagi-lagi di PHP in hiks... hiks...

Tapiii, itulah takdir-Nya. Dia selalu Maha Mengetahui apa yang terbaik buat diri kita. Ternyata, barang-barang yang tidak laku itu adalah barang-barang yang sebenarnya masih kami butuhkan! Dan pada akhirnya, kami bersyukur bahwa barang-barang itu tidak laku. All can fix here, ma shaa Allah.... Ternyata kami masi sangat butuh barang-barang itu yang dikira ga muat di rumah ini. Aku takjub juga, ma shaa Allah... tak terpikirkan sebelumnya bahwa semua bisa fix di rumah ini. Ter-utilisasi dengan maksimal dan optimal.

Pelajaran berharga: segala ketetapan-Nya pastilah yang terbaik untuk diri kita. Pada awalnya mungkin kita bersedih karena sesuatu terjadi di luar pengharapan. Kelak, kita akan mengetahui bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita yang telah ditetapkan-Nya, pastilah YANG TERBAIK untuk diri kita. Terbaik untuk urusan kita. Dan semoga kita juga bisa berupaya yang terbaik untuk akhirat kita. Maka benarlah bahwa sebaik-baik pengharapan hanyalah pada-Nya yang takkan pernah mengecewakan kita.

Alhamdulillah, akhirnya di sinilah kami sekarang. Di rumah yang baru. Semoga barokah... Aamiin yaa Allah. Meskipun, ada kekurangan yang unpleasant lah jika dibanding rumah sebelumnya, tapi over all rumah ini pun banyak kelebihannya dan menyenangkan. Di antaranya posisinya di ground floor yang ga perlu lagi naik turun tangga. Memiliki halaman yang cukup luas untuk area bermain anak-anak (meskipun sekarang musim panas dengan suhu mencapai 45° C yang ga memungkinkan setiap saat bermain di halaman dengan panasnya yang menyengat). Dapur yang sangat minimalis (kurang dari setengah ukuran dapur sebelumnya), menguntungkan karena jadinya lebih rajin beberes. Kalo dapurnya luas, jadi lebih lalai beberesnya... kekekekeke... Dan yang terpenting, tentu saja bukan soal seberapa mewah dan seberapa luasnya rumah, melainkan apakah dari rumah ini lahir kebahagiaan, ketentraman, kekeluargaan, kebersamaan dan terutama ketaatan. Jika semua ini missing, rumah tiadalah artinya lagi. Bahkan sekedar tempat untuk tidurpun, takkan memadamkan kegelisahan hati. Apalah artinya kan yaa? Heuu...

Do'akan yaa rumah ini menjadi rumah yang barokah... Aamiin yaa Allah...

In shaa Allah lanjut ke cerita selanjutnya tentang home decor yang murah meriah ala emak Aafiya... Hihi...

Read More