Manis dan Sesuatu yang Lebih Manis


Siapapun tidak ada yang menyangkal betapa ice cream cake ini manis. Manisnya manis sekali. Melihatnya saja sudah cukup ngiler untuk segera memakannya. Tapi, apakah kemanisan ini membuat kita sanggup menghabiskan seluruhnya sendirian dalam sekali waktu? Tentu tidak! Ada masanya kita merasa eneg dengan manisnya. Belum lagi bayangan penyakit akibat banyak makan manis-manis kayak gula darah. Jadi, manisnya bukan manis yang berkelanjutan. Hanya manis untuk 5 gigitan pertama sepertinya. Setelahnya, mungkin kita akan segera menympannya lagi di dalam freezer.

Tapi, ada manis yang lekang ... tak peduli yang merasakannya adalah orang kaya, orang miskin, orang terpelajar orang tak terpelajar, orang kota orang desa ... ia adalah manisnya iman.

Salah satu hal terberat bagi seorang muslim yang jarang disadari adalah ketika manisnya iman sedang dicabut oleh Allah. Rizki di dunia ini telah Allah jamin. Sedangkan nasib diakhirat, di dunia ini lah kita mengupayakannya. Iman adalah energi. Hanya dengan iman seseorang bisa bangun malam meskipun baru tidur sedikit. Hanya dengan iman, seseorang bisa melakukan amal shalih lainnya. Ya, bahan bakar itu adalah iman. Apa yang terjadi jika kendaraan kehabisan bahan bakar? Demikian pula dengan kita. Maka wasapadalah, jika kita telah mulai berpaling! Tidak lagi menyegerakan kebaikan.
Aku menuliskan ini bukan berarti aku memiliki iman sekuat baja. Ketahuilah, postingan-postingan yang di permukaan terlihat baik ini tidak selalu menunjukkan dan mencerminkan kondisi hati seseorang yang menuliskannya. Bisa jadi, postingan itu sebenarnya adalah caranya untuk mengingatkan dan menyentil dirinya sendiri. Kadang kala, itu dijadikannya pengingat dirinya. Pengingat ketika telah banyak salah yang ia lakukan.


Semoga Allah tetapkan keimanan di hati kita hingga saat kita diwafatkannya. Dan semoga Allah wafatkan kita dalam kondisi husnul khotimah sebagai seorang muslim. 
Read More

Si Tukang Bikin Pamflet

Bagi yang biasa mengerjakan "proyek" desain, pasti mengerti bahwasanya mengganti, menambahkan atau mengurangi 1 kata itu bisa melibatkan banyak proses. Tidak seperti mengetik di MS word yang typo kemudian tinggal ditambahkan atau dihapus begitu saja. Hanya tukang desain yang mengerti ini kayaknya... 😂😂😂 Meski pun tukang desainnya masih amatiran kayak aku yang levelnya masih beginner begini. Udah 12 tahun ++ ngerjain desain leaflet, tampaknya belum naik juga ke level intermediete inih. Hehehe. Masih begitu-begitu ajah. Gapapa.. semoga jadi semakin bersemangat menuntut ilmu dan belajar. Meski pun memang tukang desain ini pekerja belakang layar bukan ustadz/ustadzah yang memberi ilmu secara langsung, aku berharap mudah-mudahan kecipratan pahala juga karena desainnya menjadi wasilah untuk menyebarkan kebaikan selama yang jadi tukang desainnya ikhlas. Ikhlas kuncinya. Gampang diucapkan, tapi berat dilaksanakan. Semoga Allah jadikan kita bagian dari hamba-Nya yang ikhlas. Aamiin.

Ceritanya, ada rekues desain untuk suatu acara. Sebut saja acara X. Sejujurnya, aku memang agak mood dependent kalo mengerjakan suatu desain. Tetap bisa dikerjakan akan tetapi hasilnya ketika mood baik akan lebih optimal dan maximal dibanding ketika sedang tidak mood. Dan pagi itu aku sebenarnya tidak begitu mood untuk mengerjakan desain. Apalagi ada pekerjaan yang mendesak. Pertama, memasak untuk makan siang, kedua ada urusan yang harus diselesaikan di sekolah kakak Aafiya, dan beberapa urusan lain. Belum lagi kakak yang udah gak sabaran ingin segera berangkat. Ini tentu kondisi yang tidak mudah untuk membuat desain di waktu sesempit ini. Tapi karena diminta, aku tetap mengusahakan untuk mengerjakannya. Sekitar 1.5 jam pamfletnya selesai didesain. Pas laptop sudah dimatikan, diminta revisi lagi. Sudah aku kerjakan. Matikan laptop lagi. Daaaan.. ada revisi lagi. Nyalain laptop lagi, kerjain lagi. Akhirnya urusanku tertunda. Ke sekolah kakak yang harusnya lagi, jadi mundur jam 11. Masak buat makan siang, baru bisa setelah dzuhur yang artinya sekeluarga jadi agak telat makan siangnya.

Tapi ..., setelah dipublish, yang dipakek malah pamflet yang dibikin oleh orang lain. Yang ngerjainnya pakai App HP aja. Alasannya karena pamflet yang kubikin ga bisa diedit sama mereka yang rikues. Padahal tinggal ngomong aja, bisa kuedit lagi. Tapi tidak ada ngomong apa-apa dari mereka, dengan sepihak ngerjain sendiri dan dibatalkan begitu saja tanpa pemberitahuan kepadaku. 😁😁

Ada terbersit rasa kesal di hati. Bukan karena pamfletku tidak jadi dipakai tapi ... karena seolah tidak memikirkan waktu yang kuhabiskan untuk membuatnya. Kayak bikin pamflet itu "sim salabim" langsung jadi. Padahal kan harus mikirin idenya, ngejainnya, dan banyak hal yang tertunda karena mengerjakan pamflet tersebut. Jika aku membuatnya dengan kondisi santai, ga menunda banyak hal untuk itu, aku mungkin tak akan terbersit rasa kesal. Kuanggap aja ini me time. Tapi, aku sudah mengorbankan banyak hal untuk membuatnya. Heuheu... Jika memang tidak akan dipakai dan memang ada tim yang akan bikin (karena aku bukan panitia) kenapa harus rikues dan sampai harus revisi beberapa kali. Sejak awal ga usah rekues aja kalo gitu.

Tapi kemudian aku menyadari bahwasannya ini adalah ujian keikhlasan. Ternyata untuk ujian yang masih sederhana ini, sulit untuk ikhlas, bagaimana dengan ujian yang lebih besar?!?!
Aku berusaha untuk berpikir positif (meskipun kadang nafsu membisikkan hal jelek untuk marah) ... Aku mengusahakan untuk menanamkan pada hati bahwasannya tidak ada kebaikan yang sia-sia. Walaupun tidak jadi dipakai, waktu yang telah dihabiskan untuk membuatnya semoga tetap dinilai Allah sebagai kebaikan. Tidak ada yang hilang in shaa Allah. Syaratnya, selama ikhlas. Nah pertanyaannya, apa aku sudah ikhlas?! 

Memang, ikhlas itu sesuatu yang tidak mudah. Seperti mencari setitik biji sawi di goa yang gelap di malam hari. Berat banget. Aku sendiri masih tertatih dan terseok-seok untuk bisa mengikhlaskan niat, mengikhlaskan amal dan segalanya hanya semata karena-Nya. Masih jauuuuuh banget. Dan syaithan selalu membisikkan dan berupaya mengajak pada ketidak-ikhlasan. Dan tugas kita pula untuk melawan itu semua. Aku berdo'a semoga aku, kamu dan kita semua dijadikan-Nya hamba yang ikhlas. Aamiin.
Read More

Reward Stiker Bintang


⭐BINTANG⭐
=====
Bagi kita orang dewasa, "reward" berupa stiker bintang mungkin tak berarti apa-apa. Tapi, bagi mereka anak-anak, mendapat reward bintang sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka bahagia, Tabarakallah. Meski, tidak ada hadiah berupa benda. Mendapat 1 bintang besar setelah berhasil mengumpulkan 14 bintang kecil, sudah cukup untuk melejitkan semangat mereka, Ma shaa Allah.
.
.
Dengan begini mungkin kita akan mengerti, bahwasannya tak layak menyejajarkan pemikiran kita dengan anak-anak. Sebagaimana kita dan mereka tak sepersepsi dalam memandang stiker bintang itu. Mereka--tetaplah anak-anak--dengan kepolosan sekaligus semangat untuk bereksplorasi, bukan sosok dewasa yang terperangkap dalam dalam tubuh kecil. Sering kali mereka bukan menyengaja membuat sesuatu yang memantik emosi kita, akan tetapi murni karena mereka belum mengerti tentang apa yang mereka kerjakan berikut akibatnya. Maka, sungguh tak elok rasanya, jika kita marah oleh sebab anak tersalah, sementara mereka belum mengerti di mana letak salah mereka. Pada jiwa-jiwa polos itu hanya terbersit rasa ingin tahu, tanpa terpikirkan akibat. Karena mereka belum mengerti. Dan tugas kitalah sebagai orang tua, mengajarkan apa yang layak apa yang tidak, apa yang elok dan apa buruk. Barulah setelah mengerti, kita boleh marah ketika salag. Akan tetapi, marah tentu tidak sama dengan amarah. Marah yang pada koridor tepat tentunya.
.
.
Semoga kita bisa menjadi lebih baik, dalam menata emosi ketika membersamai jiwa-jiwa bening itu. Mereka anugrah, sekaligus amanah yang Allah mintai pertanggungjawabannya. Sebaliknya, jangan pernah berputus asa, apalagi beranggapan menjadi orang tua yang buruk ketika salah demi salah telah kita lakukan pada mereka. Karena tidak mungkin kita akan selalu benar. Pasti tersalah. Pasti tersalah. Dan pasti pernah alfa. Karena kita manusia, tempatnya salah, sarangnya lupa. Maafkan diri sendiri, meminta maaf pada mereka dan perbaiki kesalahan kita. Mintalah pada Allah, agar DIA memperbaiki lisan dan akhlak kita terhadap mereka dan mintakan pula agar Allah memperbaiki akhlak mereka, menjaga, menanamkan hidayah dan jalan dan lurus pada hati mereka. Tiadalah sebaik-baik penjaga selain  DIA. Dan hanya di sisi-Nya-lah hidayah itu berada.
.
.
#NtMS
#renungan
#MenasihatiDiri
Read More

Instan

Aku termasuk yang berbahagia ketika pertama kali juice ini launching; 100% orange. Enaak banget kaan, bisa menikmati jus tanpa bersusah payah membuatnya sendiri. Kalau ada yang mudah, mengapa pilih yang susah? Ekekeke... Berbeda dengan ayah Aafiya @ildenabineri. Beliau lebih prefer, segala sesuatu yang memang diproses. Lebih prefer bikin juice sendiri dari pada beli yang sudah jadi. Dan lebih prefer yang langsung dimakan dari buahnya, dari pada dibikin jus. Dan memang pada kenyataannya, yang mengalami proses lebih lezat dari pada yang sekali jadi.
.
.
Instan.
Begitu kita menyebutnya.
Instan itu memang mudah. Tidak butuh proses panjang. Dan langsung jadi. Tapi, selalu saja yang instan tidak pernah lebih baik dari pada yang mengalami proses panjang. Keberhasilan yang instan jarang yang bertahan lama dibanding ada proses berpeluh payah. Instan berarti melewatkan banyak pengalaman dalam proses yang kebanyakan justru lebih berharga ketimbang hasil yang diperoleh. Mendidik anak misalnya, tak pernah bisa instan apatah lagi mengharapkan ada hasil instan. Tapi, bayarannya sangat mahal yaitu sebagai investasi akhirat; ketika segala amal terputus, do'a mereka menjadi jariyah yang mengalir tanpa batas. Pemimpin yang karbitan, jelas tak sebaik pemimpin yang mengalami proses panjang untuk sampai pada posisinya saat ini. Lebih sederhana lagi, memasak dengan bumbu instan takkan pernah bisa menyamai cita rasa bumbu original yang melewati proses yang lebih panjang. Apapun itu, yang instan memang tertinggal jauh dari yang menjalankan proses tempaan yang mungkin melelahkan.
.
.
Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.
Begitu bunyi pepatah yang menyesatkan yang pernah kita dengar. Tidak semudah itu tentunya! Selain di dunia ini ada "kabad"nya, jelas ... surga yang menjadi cita-cita seluruh umat islam tidak pernah didapat dengan cara instan seperti itu. Sedangkan untuk hal duniawi saja tidak bisa instan, apalagi untuk menggapai surga. Sudah semestinya upaya dan prosesnya lebih-lebih. Semoga kita sama-sama berlomba-lomba untuk tempat pulang terbaik ini. Jika aku tersalah, mohon diingatkan. Oleh sebab aku menuliskan ini, bukan berarti aku lebih baik. Aku juga sepertimu--sama-sama sedang berjuang, dihampiri kelalaian, dan terjatuh bangun--dan bahkan kamu (iyaa kamu yang sedang baca ini) jauh lebih baik dariku yang menuliskan. Asalkan kita tidak pernah putus asa dari mengharapkan-Nya, in shaa Allah semua itu akan menjadi bagian dari proses. Semoga Allah senantiasa menunjukkan kita taufik dan hidayah-Nya pada jalan yang terbaik dan jalan yang benar. Aamiin.
Read More

Pesan Cinta di Surat Thaa-haa Ayat 132

Dalam surat Thaa-Haa ayat 132 ini tafsirannya adalah: maksudnya himbaulah keluargamu untuk mendirikan shalat, doronglah mereka untuk shalat, baik yang wajib maupun sunnah. اَلْأَمْرُ بِالشَّيْءِ أَمْرٌ بِجَمِيْعِ مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلَّا بِهِ (Perintah kepada se-suatu, berarti memerintahkan segala sesuatu yang mana suatu yang wajib tidak akan sempurna kecuali dengannya). Maka ia juga menjadi perintah mengajari anggota keluarga tentang perkara-perkara yang memperbaiki shalat dan merusaknya serta yang menyempurnakannya وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا "dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya," yaitu mengerjakan shalat dengan menegakkannya dengan me-nyempurnakan batasan-batasan aturannya, rukun-rukunnya, [adab-adabnya], dan unsur khusyu'nya.

Sesungguhnya hal itu berat dirasakan oleh jiwa manusia. Akan tetapi, sepatutnya seseorang memaksakan diri dan berusaha keras untuk mengerjakannya dan selalu bersabar dengan ibadah ini. Sesungguhnya seorang hamba, jika dia benar menegakkan shalatnya sesuai dengan yang diperintahkan, maka dengan urusan agama yang lainnya, niscaya dia akan lebih menjaga dan tekun mengerjakannya. Jika dia menyia-nyiakannya, maka dia akan lebih menyia-nyiakan perintah agama yang lainnya. Kemudian Allah (memberitahukan) tentang jaminan rizki bagi Rasulullah, agar perhatian kepadanya tidak menyibukkan beliau dari tugas menegak-kan agamaNya. Allah berfirman, نَحْنُ نَرْزُقُكَ  "Kamilah yang memberi rizki kepadamu," maksudnya rizkimu menjadi tanggungan Kami. Kami yang menanggung sebagaimana Kami bertanggung jawab atas rizki bagi semua makhluk. Bagaimana dengan orang yang melaksanakan perintah Kami dan sibuk dengan mengingat Kami?! (Sudah tentu Kami lebih menjaminnya). Curahan rizki Allah itu umum, merata bagi orang yang bertakwa dan tidak. Maka, seyogyanya diperhatikan hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan yang abadi, yaitu ketakwaan. Oleh karena itu, Allah berfirman, وَالْعَاقِبَةُ  "Dan akibat (yang baik)," di dunia dan akhirat لِلتَّقْوَى "adalah bagi orang yang bertakwa," yang hakikatnya yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Siapa saja yang merealisasikannya, niscaya dia mendapatkan kesudahan yang baik.

Seperti Firman Allah,
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
"Dan akibat (yang baik) bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-A'raf: 128). 
(Tafsir As Sa'adi dari aplikasi Tadabbur)

====
Perintah untuk menyuruh anak shalat yang tegas adalah ketika anak berusia 10 tahun. Jika masih tidak mau, maka boleh dipukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan, tidak menimbulkan trauma, bukan di wajah, dan bukan di bagian tubuh yang membahayakan.

Akan tetapi, sebelum usia 10 tahun ini, ada tahap pembiasaan dulu, selama 3 tahun yaitu dari usia 7 tahun. Pada usia ini hendaklah anak ajarkan untuk ikut shalat.

Dan sebelum usia 7 tahun, hendaklah orang tua sudah mengajarkan tentang shalat; tatacaranya, hal yang membatalkannya, rukunnya, syarat sahnya. Anak telah dibekali segala sesuatu yang berkaitan dengan shalat.

Dan, sebelum dibekali; hendaklah orang tua mengenalkan terlebih dahulu. Jadikan ia cinta terlebih dahulu dengan ibadah yang kita ingin biasakan. 

Jangan sampai menjadikan ibadah sebagai hukuman jika anak bersalah. Misal menjadikan hafalan Al Qur'an atau ibadah lainnya sebagai hukuman karena itu bisa jadi menimbulkan ketidaksukaan anak terhadap hafalan atau amal ibadah tersebut.
Dan sebelum itu semua, ada do'a yang kita panjatkan kepada-Nya agar dijadikan-Nya anak-anak kita adalah anak yang mendirikan shalat sebagaimana do'a nabi Ibrahim.


Semoga Allah jadikan kita semua bagian dari orang-orang shalih dan diwafatkan dalam keadaan muslim, dan cita-cita tertinggi dimasukkan ke dalam surga-Nya. Aamiin.

===
Resume kajiantamasya prophetic parenting yang disampaikan oleh Ustadz DR Hakimudin Salim, Lc, MA
Read More

Kabad

Ayam bakar ini adalah makanan favorit kakak Aafiya. Sering kali si Kakak request, tapi emaknya tidak selalu bisa mengabulkan. Mengapa? Bagiku butuh perjuangan lebih untuk bisa memenuhinya. Jika ini di Indonesia, mungkin order online di restaurant Padang jadi pilihan. Tapi, di sini tak mungkin order online setiap saat tentunya. Mana ada restonya. Hehe. Nasib baiknya, karena tinggal di perantauan, mau tidak mau apapun yang dipengen anak-anak mostly harus masak sendiri, alhasil masakan emak (bagaimanapun rasanya) tetap menjadi favorit anak-anak. Tidak ada pembanding soalnya. Wkwkwk.

Jadi, untuk membuat ayam bakar ini ada 3 tahap: dioven, dimasak dengan bumbu baru kemudian dibakar, which is sama dengan memasak 3x bagiku. Untuk yang tidak memiliki hobbi memasak, jelas ini effort nya luar biasa. Hehe.

Ya, sejatinya begitulah kehidupan. Ia adalah perjuangan. Untuk melewati setiap kesulitan. Seperti yang dijelaskan dalam tafsir surat Al Balad ayat 4 bahwasannya manusia itu diciptakan-Nya dalam "kabad". Kabad berarti kesusahan. Bahwasannya setiap tahapan yang kita lewati, pasti ada kesukarannya. Jalan apapun yang dipilih, pasti akan menjumpai kesulitan. Ini juga sebagai bantahan prasangkaan sebagian orang bahwasannya dunia merupakan tempat bersenang-senang tanpa kesusahan sama sekali. Jalan kemaksiatan maupun jalan ketakwaan, keduanya sama-sama memiliki "kabad". Jadi, jika dua jalan tersebut sama-sama harus menghadapi "kabad", maka pilihan orang cerdas tentulah memilih jalan ketakwaan. Oleh sebab orang cerdas yang sesungguhnya, bukanlah orang yang ber-IQ jenius, bukan pula yang paling terkenal, apatah lagi yang lulus summa cumlaude. Tapi orang cerdas yang sebenarnya adalah yang mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Karena di sanalah kehidupan yang sebenar-benarnya. Sementara, dunia hanyalah persinggahan yang amat sebentar.

====
Untuk ikut kajian tafsir bisa bergabung di @kajiantamasya setiap jum'at yang disampaikan oleh ustadz Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc.

Barakallahu fiikum
Read More

Photography: Ha'ir Lake Park

Alhamdulillaah Allah beri kesempatan berkunjung ke sini, sekitar 65 km dari rumah kami, di selatan kota Riyadh. Jalan menuju Ha'ir ini tidak sebesar jalan menuju kota Makkah (arah ke Barat). Perjalanan yang kami tempuh memakan waktu kurang lebih 1 jam.

Wisata yang ada airnya memang favorit di sini. Kalau di Indonesia mungkin banyak beginian. Tapi di sini langkaa banget. Jadi, biasanya orang-orang pada sukaa. Ma shaa Allah. Dan di sini itu temlat wisata begini gratis tis tis... dan sangat well maintenance ma shaa Allah.. 🤩🤩. Kalau di Indo mungkin udah banyak yang pacaran, banyak "tukang palak" dan mungkin berbayar. Alhamdulillaah di sini gratiiiss dan parkir pun juga gratiiiss.. ma shaa Allah.

Ma shaa Allah.. terasa banget kebesaran Allah. Hanya secuil.. sungguh hanya secuil saja sudah terasa indah di pandangan mata. Apatah lagi surga-Nya. Yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Sungguh keindahan yang takkan dapat tergambarkan oleh kita. Semoga untuk ini, kita bersegera dan berlomba-lomba.

Walau diri ini masih jauh.. 😭😭😭

======
Berikut beberapa jepretan Bunda Aafiya. 
Read More

Photography: Tahu Udang

APO SAMBA?

====
Sewaktu kecil dulu, pertanyaan yang sering dipertanyakan sepulang sekolah, "Apo samba hari ko?" (Apa lauk hari ini?). Jika lauknya disenangi, maka bisa dipastikan hari itu makan dengan lahapnya. Sebaliknya, jika tak disukai, porsi makan akan berkurang setengahnya. Mungkin, waktu itu kita masih belum mengerti tentang arti syukur atas tersedianya makanan di meja makan yang merupakan rizki dari-Nya. Mungkin kita tidak mengetahui, bahwasannya di belahan bumi yang lain, ada yang bahkan tidak tau hendak makan apa di hari itu. Sesederhana apapun itu, semoga yang paling terdepan adalah rasa syukur yang terucap dari lisan kita.
=====

Dari Salamah bin Ubadullah bin Mihshan Al Hazhmiy dari ayahnya yang pernah bersahabat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang di pagi hari dirinya aman, sehat badannya, dan di dekatnya ada makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia telah diberikan kepadanya.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

#NtMS
#NasihatDiri
#PengingatDiri
Read More