~Sate Maranggi~
.
.
Sejujurnya mendengar istilah sate maranggi, baru akhir-akhir ini. Tapi entah kenapa, koq pengeeen banget. Karena ga tau beli di mana di sini, akhirnya kuupayakan untuk membuatnya sendiri. Penuh perjuangan tentunya. Pertama; harus punya effort memasak yang tinggi. Oleh sebab, bukan hobi yang namanya masak, bisa mewujudkan sate maranggi ini tentulah usahanya lebih-lebih. Kedua, aku termasuk yang suka sesuatu yang simpel-simpel aja. Memasak dengan banyak printilan seperti ini tentu tidak mudah untukku. Butuh tekad yang amat sangat kuat. Juga kesabaran tentunya. Tapi, ketika sudah berhasil terwujud, rasa lelahnya terbayar. Meski tidak tau rasa original kayak gimana, setidaknya ini acceptable di lidah, terutama bagi anak-anak. Melihat mereka makan dengan lahap, seluruh kepenatan meluruh. Berganti dengan rasa bahagia. Alhamdulillah binni'mah.
.
.
Ini jadi perenungan tersendiri buatku. Sekaligus menjadi pengingat diri. Ah, untuk mencapai tujuan yang sifatnya duniawi saja--hanya berupa makanan--dibutuhkan upaya yang besar. Maka, apakah layak berharap surga tapi amalan masih minim, terhadap dosa masih mengganggap remeh, tidak menyegerakan taubat dan mengharap segala rahmat-Nya, terhadap waktu masih suka berlalai-lalai? Untuk perkara duniawi saja yang sangat keciiiil sekali harganya dan bahkan dunia ini tidak lebih baik dari sehelai sayap lalat, hanyalah senda gurau belaka, kesenangan yang memperdaya kita mesti upayakan lebih, kita mesti usaha maksimal. Apatah untuk akhirat. Tempat kembali yang sesungguhnya. Kehidupan yang lebih abadi dan sebenar-bemar kehidupan. Harusnya upaya kita jauh lebih besar.
.
.
Tiadalah dunia ini hanyalah kesenangan yang melalaikan. Tentang berlomba-lomba terhadap harta, rumah, kedudukan, mobil mewah. Akan tetapi, seorang muslim yang cerdas tentu tidak akan menukar kesenangan abadi dengan kebahagiaan semu yang tiada nilainya. Apakah kita termasuk muslim tersebut?
.
.
#muhasabahDiri
#ntms
.
.
Sejujurnya mendengar istilah sate maranggi, baru akhir-akhir ini. Tapi entah kenapa, koq pengeeen banget. Karena ga tau beli di mana di sini, akhirnya kuupayakan untuk membuatnya sendiri. Penuh perjuangan tentunya. Pertama; harus punya effort memasak yang tinggi. Oleh sebab, bukan hobi yang namanya masak, bisa mewujudkan sate maranggi ini tentulah usahanya lebih-lebih. Kedua, aku termasuk yang suka sesuatu yang simpel-simpel aja. Memasak dengan banyak printilan seperti ini tentu tidak mudah untukku. Butuh tekad yang amat sangat kuat. Juga kesabaran tentunya. Tapi, ketika sudah berhasil terwujud, rasa lelahnya terbayar. Meski tidak tau rasa original kayak gimana, setidaknya ini acceptable di lidah, terutama bagi anak-anak. Melihat mereka makan dengan lahap, seluruh kepenatan meluruh. Berganti dengan rasa bahagia. Alhamdulillah binni'mah.
.
.
Ini jadi perenungan tersendiri buatku. Sekaligus menjadi pengingat diri. Ah, untuk mencapai tujuan yang sifatnya duniawi saja--hanya berupa makanan--dibutuhkan upaya yang besar. Maka, apakah layak berharap surga tapi amalan masih minim, terhadap dosa masih mengganggap remeh, tidak menyegerakan taubat dan mengharap segala rahmat-Nya, terhadap waktu masih suka berlalai-lalai? Untuk perkara duniawi saja yang sangat keciiiil sekali harganya dan bahkan dunia ini tidak lebih baik dari sehelai sayap lalat, hanyalah senda gurau belaka, kesenangan yang memperdaya kita mesti upayakan lebih, kita mesti usaha maksimal. Apatah untuk akhirat. Tempat kembali yang sesungguhnya. Kehidupan yang lebih abadi dan sebenar-bemar kehidupan. Harusnya upaya kita jauh lebih besar.
.
.
Tiadalah dunia ini hanyalah kesenangan yang melalaikan. Tentang berlomba-lomba terhadap harta, rumah, kedudukan, mobil mewah. Akan tetapi, seorang muslim yang cerdas tentu tidak akan menukar kesenangan abadi dengan kebahagiaan semu yang tiada nilainya. Apakah kita termasuk muslim tersebut?
.
.
#muhasabahDiri
#ntms
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked