Instan

Aku termasuk yang berbahagia ketika pertama kali juice ini launching; 100% orange. Enaak banget kaan, bisa menikmati jus tanpa bersusah payah membuatnya sendiri. Kalau ada yang mudah, mengapa pilih yang susah? Ekekeke... Berbeda dengan ayah Aafiya @ildenabineri. Beliau lebih prefer, segala sesuatu yang memang diproses. Lebih prefer bikin juice sendiri dari pada beli yang sudah jadi. Dan lebih prefer yang langsung dimakan dari buahnya, dari pada dibikin jus. Dan memang pada kenyataannya, yang mengalami proses lebih lezat dari pada yang sekali jadi.
.
.
Instan.
Begitu kita menyebutnya.
Instan itu memang mudah. Tidak butuh proses panjang. Dan langsung jadi. Tapi, selalu saja yang instan tidak pernah lebih baik dari pada yang mengalami proses panjang. Keberhasilan yang instan jarang yang bertahan lama dibanding ada proses berpeluh payah. Instan berarti melewatkan banyak pengalaman dalam proses yang kebanyakan justru lebih berharga ketimbang hasil yang diperoleh. Mendidik anak misalnya, tak pernah bisa instan apatah lagi mengharapkan ada hasil instan. Tapi, bayarannya sangat mahal yaitu sebagai investasi akhirat; ketika segala amal terputus, do'a mereka menjadi jariyah yang mengalir tanpa batas. Pemimpin yang karbitan, jelas tak sebaik pemimpin yang mengalami proses panjang untuk sampai pada posisinya saat ini. Lebih sederhana lagi, memasak dengan bumbu instan takkan pernah bisa menyamai cita rasa bumbu original yang melewati proses yang lebih panjang. Apapun itu, yang instan memang tertinggal jauh dari yang menjalankan proses tempaan yang mungkin melelahkan.
.
.
Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.
Begitu bunyi pepatah yang menyesatkan yang pernah kita dengar. Tidak semudah itu tentunya! Selain di dunia ini ada "kabad"nya, jelas ... surga yang menjadi cita-cita seluruh umat islam tidak pernah didapat dengan cara instan seperti itu. Sedangkan untuk hal duniawi saja tidak bisa instan, apalagi untuk menggapai surga. Sudah semestinya upaya dan prosesnya lebih-lebih. Semoga kita sama-sama berlomba-lomba untuk tempat pulang terbaik ini. Jika aku tersalah, mohon diingatkan. Oleh sebab aku menuliskan ini, bukan berarti aku lebih baik. Aku juga sepertimu--sama-sama sedang berjuang, dihampiri kelalaian, dan terjatuh bangun--dan bahkan kamu (iyaa kamu yang sedang baca ini) jauh lebih baik dariku yang menuliskan. Asalkan kita tidak pernah putus asa dari mengharapkan-Nya, in shaa Allah semua itu akan menjadi bagian dari proses. Semoga Allah senantiasa menunjukkan kita taufik dan hidayah-Nya pada jalan yang terbaik dan jalan yang benar. Aamiin.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked