Misteri Kerudung Dusty Pink

Suatu ketika (sudah agak lama) kejadiannya sih. Pas survey sekolah kakak dulu. Kakak pas berangkat pakek kerudung. Kerudung dusty pink paling favorit deeh pokoknya. Kita kebetulan survey di dua sekolah kala itu.

Pas balik, ehh ternyata kerudungnya kakak udah ga ada. Ga tau jatuhnya di mana. Sediih? Iyaa. Apalagi itu kerudung emang favorit banget.

Ternyata (meski hanya) selembar kerudung saja, kehilangannya bisa bikin kita sedih yaaa. Apalagi kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga. Keluarga. Sahabat dalam kebaikan. Hidayah. Huhu.. Na'udzubillaah.

Akhirnya kita mulai "mengikhlaskan" kerudung itu. Berarti jatahnya bersama kita hanya sampai segitu sahaja.

Daaaan, lebih dari 1 minggu berlalu. Tiba-tiba pas ngejemput kakak sekolah, pintu mobil diketuk bapak penjaga sekolah. Dan dia bilang, "ini punya anak kamu kan?" Sambil menyerahkan selembar kerudung dusty pink yang sudah mulai kami ikhlaskan kemarin. Ya Allah... rasanya senang sekalii. Alhamdulillaaaah. Ga menyangka kerudung itu bakalan balik lagi.
"Kemarin jatuh jadi saya amankan." Begitu kira-kira translate an yang dibilang si bapaknya. Ga nyangka juga bapaknya mengingat kami. Mungkin karena kami memang bukan orang arab dan cuma Kakak yang pakek kerudung ke sekolah waktu itu. Maklum kebiasaan di sini kan anak belum dipakaikan kerudung. Jadi dia langsung recognize kali yaa. Hehehe...


Pelajaran berharga. Tentang Rizki. Ini pembuktian berkali-kali bahwa kita tak perlu mengkhawatirkan rizki-Nya. Jika memang menjadi milik kita, maka rizki akan menemukan jalannya sendiri menuju kita. Sebaliknya, sekuat apapun kita berusaha mempertahankan, jika bukan rizkinya kita pasti akan terlepas juga. Ini mengajariku tentang bagaimana bertawakkal. Sebab, diri ini sering kali lebih mengkhawatirkan sesuatu yang telah dijamin-Nya (rizki) ketimbang sesuatu yang tiada jaminannya (tentang bagaimana nasib kelak di hari setelah kehidupan dunia), apakah pada keberuntungan terbesar atau sesengsara-sengsaranya tempat (na'uzdubillah). Seharusnya, ini lebih aku khawatirka
Read More

Star of the Week



Photo yang Di share bu Gurunya kakak di app Dojo
Di Sekolah Kakak (dan kebanyakan sekolah di sini lainnya) ada program yang namanya "Star of the Week". Jadi setiap minggu dipilih siapa yang jadi bintangnya. Syaratnya ada beberapa poin. Poinnya adalah yang datang tepat waktu dan ga pulang awal, mengerjakan PR tepat waktu, mengikuti apa yang dibilang guru, mau membantu sesama, mengikuti classroom rules dan memakai seragam (berhubung ada yang ke sekolah belum pakek seragam hehe). Program ini baru diaplikasikab setelah 1 minggu kakak masuk sekolah di minggu ketujuh (kakak masuk ke sekolah di minggu ke 6).


Kata teman-teman yang sudah lebih dahulu menyekolahkan anak, ketika anaknya jadi star of the week malah rempong nyiapin gift buat teman-temannya. Hihi. Iya, ketika jadi star of the week, si anak dipersilahkan untuk "celebrate" kesuksesannya ketika menjadi star of the week dengan berbagi hadiah kepada temannya. Hadiahnya ga dituntut yang mahal-mahal sebenarnya. Just a small educative toys. Semacam itulah. Hehehe...

Ternyata bagi Kakak, star of the week itu bermakna besar. Iyalah yaa ... kayak serasa dapat peringkat satu di kelas semasa kita sekolah dulu kali yaaa. Hehehe... Meskipuuuun, kami berusaha untuk tidak menjadikan akademis sebagai tujuan satu-satunya. Tapii, star of the week ternyata jadi motivasi tersendiri buat kakak Aafiya.

Suatu hari kakak bilang, "Bunda, jadi star of the week itu gimana?"
"Yang datangnya ga telat, PD dan berani waktu ditanya bu Guru, mau share dan membantu teman, rajin bikin PR." Aku jelaskan.
"Kakak mau jadi star of the week, Nda."
"Ma shaa Allah. In shaa Allah nanti kakak bisa jadi star of the week."

Ternyata ada motivasi muncul dalam diri kakak, ma shaa Allah. Pulang sekolah, kami berharap dia tidur siang dulu tapi dia malah semangat ngerjain PR. Emaknya malah yang bilang, "ntar aja ngerjain PR nya, kakak bobo dulu aja." Tapi anaknya kekeuh mau bikin PR. Hehe.. Ma shaa Allah.
So far, kami memang tak memaksa kakak bikin PR. Masih TK soalnya. Kalau sudah SD dan usianya memang sudah usia sekolah, baru deh boleh sedikit "memaksa" bikin PR kalau anaknya males-malesan. Kalau sekarang, jika anaknya mau alhamdulillaah. Kalau enggak yasudah. Hehe.

Pulang sekolah di hari kamis, kakak bilang, "Bund, minggu ini yang jadi star of the week nya adalah Omar."
"Ma shaa Allah..."
"Kakak nanti juga jadi star of the week kan Nda? Pas Aaisha jadi star of the week, dia dapat mahkota dari Teacher."
Sampai suatu ketika kami belikan dia mahkota juga, bikin celebrate ala-ala sekolah gitu dan kami bilang, bahwa kakak adalah star of the week, star of the day ayah dan bunda. Walaupun kakak belum jadi star of the week di sekolah, kakak tetap jadi star of the week ayah bunda. Begitu kami katakan kepada kakak.

Minggu ini kakak pulang dengan wajah ceria. Kakak bilang, "Ayah Bunda, tadi bu guru bilang 'I will put Nasamah be next star of the week. Yee, kakak jadi star of the week jugaaa..." kakak senang banget ma shaa Allah.
"Say Alhamdulillaah sayang. Mabruuk yaaa... We proud of you."
Akhirnya cita-cita kecil kakak tercapai juga. Alhamdulillaah.

Satu hal yang kami syukuri adalah motivasi yang hadir dalam diri kakak untuk menggapai sesuatu impian ternyata bikin dia semangat untuk mencapainya. Semangat yang hadir dari dalam dirinya sendiri. Bukan karena kami suruh. Ma shaa Allah. Kami tak pernah menuntutnya untuk jadi star of the week. Tapi keinginan itu muncul dari dalam dirinya sendiri

Barakallah kakak.
Do'akan ayah bunda bisa menjadi orang tua yang lebih baik. We love you ❤😘 
Read More