Just Wanna Share

Sudah lama sekali rasanya aku tidak menulis. Wa bil khusus, nulis di Blog. Ini sudah pertengahan Juli. Dan ini baru postingan yang perdana... Ckckck... Dahsyat...

Ada dua alasan utama kenapa tidak ngeblog. Pertama, bolak-balik Depok-Slipi (yang jika disertai macet bisa menghabiskan wakt bolak-balik 4 jam/hari) dan kegiatan PKL yang cukup menguras pikiran, tenaga, uang dan emosi, hehe. Dan alasan yang kedua, kondisi tubuh yang tiba-tiba nge-drop banget karena kecapean. Dua kali cek lab, pertama dugaannya tifoid atau DBD, lalu dugaan terakhir adalah hepatitis. Tapi tak satu pun dari diagnosa dokternya yang tepat sasaran.
Kelelahan.  Dan nge-drop sampai Leukosit jadi turun drastis.  *mungkin perlu terapi Leukokine barangkali? Hahaha... *becanda... Just need bedrest sebenarnya. Tapi mana mungkin bedrest, perjalanan Depok-Slipi dan Kegiatan di rumah sakit mana pernah santai. Mana kasus yang dipelajari juga dahsyat. Bahkan Rekam Mediknya untuk satu pasien sampai 5 dokumen dengan ketebalan masing-masing adalah setebel kamus Hasan Sadiliy. (ko parameternya kamus hasan sadily yah? Hehe..). Ditambah lagi tulisan yang ada di dalamnya sangat tidak bersahabat untuk dibaca. Lengkap sudah! Bahkan sebenarnya hari Minggu pun ndak libur buat kami. Tapi, karena aku nge-drop, akhirnya aku harus terkapar di atas tempat tidur sampai hari seninnya. Masya Allah...

Kapankah terakhir kalinya aku ke dokter? Bahkan aku tak ingat lagi, kapan terakhir kali aku ke dokter. Sepertinya tahun 2008. Iya, sepertinya. Atau 2009 awal? Ahh, aku lupaa. Kalo ke rumah sakit sih sudah sering, ketemu dokter sih sudah sering banget. Tapi, aku sebagai pasiennya memang sudah sangat lamaaaaa. Sampailah pada hari di mana aku bener-bener tepar.
Berasa sekali nikmat kesehatan itu begitu berharga. Apalagi di saat-saat di Rumah Sakit. Perlu stamina yang fit. Dengan kondisi yang sehat saja, belum tentu bisa menjalankan kegiatan di Rumah Sakit dan perjalanan yang menguras energi begitu dengan baik. Apalagi di saat sakit. Jadi sangat wajarlah pada akhirnya aku nda pulih-pulih, karena terus tervorsir begitu...

Tapi, sesungguhnya banyaaaaaaaaaaaaak sekali reminders nya di Rumah Sakit. Apalagi di Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional di mana semua pasiennya adalah Kanker dengan berbagai Jenis. Masya Allah... Sangat berharga sekali nikmat sehat itu... Sekali terdiagnosa kanker, maka akan menguras sekian banyak energi, uang, emosi dan segalanya. Sekali kemoterapi, menghabiskan lebih kurang 13 juta. Belum lagi rawat inap, cek lab yang tidak murah. dan Medical cek Up lainnya. Apalagi sudah melibatkan peralatan canggih. Otomatis saja juga menuntut bayaran lebih. Kalo kemoterapinya menggunakan obat tertarget, satu obat saja harganya 18 juta. Kadang harus menggunakan 3 jenis obat. Kemoterapi, pasti harus dikombinasi, pada umumnya. Dengan 2 atau 3 regimen obat. Satu paket kemoterapi, bisa sampai 6 siklus. Silahkan kalikan saja 13 juta dengan 6 atau 8 kali. Belum lagi, biaya ini itu. Biaya keluarga yg nungguin di rumah sakit? Waahh... lengkap. Penangana after effect nya?? Hwaaa....

Sedih sekali rasanya mendapati pasien-pasien itu, yang mereka sudah kehilangan harapan hidup. Salah satu pasien yang aku pelajari riwayat pengobatannya, baru berumur 36 tahun, tapi masya Allah, kanker telah menguras habis seluruh hidup dan tubuhnya. Pasien itu sudah kelihatan berumur 70 tahun. Kurus bangeet. Dan ternyata kancer nya sudah bermetastase ke tulang, ke otak. Kanker yang progresif. Kata dokter yang menangani pasiennya, si pasien tersebut sudah tak lagi bisa di-kuratif. Hanya terapi paliatif saja. "Kita hanya berusaha bagaimana kualitas hidup pasien meningkat dan pasien meninggal dengan tenang, bukan dengan kesakitan." begitu kata dokter. Masya Allah... sedihnyaa...

Dari segi kefarmasian sih aku seneng banget di sini. Farmasis klinisnya bagusss bangeeettt... Dan di sini, profesinya saling terintegrasi. Aku suka ini. Dokter bedah onkologi tidak memberikan kemoterapi, tidak seperti di rumah sakit lainnya. Obat-obat kemoterapi hanya diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam konsulen hematologi onkologi. Jadi, kualitas hidup pasien benar-benar dijamin. Obatnya, memang diurusin semua oleh farmasis. Farmasis berhak memberikan rekomendasi dan menganalisa pengobatan pasien. Pokonya aku teh suka bangeeettt sama sistem yang terintegrasi begini. Dokter, apoteker, perawatnya memang the best choice semua. Pinter-pinter. Dan bagus-bagus. Jika tidak dalam kondisi sakit, ingin sekali rasanya aku wara-wiri ke sana ke mari di RSKD ini. Hehe... Yang lebih menarik lagi, di ruang rawat anak. Waahhh, kaya TK ajah. Di dindingnya penuh gambar-gambar. Penuh boneka. Peunh mainan. Pokonya rumah sakit dibikin senyaman mungkin sehingga anak tidak merasa seperti di rumah sakit. Kemoterapinya dibikin kaya pesawat2an sehingga ketika dikemo anak ngerasa sedang main-main...

Banyak hal yang sebenarnya ingin aku ceritakan lagi. Hehe... Tapi, aku belum sepenuhnya pulih. Nulisnya juga acakadut banget. Hehe.. Nda rapih aku nulisnya kali ini kan yah?
Satu hal yang paling penting yang pengin aku sampaikan (untukku terutama), bahwa betapa berharganya nikmat sehat ituu... MAka, JANGAN PERNAH SIAKAN. Karena semahal-mahalnya sehat, sakit itu jauh lebih mahal harga yang harus kita keluarkan. Semoga Allah segera menyembuhkan... Aamiin....

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked