"Bund, jalan yok nyari sarapan." Ajak suami pagi jum'at ini.
"Hayuuuuk ... 🤩🤩🤩" dengan penuh semangaaat langsung mengenakan kaos kaki, abaya, jilbab dan jaket. Btw, kebiasaan memasang kaos kaki terlebih dahulu ini sudah menjadi pertanyaan akhwat wisma sejak dulu hingga sering terbawa hingga sekarang. Hehe. Mereka pada heran, kenapa dalam urutan berpakaian, malah kaos kaki yang paling pertama 😂 yang mana normally itu menjadi urutan terakhir. Hehehe. Entah kenapa, lebih nyaman aja kalau pakai kaos kaki dulu baru yang lain-lain.
Awalnya kami mau jalan berdua aja. Beberapa kali kami jalan berdua aja, pas anak-anak lagi tidur. Hehehe. Pacaran judulnya. Tapi, pas mau berangkat, Maryam bangun. Akhirnya kami berangkat bertiga. Kakak dan uni masih tidur. Uni tidur lagi habis subuh mumpung weekend xixixi. Biasanya abis subuh langsung siap-siap berangkat sekolah.
Momen jalan bareng ini adalah momen yang sangat menyenangkan. Meski cuma keliling sebentar. Bukan tentang ke mananya, melainkan bersama siapanya hehe. Kadang kita baru menentukan mau ke mananya setelah mobil berjalan. Xixixixi... Seperti pagi ini. Awalnya suami mau beli J.Co aja. Aku okeh-okeh aja sebenarnya. Tapi kami juga sudah beli J.Co sebelumnya. Jadinya terlalu sering kan. Lalu aku memberi usulan gimana kalo ke Baqala Karisma aja. Di sana jual jajanan dan sarapan pagi-pagi. Agak jauh sih tapi akhirnya suami okeh untuk ke Karisma.
Qadarullaah sampai di Karisma baqalanya masih tutup. Padahal biasanya di sana ada bubur ayam yang rasanya lumayaan enaaak. Akhirnya kami memutuskan ke Karisma 2 yang ada di area Ar-Rayan. Ga begitu jauh dari Karisma yang ada di deket taman Ibn Qassim atau taman asri kami menyebutnya. Tapi qadarullaah baqalanya juga masih tutup. Restauran bandar jakarta yang ada di sebelahnya pun juga masih tutup. Yasudahlah. Akhirnya kami berniat untuk pulang sahaja. Meskipun belum dapat sarapan, tidak apa-apa. Jalan bareng aja udah menyenangkaan koq. Hehe. Sarapan cuma bonus aja. Hihi.
Tiba-tiba aku ingat salah satu warung makan malaysia yang ga begitu jauh dari Ar Rayyan. Sebut saja namanya X. Mumpung jaraknya cuma 1.5 km dari lokasi kami, aku berpikir apa gak sekalian coba mampir aja. Akhirnya kami mampir ke sana. Alhamdulillaah sudah buka. Kami memesan lontong sayur 2 porsi, 1 nasi lemak dan snack 2 pcs. Tapi, tak disangka harganya selangit bangeeeettt subhanallaah. Padahal restaurannya juga biasa aja. Enggak yang restaurant yang cozy-cozy gitu. Mirip-mirip dengan restaurant Indonesia juga.
Lontong sayur dibanderol dengan harga 26 SAR (sekitar 100rb rupiah). Padahal kalau di baqala Indonesia harga 6 SAR saja (sekitar 22rb rupiah). Soal rasa pun, sejujurnya tidak jauh lebih enak dari lontong sayur yang ada di baqala. Tadinya aku espektasi harganya 10-15 riyal aja. Dan itu pun harusnya udah mahal. Karena kan isinya mostly sayuran aja. Di baqala aja lontong sayurnya harga 6 riyal udah ada telornya. Ini yang harga 26 riyal, malah ga ada telurnya 😅. Bahkan restaurant Malaysia yang ada di Makkah (tutup pas pandemi) yang secara harga sewa tempat kayaknya lebih mahal yang di Makkah ini karena lokasinya tepat di depan Masjid Al Haram, tapi harga makanannya lebih murah dibanding restaurant X tersebut. Kalau ada slogan "ada harga ada rupa", kalau yang ini lebih cocoknya "ada harga, ga ada rupa" kata suami.. hehehehe.
Ya, akhirnya kita cuma bisa geleng-geleng aja. Masaa ngasih harga koq kayak ga masuk akal gitu. Subhanallaah.
Alhamdulillaah 'ala kulli haal. Qadarullaaha ma shaa a fa'al. In shaa Allah jadi pelajaran buat kami.
🥣🥣🥣🥣🥣🥣
Pelajaran berharga;
Manusia sering kali menyukai "kebahagiaan yang disegerakan".
Ada yang beli, "diporotin" dengan harga selangit. Iya, awalnya dapat uang banyak dengan ngasih harga tinggi. Tapi, konsumen tidak akan mau datang lagi untuk kedua kalinya. Cukup sekali aja. Udah gitu, jangan lupa "the power of mouth". Cerita dari satu mulut ke mulut yang lain. Suatu produk bisa mencapai penjualan yang tinggi dengan power cerita mulut ke mulut ini. Jadi bukan ga mungkin juga suatu produk akan jatuh dengan power cerita mulut ke mulut ini jika ternyata ga sesuai dengan espektasi konsumen.
Aku jadi teringat sama seorang penjual sate gerobak. Sejak aku TK hingga kini, sate gerobaknya masih gitu-gitu aja. Tidak berubah yang berarti. Jadi ceritanya, dulu sate itu sempat mengalami masa jaya. Ketika satenya laku keras. Tapi, sayangnya penjualnya kurang dalam manajemen penjualan. Saat laku keras, penjual suka mendeskriditkan pembeli. Pembeli yang belinya dalam jumlah banyak, didahulukan meski datang belakangan. Sementara yang datang duluan, karena belinya dikit ga dilayani sama sekali. Nyelekit banget. Pas laku keras juga, mulai perlahan-lahan porsi dikurangi. Jadinya lama-lama konsumen akhirnya realize dan mulai meninggalkan sate gerobak tersebut. Apalagi mulai bermunculan gerobak sate lainnya. Aah, jika saja pelayanan konsumen diperhatikan. Adil dalam menjual, tidak mementingkan atau mendahulukan yang beli dalam jumlah banyak aja mungkin pembeli juga akan loyal. Belum tentu sekarang dia yang beli sedikit, besok akan beli sedikit juga. Jangan-jangan dia baru trial doang kan. Dan lagi, kalau kualitas tidak dipertahankan dan malah dikurangi, konsumen akhirnya jadi sebel kan. Jika saja penjual sate gerobak ini bisa mempertahankan kualitas dan bersikap baik sama konsumen, mungkin ia telah bisa mengembangkan bisnisnya dengan buka cabang di mana-mana. Tapi karena manajemennyanh buruk dan hanya ingin "kebahagiaan yang disegerakan", akhirnya begitu begitu aja kaan.
Ini jadi pelajaran buatku terutama. Apalagi jika suatu saat pengen bikin usaha misalnya. Aamiin 🤩🤩🤩