RUMAH SAKIT DAN ORANG TUA
suatu pagi menjelang siang, di Rumah sakit.
setelah mengantri begitu panjang dan berjam-jam, akhirnya aku berhasil menduduki bangku putih berlabel poli penyakit dalam ini. fiufffff... kehembuskan nafas lega. akhirnyaaaa,.. sampai jua di tempat ini. kendatipun masih menunggu antrian tahap dua, untuk memasuki ruang konsul.
kuamati sekeliling, lebih kurang 150 pasien juga 'bernasib' sama dengan ku, menunggu dan terus menunggu.(untung saja aku bawa buku bacaan, pengusir sepi dan jenuh sambil nimba ilmu).
tiba-tiba :
"Hey, orang tua goblok! sudah saya bilang tolong cek lagi ke labor! sana!! mada bana mah! (Bawel banget sih?) " Ucapan perawat itu keras, hingga untuk ukuran ruangan poli penyakit dalam terdengar sangat keras sekali. aku terdongak kaget dari bacaan ku. Masya Allah, seorang nenek tua dengan wajah sangat lelah bercampur marah. Kulihat, ada genangan air disudut matanya.
"awak dek indak mangarati Buk. makonyo awak batanyo" (karena saya tidak mengerti, Bu, makanya saya bertanya)
"haaa, indak juo mangarati lai??? %$#@#%(^&(###!!!!!" wajah perawat itu sudah merah padam kulihat. sementara nenek tua dihadapannya terpaku. Kasihaaaan.
Bukankah keramahtamahan adalah bagian dari "obat" bagi yang sakit, penawar bagi hati yang gundah. Embun dikala dahaga? Dan, ini sudah sangat fenomenal sekali di Rumah Sakit. Seharusnya Rumah sakit sebagai tempat untuk menyembuhkan, balah mengalami disfungsi. Menjadi tempat penambah sakit!...
bukan hanya kepada nenek itu saja, tapi hampir semua orang mengerutu mendengar ucapannya yang kasar, judes, tak bersahabat, dan bernada berkuasa. Meski ini tak bisa pula di generalisasi karena banyak juga yang ramah-ramah, namun, kebanyakan dari pelayanan rumah sakit umum seperti itu. apalagi mentang-mentang pasien gratisan. Padahal, ASKES wajib itu kan PNS nya pada bayar? yang lebih kasihannya, yang megang ASKESKIN. Mereka 'kenyang' dengan kata-kata yg tak enak utk didengar, dan dirasa dengan sudut hati. enak saja di oper kemana-mana, seperti bola kaki. Tapi, posisi akan berubah 'aman' jika sudah masuk ruang konsul. yahh,... dokternya ramah-ramah siy....
Kulihat, nenek tua yang ringkih itu tertatih berjalan. sangat pelan, dan seolah-olah hampir jatuh. badannya gemetaran. sementara dia datang ke rumah sakit ini sendirian. Ya! sendirian!!! tanpa satupun sanak famili. tanpa satupun yang menemani. bahkan, mata tua itu sudah terlalu kabur utk bisa mebnapaki satu demi satu langkah. aku sangat kasihan sekali melihat nenek itu. ingin kubergerak membantu, tapi, ternyata disekian banyak 'wajah-wajah bringas' berbalut seragam putih itu, masih banyak pula yang menyimpan kelembutan sutera. mereka menuntun sang nenek tua, utntuk kemudian menuju tempat yang ditunjuk dgn wajah masam sang perawat yang tadi marah-marah.
sejenak kutercenung. lama.
kemana anak-anak dari nenek itu? apakah mereka tak peduli, dan begitu tega membiarkan orang yang telah melahirkannya dengan susah payah lalu membesarkannya dengan penuh kasih, mengorbankan segala curahan cinta-Nya ketika mereka tak berdaya dalam gendongan? kemana anak-anak yg dari dahulu dibangga-banggakannya, dicurahinya kasih sayang, bahkan ia rela tak makan asalkan anaknya kenyang??? kemana mereka? terlalu sibukkah dia sampai lupa pada orang tuanya sendiri? atau memang tak peduli sama sekali?
kembali kutercenung. teringat betapa Allah memerintahkan utk berbuat ma'ruf kepada kedua ibu bapak. lihat saja di surah Al-Isra' : 23 - 24. betapa orang tua adalah orang yang harus dimuliakan. kalaupun orang tua menyuruh berbuat yg mungkar dan menyekutukan , maka kita dikehendaki utk tetap berbuat ahsan kepada orangtua, tanpa mengikuti perintah yg dilarang-Nya itu (Qs. Luqman : 15). Sungguh, keredhaan Allah berada diatas keredhaan orang tua.
dalam diam kuterus berpikir, (semoga berfikir dgn mata hati), tentang lembaran memori yg sudah kulalui. Sudah berapa sering aku mengecewakan orang tuaku?sudah berapa lama aku menyertakan dua sososk yg kucinta itu bersama munajah kepada-Nya? sudah berapa srering aku merepotkannya, membuatnya sedih? apa yang baru bisa kupersembahkan utk beliau??
sungguh-sungguh kejadian di Rumah Sakit itu membuat mataku terbuka, bahwa yg kuperbuat untuk orang tuaku pun masih sangat sedikit.
Teman, Maukah kau berjanji bersamaku, untuk tidak lagi mengecewakan beliau??
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked