Setiap momen DS adalah momen yang selalu ingin ku’abadikan’ dalam sebuah tulisan. Ada banyak kisah-kisah indah di sana. Meski sering juga hurt heart. (emm…, bukan heart failure loh. Emangnya gagal jantung??hehehe). Nah, kali ini, aku ingin bercerita soal pejuang. Di sore ini,sampailah aku di sebuah rumah panggung khas minang kabau banget. Di beranda rumah panggung itu, duduklah seorang kakek yang kutaksir-taksir umurnya sekitar 70 tahun.
Lalu, mulailah ku’bertamu ke rumah itu. Sambutan beliau dan keluarganya sangat hangat sekali. setelah kuceritakan beberapa hal, akhirnya gantian beliau yang bercerita. Subhanallah! Aku takjub! Ternyata beliau adalah mantan pejuang ’45. Umur beliau, bukan 70 tahun, tapi, (emm…coba tebak berapa??), 94 tahun! Tapi, sosok itu masih kuat berjalan. Sangat ‘muda’ dari umurnya yang sesungguhnya.
Lalu, beliau bercerita tentang kisah-kisah pejuang terdahulu merebut kemerdekaan. Mungkin, bagi teman-teman akan berpikir, “ahh…itu kan biasa saja. Lagian, kita kan sering dengar cerita perjuangan dari pelajaran sejarah.” Yah, memang benar demikian. Tapi, cobalah dengar, ada sebuah spirit tersendiri, jika kita mendengar langsung dari pelaku sejarah itu. Sang kakek berkisah, bagaimana sulitnya masa itu. Bagaimana perjuangan para ‘ulama merebut kemerdekaan. Mungkin, ada sedikit “plintiran” sejarah, yang mungkin sengaja “di-hidden” oleh “oknum” tertentu jika kita hanya membacaya dari buku-buku teks book sejarah. Ini Tentang perjuangan umat Islam tempo dulu (yang sering tidak disebutkan).
Dahulu, umat Islam berjuang dengan kalimah takbir!!! Dahulu, mereka berjuang sesungguhnya adalah bagaimana agar Islam itu tidak ternodai. Bukankah tujuan penjajah itu adalah gold, gospel, dan glorry? Nah…nah…nah…. Mengherankan sekali jika tujuannya adalah hanya untuk mencari rempah2 dan kekayaan saja, toh mereka adalah “orang2 cerdas” yang bisa mendapatkan dan memproduksi itu smeua di Negara mereka. Lagian mereka juga bukan tipe orang2 yg suka berpetualang, jika tidak dengan misi tertentu. The poin dari tujuan mereka itu adalah misi seorang missionaries. (saat ini, menjadi plintiran sejarah, menurutku. [eit, bukannya nyalahin pemerintah or pihak berwenang niy yah. Kan ini jamannya bebas menegluarkan pendapat. Iya tho??])
Kembali ke kisah sang Kakek. Beliau berkisah bahwasannya nyaris semua negeri dikunjunginya untuk merebut kemerdekaan (berislam) itu. Aku juga disuruh menebak Istri beliau yang duduk tak jauh dari beliau itu, “kira2 menurut Upik (beliau memanggilku upik), nenek ini orang mana?” aku berpikir sejenak. Lalu menggeleng.
“beliau itu orang Ambon. Dulunya kristiani.” Kata beliau. Aku terperanjat bukan main. Ambon?? “kenapa bisa, kek?” tanyaku spontan.
Beliau jawab, “Karena kami ikut berjuang sampai ke Maluku dulunya, hmmm…waktu itu perjuangan melawan RMS.”
Waaah, sampai ke Maluku!!
Beliau juga bercerita bahwa beliau ikut bersama Daud Bereuh di aceh.
Lalu, setelah bercerita itu semua (yang sesungguhnya bagiku sangat amazing, karena banyak “plintiran” sejarah yang terluruskan dan menemukan “balsam anti pegelinunya” di sana), terlontar pertanyaanku, “lalu bagaimana menurut kakek sekarang?”
(mengenai Indonesia sekarang, maksudku)
“kalau bercerita soal itu Upik, sejujurnya ambo kecewa sangat! Benar-benar sangat KECEWA. Lihatlah, saat ini, kami terlupakan! Kami tak dihargai sama sekali!! perjuangan bersimbah darah itu, tak dihargai sama sekali. apa bentuk penghargaan itu coba? Apa??”
Aku terenyuh sekali mendengar bahwasannya bukan penghargaan sebagai seorang pahlawan yang diinginkan beliau sehingga harus kecewa ketika tak mendapatkannya. Bukan pula harta dan tahta yang menjamin kehidupan beliau. Sama sekali bukan! (yang seharusnya ini ada! Karena, seorang pensiunan PNS saja dapat jaminan hidup di hari tua. Lalu, bagaimana dengan seorang pejuang yang dengan tulus mengorbankan jiwa dan raga mereka tanpa pamrih. Tak berhakkah mereka mendapatkan kehidupan yang layak di hari tua mereka, setelah demikian panjang perjuangan mereka alam memerdekakan negeri ini????. Apakah hanya karena mereka tak terikat kontrak kerja?? Jika memang demikian, Terlalu sederhana alasan itu, setelah demikian besar perjuangan luar biasa yang mereka lakukan. Hiks…, miris!)
Yang beliau kecewakan adalah, kebodohan kita dalam mengisi kemerdekaan itu. Kebodohan kita dalam menikmati sebuah kemerdekaan. “Lihatlah sekarang, Upik, di negeri ini, begitu banyak kebobrokan yang telah terjadi. Anak-anak gadis yang pamer aurat. Pemuda-pemuda yang gemar berbuat kerusakan, berjudi, mabuk-mabukkan. Kita yang lebih Bangga dengan budaya Barat. Padahal dahulu, kami memperjuangkan itu semua! Padahal, dahulu kami memperjuangkan bagaimana Islam itu semestinya tegak. Lihatlah, jaman dahulu, adakah wanita yang berbaju setengah itu?” (ini dengan redaksional yang berbeda tentu saja, yg penting intinya yah itu tadi). Wuiss! Aku merasa tertohok. Maka benarlah, bahwasannya kita mengisi kemerdekaan ini dengan sebuah ‘kebodohan’. Benar-benar Amat sangat pantas sekali mereka kecewa kepada kita.
Di akhir penjelasannya, sang kakek berpesan kepadaku, “Upik, kau sebagai mahasiswa, maka BERJUANGLAH! BERJUANGLAH!! Teruskan perjuangan itu!!” (kata-kata ini sangats sering beliau ulang). Sungguh, di hatiku terlahir sebuah spirit. Sebuah spirit yang insya Allah akan menjadi ‘nafas’ sebuah perjalanan.
“insya Allah Kek, saya akan berjuang!!” aku mengangguk dengan sangat optimis dan penuh semangat. Tertular dari sang kakek yang juga menyampaikannya penuh semangat. Kata2 yang muncul dari jiwa seorang pejuang seperti sang kakek itu. Bahkan, teman-teman mingkin tak menyangka, kata2 itu keluar dari bibir seorang yang sudah sangat renta (namun dengan semangat yang luar biasa).
Nah…nah…nah…, sahabat seperjuanganku! Para mahasiswa(sperti yang di bilang sang kakek), inilah saatnya kita menjadi agen perubahan itu!!! Yang memiliki semangat, untuk terus memperjuangkan sebuah nilai kebenaran!! Mari kita bermimpi besar (memiliki harapan besar), untuk sebuah perubahan besar!! Semoga kita tak lena dengan hal-hal kecil yang akan menarik kita mundur ke belakang! Mari, teruslah maju!! Dengan semangat!!! Because, we were born to be agent of change!!! Sebab, kita terlahir untuk menjadi agen perubahan itu!! Allahu akbar!!!!
Semangat!!
Hamasah!!!
Don’t give up!!!
Syakuro, home Sweet, Rab’iul Awwal 1430 H
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
asslmkm, tlg sebarkan ke siapa saja tentang website kami, semakin bnyk yang tahu maka semakin kecil gerak dan peluang mereka
ReplyDeleteyup, insya Allah...
ReplyDelete