Dulu ... ketika kota Wuhan lockdown, aku tak bisa membayangkan bagaimana rasanya ketika tidak keluar-keluar rumah? Tidak pernah terbayang, situasi yang sama akan sampai di sini juga. Kini, aku dan semua orang di sini merasakan juga apa yang orang-orang Wuhan rasakan. Sudah lebih dari sebulan, aku benar-benar di rumah saja, tidak keluar pintu rumah sama sekali meskipun hanya sekedar membuang sampah. Dulu tidak pernah membayangkan, akan benar-benar di dalam rumah lebih dari sebulan.
Kota Riyadh termasuk kota yang lockdown 24 jam. Hanya boleh membeli kebutuhan makanan atau obat-obatan saja dan jamnya ditentukan (hanya jam 6 pagi sampai jam 3 sore) dan harus di distrik yang sama dengan tempat tinggal kita. Bagaimana polisi tau distrik tempat tinggal kita? Dari national adress kita tentunya. Dalam kondisi emergency, misal harus ke rumah sakit (lahiran misalnya), harus ada SMS approval dari res crescent nya bahwa kita diijinkan untuk ke rumah sakit. Jika ada polisi yang melakukan check point, maka kita harus menunjukkan SMS approvalnya. Hanya boleh 2 orang dalam 1 mobil (suami dan istri masih boleh). Anak-anak dilarang keras untuk ikut bepergian. Masuk ke dalam supermarket pun dibatasi, maximal hanya ada 50 orang. Kadang ada yang suami istri dicegat, hanya boleh istrinya saja yang masuk ke supermarket. Suami nunggu di mobil saja. Jika melanggar jam curfew ini, siap-siap saja mengeluarkan uang untuk membayar denda sekitar IDR 40 juta. Dan ga bisa nego-nego polisinya. Denda ini akan langsung ada notifikasinya di akun kita di kementrian dalam negeri.
Meskipun pemerintah sini menjamin ketersediaan bahan pangan dan menindak tegas serta menerapkan denda besar buat para pedagang yang menaikkan harga sesukanya, tetap saja ... tidak seleluasa dulu untuk mendapatkan bahan makanan yang kita inginkan. Misal tempe. Karena baqala (warung) Indonesia tidak ada di distrik kami, kemungkinan besar berminggu-minggu tidak bisa menikmati tempe. Hehe. Telur dan cabe juga pada "rebutan" belinya. Tetap saja hukum ekonomi itu berlaku yaa, di mana ketika permintaan meningkat sementara keterdediaan menurun, akan ada kenaikan harga. Meskipun tidak siginfikan dan berlipat-lipat alhamdulillah. Di supermarket di distrik kami, dibatasi hanya boleh beli telur maximal 1 tray per pembelian. Itu pun kalo kita beruntung masih tersedia. Jam 11 pagi, biasanya telur sudah pada habis di supermarket. Beli online? Banyak aplikasi belanja online tapii juga "rebutan" slot pengantarannya. Seringnya malah ga dapat slot. Baru kali ini belanja online jadi primadona banget. Aku yang dulu tak begitu suka belanja online, kini malah mengandalkannya. Toko yang buka juga dibatasi. Cuma toko groceries, pharmacy, pom bensin, bank yang boleh buka.
Sebentar lagi Ramadhan. Ramadhan ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kita akan menjalaninya di tengah kondisi wabah. Tidak ada shalat tarawih di masjid. Biasanya masjid di dekat rumah akan melaksanakan tarawih 1 juz semalam. Tidak ada umrah Ramadhan. Biasanya kota Makkah akan sangat penuh di bulan Ramadhan. Seramai waktu hajian. Tapi, pasti ada hikmahnya.
Semoga ujian ini segera berlalu. Ada banyak saudara dan teman kita yang dipanggil-Nya di wabah covid ini dan tidak sempat lagi merasakan Ramadhan tahun ini. Semoga Allah ganjar mereka dengan pahala syahid. Dan semoga pula bagi keluarga, teman-teman dari kalangan medis, Allah mudahkan, Allah jaga dan Allah berikan pahala berlimpah atas segenap kebaikan, berdiri di garda terdepan. Barakallahu fiikum.
Dan semoga Allah sampaikan kita ke bulan yang penuh barokah dan ampunan ini. Bulan yang sangat dirindukan. Bulan Ramadhan ini berbeda. Pasti ada dampak di sisi ekonomi karena segala pola kehidupan berubah. Semoga Allah mudahkan rizki untuk kita semua. Bulan Ramadhan ini berbeda, tidak bisa mudik bertemu keluarga, bersilaturrahim. Tapi di balik itu semua, justru ini juga adalah momen perekat karena bisa berjamaah tarawih bersama keluarga. Meskipun tidak ada buka bersama, tapi in shaa Allah buka bersama keluarga setiap hari di rumah.
Ramadhan Mubarak.
Allahumma balighna Ramadhan ❤❤💕💕