Hehehe.
(Malah ketawa duluan).
Baiklah. Aku share pengalaman ini hanya sebagai kenang-kenangan aja. Jika masih ada umur, ini yg in shaa Allah akan dikenang di tahun-tahun mendatang in shaa Allah. Mudah²an bukan sekedar cerita yang tidak bermanfaat.
Jadi, info-info cpns ini ga begitu heboh di grup-grup WA yang aku ikuti. Apalagi karena berdomisili di luar negeri. Paling, suami yang dapat info dari grup angkatan di SMA.
Nah, pas dapat info itu, suami bilang, "coba ikutan yuk." Aku rada kaget juga, secaraaaa, kamus PNS ga ada dalam pikiran kami sebelumnya. Hehehe. Tapi, karena ini tahun terakhir yang eligible untuk kami ikut cpns maka terbersitlah niatan untuk mencoba ikutan. Aku dan suami meskipun beda tahun kelahiran tapi aslinya kami beda 1 bulan aja hehehe. Beda 1 bulan (desember vs januari), beda 1 angkatan (2004 vs 2005), beda 1 tahun secara angka tahun lahir (1986 vs 1987), beda 1 angka tanggal kelahiran (tanggal 29 vs tanggal 30) 😂. Tapi beda kampusnya jauh banget. Dia di kampus TOP di Indo (ITB) dan aku di Unand di Sumbar jee. Hehehe. Beda hobi hampir 100%. Beda preferensi hemisfer otak juga (dia otak kiri dan aku otak kanan). Lho.. lho.. malah bahas ini.. kekeke.
Jadi, secara umur, ini tahun terakhir kesempatan kami untuk ikut tes cpns. Daan, di tahun ini bisa ikut ujian tes cpns nya di luar negeri. Enggak mesti pulang ke Indo. Meskipun ini tahun terakhir kesempatan ikut cpns, tapi jika harus pulang ke Indonesia untuk ikut tes cpns, maka kami pasti tidak akan mengambil kesempatan terakhir ini tentunya. Jadiii, intinya tes ini cuma nothing to lose aja buat aku dan suami.
11 tahun yang lalu, ketika pertama kali aku eligible untuk ikut test cpns, sangat berbeda dengan tes cpns yang aku ikuti sekarang. Tes di kala itu masih pakai kertas Abo yanh dibulatkan dengan pensil 2B. Tes diselenggarakan oleh BKD setempat bukan terpusat. Daaan tidak transparan sama sekali. Jadi, peluang nepotismenya sangat tinggi. Allahu'alam.
Sebelas tahun yang lalu, aku ikut tes cpns dengan antusias yang cukup tinggi. Karena berharap bisa pulang kampung, mengabdi untuk negeri. Heuheu... Peluang di kampung halaman cukup besar kala itu (ada 3 slot). Selain itu, aku cukup well prepared ketika mengikuti tes tersebut. Beli 2 buku latihan cpns, dan dua-duanya tuntas dibahas. Aku masih menyimpan dokumentasi foto-foto buku latihan cpns yang penuh coretan itu kalo tidak salah. Hehe.
Ketika menjawab soal pun, aku merasa cukup puas ketika selesai ujian. Tapi, qadarallaha ma shaa a fa'al. Allah tidak luluskan aku. Dan alhamdulillaah, itu adalah ketetapan terbaik dari Allah. Jika lulus, ga kebayang harus LDR dengan suami. Hehe.
Di tahun-tahun berikutnya, aku tidak lagi mengambil kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam test sejuta umat yang bernama test cpns ini. Bahkan, di tahun 2013 di mana formasi untuk apoteker paling banyak (4 orang) untuk kabupaten Solok Selatan, aku melewatkannya. Karena masa itu, aku lagi nunggu istiqdam untuk berangkat ke Riyadh.
Nah, di tahun 2021 ini, di mana ini adalah kesempatan terakhir aku dan suami ikut, akhirnya kami mencoba ikutan juga. Meskipun dalam mengumpulkan berkas-berkasnya, aku kadang merasa maju mundur. Beberapa kali membatin, "Apa ga usah aja ya." Heuheu. Karena, aku merasa sekarang berbeda dengan 11 tahun lalu. Baik itu animo, semangat, antusiasme dan orientasinya. Meng-upload berkas pun udah injury time. Di akhir-akhir batas pemberkasan.
Beberapa alasan kenapa aku tidak seantusias 11 tahun yang lalu adalah:
1. Karena formasi yang tersedia untuk pilihan yang aku pilih cuma ada di 2 lokasi. Di antaranya; Kalimantan dan Semarang. Pilihanku adalah Semarang. Karena di Semarang, lebih dekat ke kampung halaman dibanding di Kalimantan.
2. Karena mungkin sekarang itu aku berada di zona nyaman. Rasanya udah nyaman di posisi di rumah aja. Jadi full IRT. Rasanya, agak susah untuk move on untuk saat ini hehe.
3. Aku masih berharap bisa stay lebih lama di KSA karena lebih dekat dengan masjidil Haram dan Masjid Nabawi dibanding dari Indonesia.
4. Jika pun pada akhirnya mau ga mau harus final exit dari KSA, aku masih pengen "berpetualang" di negara lain dulu baru pulang ke Indonesia.
Dan 3 alasan mengapa aku ikut adalah:
1. Ini kesempatan terakhir secara usia dimana tes cpns maximum usia 35. Sedangkan aku sekarang di usia 34.
2. Tes bisa diselenggarakan di luar negeri dan KBRI Riyadh adalah salah satu titik lokasi yang available.
3. Biar ga ada "penyesalan" di kemudian hari dan setidaknya sudah mencoba. Perkara lulus atau enggak, itu adalah urusan Allah.
Jadi, aku tes CPNS kali ini dengan kondisi hati yang sangat netral. Jika Allah takdirkan lulus, alhamdulillaah. Jika Allah tidak takdirkan lulus, juga Alhamdulillaah.
Pas pengumuman kelulusan seleksi administrasi alhamdulillah lulus. Aku awalnya ragu karena ada syarat sertifikat profesi untuk peserta yang profesi (dokter, apoteker, ners, akuntan dll). Aku tidak mengerti maksud sertifikat profesi itu apa. Karena di Farmasi sendiri, juga ada sertifikat kompetensi apoteker di mana serkom itu udah expire sejak 6 tahun yang lalu 😂😂. Jika harus mengurusnya, gak mungkin dalam waktu 3 hari karena harus ikut ujian OSCE atau OSPE dulu. Untuk ikut ujian OSCE, harus terdaftar dulu di IAI (ikatan apoteker indonesia) cabang tempat kita domisili. Daan, aku ga terdaftar di IAI daerah mana pun karena domisili luar negeri. Jadi, kalo yang dimaksud sertifikat profesi itu adalah sertifikat kompetensi profesi, maka wassalam. Aku end up. Hehe. Tapi, akhirnya aku search lagi bahkan menurut undang-undangnya gimana. Apa maksudnya.
merujuk ke permenristekdikti nomor 69 tahun 2018 ini maka pengertian sertifikat profesi adalah sebagai berikut:
jadi sertifikat/ijazah profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi gitu. Naah, berarti itu artinya ijazah profesi kan. Akhirnya berkas yang aku aplod di opsi sertifikat profesi adalah ijazah apoteker. Dan alhamdulillah ternyata ketika seleksi administrasi, berkasnya lulus.
Berikutnya adalah tes SKD. Sistem yang sekarang kan sudah pakai sistem CAT kan yaa. Jadi sangat transparant. Really appreciate dengan sistem CAT yang sangat transparant dari BKN ini. Ma shaa Allah. Bahkan livescore pun dapat dilihat.
Hampir seluruh instansi telah melaksanakan SKD tapi untuk tilok luar negeri masih belum ada pengumumannya. Sehingga hampir saja aku lupa kalau aku udah daftar ikut Cpns. Xixixi. 😅
Alih-alih belajar dan persiapan, aku malah santai aja. Enggak kepikiran
Akhirnya keluar pengumuman tentang pelaksanaan tes cpns tilok luar negeri. Aku mendapat jadwal tanggal 27 oktober 2021 di KBRI Riyadh. Qadarullaah, suami juga mendapatkan jadwal yang sama. Sama-sama tanggal 27 oktober. Ketika jadwal keluar, aku galau lagi. Jarak ke KBRI dari rumah itu sekitar 31 km. Pagi-pagi sampai jam 9 itu jam macet. Jadi setidaknya kami harus meninggalkan anak-anak selama 5 jam. Kami belum pernah meninggalkan anak-anak selama itu hanya bertiga saja. Beraaat banget rasanya. Maju mundur rasanya apakah aku lanjut atau enggak tes cpns nya. Karena ga tega meninggalkan anak selama itu.
Aku mencoba menghubungi seorang yang bisa dipanggil untuk bekerja paruh waktu sekaligus jagain anak-anak, tapi ternyata di hari itu dia sudah booked di rumah orang lain. Nitip ke tetangga (sesama indonesia dengan jarak 2-3 km an dari rumah)? Aku ga enak juga nitipin anak karena pasti akan memberatkan mereka. Kalo tetangga persis di bawah gedungku? Lebih ga bisa lagi karena aku ga begitu kenal fan beda negara juga. Makanya aku bingung apakah aku akan lanjut atau tidak cpns nya. Tapi suami meyakinkan kalau anak-anak sudah bisa ditinggal dan mereka sudah cukup besar. Sekaligus juga latihan kemandirian buat mereka.
Akhirnya, aku memutuskan untuk lanjut. Tapi, 2 hari sebelum tes aku coba try out. Ternyata nilaiku rendah banget. 🤣🤣
TWK cuma dapat nilai 45. TIU 76 an. Dan TKP juga cuma 45. Ahahaha. Kalo nilai segini sudah pasti ga lulus kaaan. Try out berikutnya H-1 bareng sama suami. Aku tes simulasi dari cat.bkn.go.id (langsung dari situs BKN nya 😅). Walhasil nilai TWK malah turun jadi 40 🤣🤣 nilai TIU dan TKP aku lupa. Jumlah totalnya cuma 283. Sementara passing grade adalah 311. Ga lulus kaan. Try out selanjutnya pas sorenya, TWK naik jadi 60. Hahaha. Bener-bener udah lupa ama pelajaran sejarah akunya. Namanya juga ga belajar kan yaa. Subhanallaah. Sementara suami, 2x try out nilainya selalu di atas ambang batas. Padahal kami sama-sama ga belajar dan sama-sama ga persiapan untuk ikut tes CPNS ini.
Malam sebelum tes, aku bilang sama suami; bahwa aku merasa pengen mundur aja tes besok. Karena 3x TO, aku ga pernah lulus. Rasanya terlalu mahal harga yang harus dibayarkan yaitu meninggalkan anak-anak bertiga aja tapi ternyata pada akhirnya enggak lulus juga. Mending ga usah ikut sekalian. Tapi suami meyakinkan bahwa khair in shaa Allah. Bismillaah aja akhirnya. Di sisi lain, I wish we have different schedule. Tapi, kami tidak tau siapa peserta lain karena yang dari bidang yang aku pilih, cuma aku satu-satunya di KBRI Riyadh dan suami juga demikian. Sampai kita nyeletuk, "jangan-jangan cuma kita berdua doang nih yang okutan tes cpns besok." 😂😂
Pas sampai di KBRI, ternyata benar sodara-sodara. Cuma kami berdua aja yang ikut tes di sesi itu. Di KBRI Riyadh, ada 10 peserta yang ikut. Dibagi 3 hari. Tanggal 26-28 oktober. Satu sesinya 2 orang. Dan qadarullaah jadwal kami sama. Padahal ada peluang di hari berbeda atau jam berbeda kan yaa.
Aku acungkan jempol yang banyak untuk panitia di Riyadh yang sangat baik, ramah dan well managed. Kalo di Indo ikut tes, ga akan dijamu sedemikian rupa kayaknya. Di KBRI kami dijamu oleh panitia ma shaa Allah. Disediakan ruang tunggu yang nyaman pula. Kami berdua, panitianya sekitar 7 orang 😂. Banyakan panitianya. Panitianya baik dan ramah. Bahkan setelah selesai ujian pun, kami disediakan lunch juga berupa Burger King 2 porsi besar. Ma shaa Allah tabarakallaah. Barakallahu fiihum untuk tim dari KBRI Riyadh. Kalau tes di Indo mana ada disediakan lunch kan yaa. Hehehe.
Tapi, yang namanya emak² yang ninggalin anak, tetap aja pikiranku itu bercabang-cabang. Ga bisa 100% fokus ngerjain ujian kecuali untuk soal TIU. Xixixi.. Waktunya 100 menit. Jumlah soal 110. Ketika mengerjakan soal-soal TKP (bagian pertama yang aku kerjakan terlebih dahulu) aku agak kurang fokus. Soalnya juga agak panjang. Tapi ketika soal TIU yang butuh konsentrasi, aku lumayan bisa fokus. Selain itu, aku juga diburu waktu karena aku mengerjakan TIU terakhir kali. Kedua adalah TWK. Ketika mengerjakan TIU itu waktu tersisa adalah 40 an menit. Padahal soalnya 35 dan hitung-hitungan serta logika pulak.
Finally ujian berakhir alhamdulillaah. Nilai yang aku peroleh itu alhamdulillaah lulus passing grade yaitu dengan total 416 (85 TWK, 140 TIU, 191 TKP). Nilai ini tidak termasuk tinggi sebenernya. Mungkin standar lah yaa. Sekitar 75% yang benar. Tapi, nilai ini membahagiakan bagiku yang tes nyaris tanpa persiapan dan try out yang selalu gagal di H-1 hehehe. Alhamdulillaah. Ini adalah pertolongan Allah. Hadza min fadhli Rabbi. Bukan karena aku hebat apalagi merasa mampu. Sungguh kalau bukan karena pertolongan Allah, aku takkan bisa.
Apakah aku lulus ke tahap selanjutnya yaitu SKB? Allahu'alam. Meskipun lulus SKD tapi kalau diurutkan secara nilai, hanya 3x quota yang akan dipilih untuk maju ke test berikutnya (SKB). Pilihan yang aku pilih itu quotanya hanya 2 orang. Jadi, yang berhak ikut SKB tentu hanya 6 orang. Jika ada 10 orang aja selain aku yang memilih opsi yang sama dan mereka semua di atas 416, sudah barang tentu aku ga maju ke seleksi SKB.
Sekarang tergantung takdir Allah saja bagaimananya. Allah yang Maha Tahu apa yang terbaik buat diriku dan keluarga. Jadi, aku pasrahkan pada-Nya saja. Jika lanjut, alhamdulillaah. Jika tidak lanjut juga Alhamdulillaah. Allah lah sebaik-baik perencana. Segela ketetapan-Nya, adalah yang terbaik.
Demikian sekelumit ceritaku tentang cpns. Hanya sharing aja sebagai kenang-kenangan. Semoga Allah berkahi setiap langkah kita. Aamiin ya Rabb.