“Combro…combro…Diak. Combro…combro…Diak.”
Bahasa yang sama. Irama yang sama. Sejak empat setengah tahun lalu. Bahkan organ pendengaranku sudah benar-benar hafal dengan suara itu berikut pemiliknya. Yah, seorang uni-uni berambut cepak dengan satu kotak combro yang dijajakannya. Wajah itu, tidak pernah berubah, sejak empat setengah tahun lalu.
Uni penjual combro.
Mungkin sudah sangat lama uni tersebut berjualan combro di kampus ini. Sejak hari pertama tahun satu dulu, uni itu sudah berjualan dari satu gedung ke gedung kuliah. Dari satu fakultas ke fakultas lain. Aku masih ingat, waktu masih tahun satu dulu, kami –para mahasiswa baru yang masih imut2, hehe—berebutan membeli combro uni itu. Dan kalo ga salah, memang uni itu satu-satunya penjual combro di kampus ini. Harganya masih tiga limaratus. Sekarang karena beberapa kali BBM naik, harga combro sudah berubah menjadi tiga seribu (yeeeihhh, penting ga siiiih, membahas harga combro?? hehe)
Hari ini, sambil menunggu Sang Bapak Profesor penguji untuk acc revisi skripsi paliiiiiiiiing akhir (tinggal bapak itu satu2nya), aku berdiri di depan gedung A, mengamati adik2 angkatan 08 dan 07 berpakaian hitam putih (eiihh..putih hitam ding. Kan atasan putih bawahan itam) yang komat kamit ngafal bahan ujian. Maklum, musim UAS. Ngeliyat mereka, aku jadi mengenang dan teringat, betapa ancur2annya gaya belajarku dulunya. Sangatlah wajar hasilnya juga segitu-segitu ajah a.k.a lapeh makan se nyo. Tapi, tooh, penyesalan tiada guna, bukan? (jangan pernah tiru gaya blajar macam niii yaaah. Ini pemahaman yang benar-benar amat sangat salah sekali! Suatu saat kamu akan menyesal, sepertiku, hehehe. Gak ding! Aku bahagia koq dengan seberapa pun angka yang kuperoleh! Walau tak dapet angka 8 atau 9, setidaknya angkanya lebih besar “saangin puting beliung” dari 1. Hehe).
Ketika asyik2 menunggu (sejak kapan menunggu itu asyik??), seseorang lewat. Seorang wanita tangguh, dengan rambut cepak. Uni penjual combro. Bibirku membentuk seulas senyum, spontan.
“Uniii…” Sapaku.
Sang uni combro (lho?? Uni combro? Berarti ada bapak combro, uda combro, amai2 combro dan Tomy Combro dong?? Hehe, Tomy Cokro kaleeeee!), uni penjual combro maksudku, spontan membalas senyumku.
“Anak farmasi yang ujian di siko, Diak?” (transletter : anak farmasi kah yang ujian di sini, Dek?) Tanya sang uni penjual combro.
“iyo uni…” Jawabku. “Koq tau uni?”
“Adiak, anak farmasi kan?” uni tu balik Tanya, meyakinkan.
Masya Allah. Aku sama sekali tak menyangka, sang uni combro itu kenal denganku (meski tak tau namaku karena akupun tak pernah mengenalkan diri) . Dan yang dia tahu fakultasku!! Padahal, kan itu uni berkelana kemana-mana, mulai dari gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa aka PKM hingga politeknik yang paling puncak bukit sono. Aku benar2 tak menyangka, uni penjual combro itu mengenalku. Sebanyak ini mahasiswa di Unand! 20.000 bo! Masya Allah… (aku kan tiga tahun belakang jarang membeli combro, dan bukan pula orang yang suka beredar di gedung C ataupun di fakultas, kalau tidak ada keperluan yang mendesak! Tapi, uni itu masih tetap dapat mengidentifikasiku, bahwa aku termasuk genus farmasi. Haalaaah., emangnya identifikasi tanaman. Hehe. Atau, karena “betapa spesifiknya” aku? Kayaknya gak deeh. Aku kan generic, bukan paten. Halaaah, emangnya obat? Maksudnya, aku kan sama dengan mahasiswa kebanyakan, ga seepesifiiik alias generalisata. Halaaah, emangnya aqua demineralisata. Ngauuuuuurrr!)
Aku jadi malu pada uni penjual combro. Betapa selama ini, aku sering melupakan nama orang yang pernah kukenal. Di hari yang sama di atas bus, ada seseorang menyapaku, “kak Fathel. Gimana kabarnya kak?”. Kujawab, “alhamdulillaah. Baik. Dirimu gimanaaa?” Tapi, astaghfirullaah…, aku bener2 lupa nama itu adek. Ujung2nya aku biyasanya mengeluarkan kalimat pamungkas “Aduuuuhh, Dek, kaka lupa namamu. ‘afwan yaah.” Sering! Sering banget kek gini! Aku sering lupa nama. (kalo ditanya angka, mungkin aku lebih cepat ingat. Hehe).
Terima kasih uni penjual combro, hari ini aku dapat pelajaran berharga darimu.
Pelajaran yang dapat kuambil: betapa pentingnya mengingat nama orang yang pernah dikenal. Jika aku boleh memilih, aku lebih ingin diposisi “mengenali” ketimbang “dikenali”. Karena kata seseorang, “jangan sedih ketika orang yang kamu cintai lupa kepadamu, tapi bersedihlah ketika kamu melupakan orang yang mencintaimu” (heee, ndak nyambung!) tapi setidaknya, ini equivalen dengan hal di atas (hayyoo, berapa angka penyetaraannya? Hihi, dari tadi gak nyambung mulu!). Plajaran kedua : membangun relasi (a.k.a merajuut ukhuwwaah) dengan sesiapa pun sangat penting! Apakah dengan uni penjual combro, dengan one-one yang jualan di kampus (biar digratisin, beli dua dapet tiga. Hahaha, ngaco banget!) , dengan uni-uni klining servis yang sering nyambangin lab, dengan dosen2, dengan karyawan2, dan tentu saja dengan semua mahasiswa. Pokok’e siapa pun dah!! (meski untuk ini, belum semuanya bisa kulakukan semua. Setidaknya, sedang berusaha. Hehe)
gagah kalu dipoto combro nan wak buek patang tu yo ni...
ReplyDeletewkwkwk
*ngaku2
yo,,gagah nyo we....
ReplyDeletewewen memang adikku paliiiing hebat..
*hebat masak, hebat menjahit, hebat nyetrika, hebat nyuci...
Haaa, yo "lah bisa" mah we...
hehehehe
Angin a yang mambuek we nyasa kamari tuh? hihihi
Betul... Memang kita harus bisa kenal dengan semua orang. Siang tadi uda gabung dengan CS bersihkan Lab... Jadi CS sehari juga boleh... biar kenal juga. he he
ReplyDelete@da agus : hehe
ReplyDeletewah, kena nice punch nih daku
ReplyDeleteselama ini mang sering melupakan orang yang baru dikenal
tujuannya biar gak capek2 nyapa kalau ketemu
tapi ceritanya menggugah juga sich
ke depan mau berubah jadi lebih ramah
dan hapal nama orang
daripada fikiran kosong, ngapal2 nama dan wajah orang sptnya bisa jadi permainan asyik
@anonymous (yg lagi2 ku-curigation adalah Nany-Chan..)
ReplyDeleteHehe..
sip..sip..Nany-ku..
kaya apa yang dibilang hadits waktu itu looh...^^
ingatkan dirikuw yah nany-ku..^^
Combro tapi gak ada Oncom didalamnya
ReplyDelete