Maka, jika merasa tak pernah mendapati ujian-Nya, mungkin saja itu disebabkan oleh dua hal : Ketiadapantasan kita untuk naik kelas atau "merasa tak pernah ada ujian" itu sendiri adalah sebentuk ujian...
Sungguh, dunia yang amat sejenak ini begitu berat. Dalam satuan waktu, selalu saja ada kefluktuatifan. Niatan ikhlas pada mulanya sekalipun, di pertengahannya selalu saja mendapati ujian ketahanan, dan akan selalu direcoki oleh bisikan-bisikan setan yang menyesatkan. Maka, bertahan dari padanya, seperti berjalan di atas kaca yang licin berminyak, tanpa berhati-hati, maka dengan begitu mudahnya tergelincir.
Tapi, begitulah surga-Nya.
Bagaimana diri kita merasa pantas dapat memasukinya, jika hanya duduk-duduk santai saja?
Begitulah surga-Nya...
Memang, menggapainya perlu berpeluh payah. Perlu bersusah-susah.
Karena ia, tak pernah dapat dimasuki, hanya dengan cuma-cuma...
Jalanan menujunya adalah seperti berada di atas gunung es yang licin, di mana kiri dan kanannya adalah jurang. Extra upaya, serta extra hati-hati. Sebab, sedikit saja, mungkin akan menggelincirkan kita pada jurang-jurang itu... Masihkah kita ingat, kisah tiga orang; syuhada, dermawan dan penghafal qur'an? Ketiga-tiganya adalah mulia di mata manusia. Tapi, mereka diganjar neraka, karena niatan di dalam dada mereka adalah hanya karena ingin disebut syuhada, dermawan atau qari'. Dan sungguh, begitu halus caranya menggelincirkan niatan kita...
Memang tak berlebihan, jika kita menyebut dunia ini berat! Maka yang sejenak ini, memang teramat singkat hanya untuk bersenang-senang belaka...
Sungguh, sebelum segalanya menjadi penyesalan, sebelum hari di mana taubat itu tiada lagi berguna, sungguh Allah masih membentangkan seluas-luasnya ampunan...
Semoga Allah menjadikan penutup hari-hari kita adalah dengan sebaik-baik penutup, sebab amalan itu tergantung bagaimana ujungnya....tergantung bagaimana penutupnya...
Mentoring Ketapang, Rajab 1433 H
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked